Fenomena ini menunjukkan bahwa teori semiotika, khususnya yang mengkaji elemen penanda dan petanda seperti yang diungkapkan oleh Saussure, sangat relevan untuk memahami dinamika simbolisme dalam protes sosial modern. Setiap elemen pada bendera-bendera tersebut dirancang dengan cermat untuk menyampaikan pesan yang spesifik sekaligus universal, memungkinkan audiens untuk memahami maksud pembawanya secara langsung atau melalui asosiasi simbolik yang lebih luas.
Pada akhirnya, bendera-bendera kreatif ini tidak hanya menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang kontroversial, tetapi juga menjadi cerminan budaya masyarakat Korea Selatan yang kaya akan simbolisme visual. Dengan pendekatan yang penuh humor dan sindiran, aksi ini berhasil menunjukkan bahwa protes tidak harus selalu serius dan formal, melainkan bisa menjadi ekspresi artistik yang tetap kuat dalam menyampaikan pesan. Demonstrasi ini menjadi bukti bahwa dalam perjuangan sosial, kreativitas dan simbolisme dapat menjadi alat yang tak kalah efektif dari kata-kata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H