Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kekaguman dan Kebutuhan untuk Dikagumi, Memahami Konsep dan Batasan Diri

3 November 2019   21:23 Diperbarui: 4 November 2019   11:27 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran subjek-lah, menurut Kant, yang paling berperan terhadap munculnya rasa kagum itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kagum diri subjek akan hal di luar dirinya maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran yang bisa dibangun sebagai konsep diri subjek tersebut. Masalahnya, apa yang kita temui dalam fenomena terkait hal tersebut sungguh berbeda. Remaja pengagum Idols K-Pop tadi justru semakin hari semakin tidak mengenal dirinya sendiri.

Meski demikian, ada satu hal yang bisa kita pelajari dari penjelasan Kant, bahwa mengalami rasa kagum itu nuansanya berbeda dari sekadar menikmati sisi keindahan dari apa yang sedang dikagumi. 

Kekaguman tidak melahirkan rasa takut, sebab sejatinya kita menganggap bahwa apa yang kita kagumi tidak membahayakan diri kita sendiri. Kita tidak pernah berhenti mengagumi samudra yang begitu luas meski kita pernah mengalami ketakutan luar biasa berada di tengah laut dengan ombak tinggi.

Hal itu bisa kita jelaskan ke remaja yang sedang mabuk Idols K-Popnya. Bahwa kekaguman mereka itu wajar namun mereka tidak perlu takut oleh pikiran bahwa apa yang dimiliki oleh Idols itu saat ini tidak mampu mereka jangkau. 

Mereka bisa larut dalam kekaguman saat menikmati pertunjukan Idols itu namun kembali berupaya membangun konsep diri mereka sendiri setelah pertunjukan Idols itu selesai.

Menikmati sisi keindahan dari apa yang memicu rasa kagum adalah lumrah bahkan dapat menginspirasi konsep keindahan yang kita imajinasikan secara mandiri. 

Batasannya adalah ketika kekaguman itu membuat diri larut dalam bayang-bayang dari apa yang dikagumi hingga ke kehidupan sehari-hari. Jean-Franois Lyotard menyimpulkan bahwa imajinasi yang membawa diri kita laru ke dunia apa yang sedang kita kagumi dapat dimanfaatkan untuk lebih positif menerima diri kita sendiri apa adanya.

Kebutuhan Untuk Dikagumi: Pengakuan Publik
Kekaguman akan sesuatu dapat melahirkan imajinasi yang jejaknya minta dihadirkan dalam setiap momen. Merujuk pada pola perilaku mengaitkan diri dengan sesuatu yang dikagumi agar mendapat pengakuan entah oleh publik atau komunitasnya, di sinilah imajinasi itu berperan untuk menciptakan token atau karakter yang menghadirkan kekaguman itu dalam wujud fisiknya.

Remaja pengagum Idols K-Pop tadi akan berupaya tampil seperti karakter yang dikaguminya. Model rambut, kosmetik yang dipakai, baju, celana hingga aksesoris yang biasa digunakan oleh Idols itu akan ditiru oleh remaja tadi. 

Hal ini tidak mengherankan sebab semua orang melakukannya. Pengagum klub sepak bola, pengagum band atau artis tertentu, hingga pengagum ideologi akan mewujudkan imajinasi berkenaan kekagumannya dalam wujud fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun