Mohon tunggu...
azra aida mahira
azra aida mahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa Universitas Airlangga yang kini tengah menempuh semester 2 jurusan Destinasi Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Krisis Peran Ayah dalam Keluarga

21 Juni 2024   10:29 Diperbarui: 21 Juni 2024   17:49 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keluarga merupakan fondasi pertama bagi seorang anak mendapatkan pendidikan, serta membentuk karakter mereka dengan baik. Kedua orang tua menjadi kunci dalam keberhasilan mengajarkan anak, pendidikan pertama mereka, juga membentuk seorang anak akan menjadi pribadi yang seperti apa nantinya. 

Seorang ayah yang biasa kita tahu memiliki kewajiban dalam memberikan istri dan anaknya nafkah, ternyata memiliki peran besar yang lebih dari itu. Terutama dalam penyempurna tumbuh kembang anak.

Namun mirisnya, semakin hari semakin sering kita menjumpai anak-anak tumbuh pada keluarga yang kehilangan peran 'ayah' disisi mereka.

Maraknya kasus-kasus yang terjadi saat ini seperti; seorang ayah yang tega memperkosa anak kandungnya, seorang ayah yang tega membunuh anaknya yang masih balita hanya karena anaknya menangis saat sang ayah sedang bermain game online, atau bahkan sampai pada titik seorang anak yang tidak sengaja membunuh sang ayah hanya karena tidak ingin melihat ibunya mengalami KDRT terus menerus.

Kasus-kasus tersebut merupakan sebagian kecil yang semakin kuat mendukung bahwa Indonesia sedang dalam keadaan krisis peran ayah dalam keluarga.

Fenomena tersebut dalam skala Internasional dikenal dengan sebutan 'Fatherless.'

Fatherless merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah kondisi peran figur ayah yang minim dalam keluarga. Kondisi ini terjadi ketika seorang ayah meninggalkan tanggung jawab dan peran mereka sebagai seorang ayah selama proses pembentukan karakter dan tumbuh kembang anak.

Tanggung jawab serta peran seorang ayah tidak cukup sampai memberikan nafkah berupa materi saja. Tetapi juga secara fisik, dan psikologis anak dalam menjadi pelindung, pemberi petunjuk, serta pengasuhan dan penyemangat bagi anak.

Kedekatan anatara ayah dan anaknya mampu menciptakan berbagai eksplorasi yang membimbing seorang anak mampu untuk menjadi kuat secara fisik dan psikologisnya, serta menjadi berani dalam memilih keputusannya sendiri dengan baik.

Ketika seorang ayah hadir dan mendampingi proses tumbuh kembang anak, akan menciptakan karakter seorang anak yang aktif, tanggap, serta berani dalam mencoba hal-hal baru. 

Namun hal sebaliknya akan terjadi pada anak, ketika seorang ayah tidak hadir disisi mereka. Kehilangan peran seorang ayah akan sangat mempengaruhi kondisi mental dan emosional anak.

Dalam fenomena Fatherless yang terjadi di Indonesia, merupakan imbas dari Kekerasan dalam Rumah Tangga, perceraian, pernikahan dini yang membuat proses kesiapan calon orang tua belum benar-benar siap untuk bertanggung jawab dalam mendidik dan mengasuh anak.

Selain itu maraknya kasus fenomena Fatherless yang terjadi di Indonesia juga menggambarkan kondisi dimana seorang anak memiliki ayah, namun peran serta tanggung jawab seorang ayah tidak terpenuhi.

Seorang anak akan menyadari ia mengalami fenomena ini ketika seorang anak mulai mengalami permasalahan secara psikologis (berhubungan dengan emosional), maupun secara perilaku yang membuat anak tidak percaya diri, atau bahkan hal terburuk ketika seorang anak melakukan perilaku ke arah hal-hal negatif seperti kenakalan remaja sebagai dampaknya.

Penanganan fenomena Fatherless ini memerlukan tindakan yang tepat. Anak yang tidak mendapatkan peran seorang ayah dapat membangun kedekatan dengan anggota keluarga yang lain untuk mendapatkan peran psikologis.

Anggota keluarga yang lain dapat membantu menciptakan lingkungan keluarga yang positif bagi seorang anak. Usahakan untuk terus memberikan kasih sayang yang seimbang agar anak tidak merasa terpukul dan terbebani atas apa yang ia alami. Pantau terus kehidupan anak tanpa membuat anak merasa terkekang.

Sementara seorang anak dapat melakukan berbagai kegiatan positif untuk mengeksplorasi banyak pengetahuan lainnya. Hindari hal-hal yang akan membuat anak terjerumus dalam hal negatif.

Peran orang tua sebenarnya sangatlah penting dalam hal ini. Jadi kesiapan dalam membangun rumah tangga dan memiliki anak patutlah untuk benar-benar dipikirkan dan di rencanakan dengan matang.

Jangan sampai karena mendahulukan nafsu akan berimbas pada anak yang menanggungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun