Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Konflik Relasi Pakar-Awam: Ulasan Interpretatif atas Matinya Kepakaran oleh Tom Nichols (Bagian Satu)

10 September 2019   19:21 Diperbarui: 10 September 2019   19:44 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persoalan etis dalam relasi tradisi kepakaran antara Dosen dan mahasiswa(i) perlu mendapat kesempatan untuk dibahas secara terbuka. Dalam beberapa kondisi, Dosen mengeluh karena keahlian mereka hanya dianggap jasa layanan yang dibeli oleh mahasiswa(i). Seperti pada kasus mengirim e-mail atau pesan Whatsapp yang tidak mengenal waktu atau dengan bahasa yang tidak baku. Begitu pun Mahasiswa(i) yang dengan santainya mengajukan pertanyaan konyol atau protes terhadap sistem penilaian tanpa argumen yang cukup.

Mahasiswa(i) juga sering dirugikan dengan batasan waktu yang ditetapkan oleh Dosen. Dalam beberapa kasus, Dosen terkadang dengan entengnya meninggalkan kelas atau tidak menghadiri janji yang sudah disepakati sebelumnya dengan alasan tidak rasional dan juga tidak memberikan solusi penyelesaian. 

Mahasiswa(i) juga sering mengeluhkan kewajiban mendalami literatur dan daftar bacaan tanpa panduan memadai dari Dosen. Sebab mahasiswa(i) yang dibiarkan menjelajah tanpa panduan mungkin saja tersesat. Belum lagi kasus Dosen yang hanya memikirkan proyek.

Satu hal yang pasti, relasi belajar-mengajar antara Dosen dan Mahasiswa(i) sama sekali tidak dapat disederhanakan menjadi jasa layanan yang begitu saja bisa ditukar dengan uang. 

Mahasiswa(i) berutang banyak hal kepada Dosennya dan itu tidak dapat diukur secara materiel. Baik Mahasiswa(i) maupun Dosen mesti membangun rasa hormat, kepercayaan, dan keyakinan satu sama lain. Percayalah apa yang diberikan oleh Dosen itu telah melewati pertimbangan dan uji coba yang rumit.

Tanpa etika yang dimapankan sebelum interaksi kelas berlangsung, pengalaman kuliah hanya akan meninggalkan kesan sekadar melaksanakan tuntutan tanpa jejak membangung tradisi kepakaran yang positif. Kritik dan diskusi adalah hal yang mutlak, tanpanya bidang keilmuan akan stagnan kajiannya. 

Namun perlu dilandasi oleh etika dan tentunya rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan. Yakinlah bahwa Mahasiswa(i) itu berutang kepercayaan, kesantunan, usaha, dan pemikiran kepada Dosennya.

Di bagian-bagian awal bukunya, Tom Nichols banyak menyebutkan kritik yang tajam namun perlu. Hal itu memang sudah selayaknya dibicarakan secara terbuka. Bulan malah dianggap sebagai tabu. 

Saya sendiri menganggap kritik yang disampaikan Tom Nichols sangat relevan terutama bagi diri pribadi saya sendiri sebagai seorang tenaga pendidik.

Ulasan ini akan berlanjut ke Bagian Dua. Mudah-mudahan kita semua dapat memetik hikmah dari pesan yang Tom Nichols coba sampaikan ke kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun