Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosiologi: Ulasan Pendahuluan dan Para Pemikir Kunci

7 September 2019   20:08 Diperbarui: 7 September 2019   20:18 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1767, Adam Ferguson menulis Essay on the History of Civil Society. Di situ ia menjelaskan pentingnya semangat yang dimiliki masyarakat sipil untuk membendung dampak negatif dari kapitalisme yang menggerogoti sendi-sendi interaksi mutual masyarakat. Menurutnya, kapitalisme yang lahir sebagai konsekuensi logis dari industrialisasi turut menumbuhkan individualisme yang cukup memprihatinkan. Sebab individu mulai menempatkan diri di atas masyarakat.

Sosiologi sebagai disiplin ilmu mesti menerapkan prinsip rasional dan ilmiah dalam mengajukan simpulan-simpulannya. Oleh sebab itu, filsuf berkebangsaan Perancis, Henri de Saint-Simon menulis Essay on the Science of Man pada 1813 dan mengenalkan seperangkat metode yang dapat diterapkan untuk menyediakan bukti empirik dan dapat diverifikasi. Hal itu dilakukan untuk mendukung teori-teori yang diajukan oleh kajian sosiologis sehingga lebih terukur dan terpercaya.

Metode ilmiah itu kemudian dibahas secara lanjut oleh Auguste Comte dalam Course in Positive Philosophy-nya. Ia dengan tegas menyatakan bahwa Sosiologi telah membuktikan diri sebagai disiplin ilmu yang ilmiah. Comte yakin bahwa nilai-nilai yang melandasi suatu ikatan dan keikutsertaan sosial juga mampu dijelaskan oleh suatu hukum seperti di kajian Sains. Selain itu, kajian terapan sosiologis mampu menginspirasi reformasi sosial selayaknya Sains memicu perkembangan teknologi.

Berikutnya, kajian sosiologis mulai menyasar agenda-agenda emansipasi sebagai jalan menuju reformasi sosial. Karya Harriet Martineau, Theory and Practice of Society in America pada tahun 1837, mulai mengangkat isu ketimpangan sosial. Hal itu menyangkut perlakuan rasis sekaligus penindasan pada golongan tertentu seperti budak, buruh, perempuan, dan minoritas lainnya. Isu-isu menyangkut ketimpangan sosial ini kemudian menarik perhatian banyak sosiolog untuk menyingkap akar masalahnya.

Salah satunya adalah Karl Marx yang menulis The Communist Manifesto di tahun 1848 bersama Friedrich Engels. Dalam karya itu, Marx dan Engels mengajak kaum buruh untuk membebaskan diri dari rutinitas industri yang diciptakan para pemilik modal alih-alih tunduk pada realitas sosial di masyarakat sekitarnya. Marx menekankan bahwa tugas para sosiolog tidak hanya sebatas menerjemahkan dan menjabarkan realitas sosial namun juga mesti membawa perubahan positif terhadapnya.

Marx juga berupaya menghadirkan analisis ilmiah yang cukup kompleks untuk menegaskan metodenya sebagai perangkat baru dalam memahami disiplin ilmu ekonomi. Seperti yang dituangkan Marx dalam jilid satu Das Kapital pada tahun 1867, di situ ia menganalisis secara komprehensif Kapitalisme dan menemukan bahwa Kapitalisme merupakan faktor utama dari konsep modernisasi yang memicu perubahan drastis pada interaksi masyarakat. Faktor yang telah diperingatkan oleh pendahulunya, Adam Ferguson dan Harriet Martineau.

Faktor itu mengancam nilai perekat ikatan sosial tradisional yang bertumpu pada relasi mutualisme komunal dengan prinsip kepentingan pribadi yang menguat pada masing-masing individu. Hal itu muncul sebagai akibat fenomena industrialisasi abad 19 yang berhasil menciptakan masyarakat kapitalis. Faktor tadi juga menginspirasi Ferdinand Tonnies membedakan antara komunitas tradisional dan komunitas modern yang ia gali dari ide-ide Ferguson. Konsepnya itu ia jabarkan di Gemeinschaft und Gesellschaft pada tahun 1887.

Sebelum Tonnies membedakan dua komunitas yang diikat oleh nilai dan kultur yang berbeda, Herbert Spencer berpendapat bahwa masyarakat berevolusi seperti makhluk hidup. Dalam System of Synthetic Philosophy-nya yang berjilid-jilid itu, ia mengemukakan bahwa masyarakat tidak lebih dari organisme yang menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungannya. Sehingga harus pula dipahami bahwa dalam kondisi bertahan hidup, hanya yang terkuat yang mampu bertahan.

Sosiologi sebagai disiplin ilmu akhirnya mampu menegaskan posisinya di antara disiplin ilmu lainnya seperti Filsafat, Sejarah, Politik, dan Ekonomi. Di penghujung abad 19, berkat usaha tekun Emile Durkheim yang mengikuti saran Auguste Comte untuk menerapkan metode ilmiah pada kajian sosial akhirnya mampu memenangkan kepercayaan kaum cendekiawan terhadap disiplin ilmu ini. Durkheim pun sepakat dengan Spencer bahwa masyarakat hanyalah organisme yang masing-masing organ tubuhnya punya tugas tersendiri.

Emile Durkheim menuangkan gagasan-gagasan itu di The Division of Labor in Society-nya pada tahun 1893. Gagasan-gagasan itu berpusat pada konsep solidaritas organik (organic solidarity) yang menjelaskan bahwa masing-masing individu dalam sebuah komunitas saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain. Untuk memfasilitasi kajian di bidang sosiologi, Durkheim mendirikan Departemen Sosiologi untuk pertama kalinya di Eropa di University of Bordeaux pada tahun 1895 dan menerbitkan The Rules of Sociological Method.

Misi Durkheim untuk mendapat simpati kalangan cendekiawan akhirnya terwujudkan. Namun tidak dengan pendekatan yang ia pilih. Antara tahun 1904-1905, Marx Weber menulis The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism yang menawarkan penjelasan baru mengenai bagaimana masyarakat modern dapat berevolusi. Weber cenderung memilih pendekatan subjektif ketika mengemukakan gagasannya. Menurutnya, penjabaran interpretatif lebih memadai dan lebih cocok terhadap kajian sosiologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun