22 tahun yg lalu, Â kampus kami dikepung oleh pasukan bersenjata atas aksi kami menolak kenaikan BBM yang ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada hari Senin, 4 Mei 1998. Belasan orang mahasiswa terluka dan seorang satpam bernana bang Onip pipinya bolong tertembak peluru karet.
Tragedi berdarah itu diawali sekitar pukul 12 siang, 5 Mei 1998. Â Seperti biasa, kami akan mengadakan Mimbar Bebas di depan kampus UMB menuntut reformasi. Tema demo kali ini tentang Tolak Kenaikan BBM yang membuat rakyat semakin sengsara oleh dampak krisis moneter. Â
Kami tadinya berencana akan melakukan aksi long march menyuarakan penolakan kenaikan BBM dan menunutut dipercepat pelaksanaan reformasi di segala bidang, namun akhirnya tidak jadi. Ternyata diluar pagar kampus, jalan umum sudah di blokir oleh sepasukan aparat bersenjata lengkap. Akses kendaraan dari arah selatan dan utara terlihat pasukan berseragam sudah berbaris membentuk pagar betis menutup jalan menuju ke kampus kami.
"Kampus kita sudah dikepung," teriak berapa orang teman dengan wajah sedikit tegang memberi tahu kami yang sedang berkumpul di koridor kampus mempersiapkan perangkat aksi.
Ketua Senat Abdul Rohman (Omen) memastikan aksi demo tetap berlanjut. Faizal Assegaf sebagai Korlap pun tetap bersemangat memimpin aksi demo tanpa ada wajah ciut sedikit pun. Wakil Korlap Satyo Prasetyo (Komeng) terlihat wajahnya tanpa ada keraguan. Saya pun memberi semangat untuk tetap maju apapun yang terjadi.
Kami yang hanya belasan orang lalu bergerak menuju ke halaman kampus mau memulai aksi demo. Â Sebagian besar peserta aksi diikuti oleh UKM Pers Orientasi.
Teman-teman ada yang bawa poster kertas ukuran A1 dan ada juga membawa senjata mainan. Kami semua sudah sepakat apapun terjadi, siap perang. Dari awal kami sudah menyadari bahwa kami berhadapan dengan rejim militeristik yang menakutkan. Sudah konsekuensi nyawa melayang.
Diluar dugaan, ternyata aksi kami lakukan banyak dapat dukungan dari kawan-kawan mahasiswa yang selama ini cuma sekedar nonton. Mereka dengan penuh semangat ikut membuka pintu pagar untuk melakukan aksi keluar kampus. Ini adalah aksi demo pertama kali kami lakukan di luar kampus yang mana selama ini cuma dilakukan di dalam kampus.
Atas adanya rumor beredar bahwa ABRI (baca : TNI) akan menembak para mahasiswa apabila melakukan demo di luar kampus, semakin membuat kami  bersemangat melawan.
Jalan Raya Meruya yang sudah kosong dari kendaraan, kami melakukan aksi duduk dan tidur sepanjang jalan depan kampus. Kami bernyanyi-nyanyi menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Kami juga membaca puisi dan aksi teaterikal.
Tak terasa sudah 2 jam waktu berjalan. Sekitar pukul 3 siang, kami kemudian merapatkan barisan kembali hendak melakukan long march menuju Senayan. Aparat tentara yang berada di sisi Utara terlihat semakin siaga membentuk
barikade untuk mencegat kami. Dari jauh terlihat para aparat tersebut sudah mulai mengokang senjatanya.
Apapun terjadi kami sudah siap mati. Kami pun terus merengsek maju mendekati barisan barikade aparat tentara tersebut.
Saya, Omen dan Faizal Assegaf secara bergantian dengan mengunakan toa memberi komando kepada teman-teman mahasiswa agar merapatkan barisan untuk bisa menembus barikade aparat bersenjata. Aparat yang mengunakan tameng hitam membentuk formasi barikade berlapis-lapis  Aksi dorong-dorongan pun terjadi.
Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba terdengar letusan suara senjata. Serentak dengan itu, aparat yang berada di depan kami langsung memukul kami seperti serigala yang beringas.
Kami lari mundur ke belakang. Bunyi rentetan letusan senjata semakin terdengar mengetarkan nyali. Asap putih mengepul dari tabung gas air mata meledak di depan kami.
Kami pun lari berhamburan masuk ke dalam kampus. Sebagian teman saya lihat ada terjebak lari ke dalam kebun masyarakat yang ada dipingir jalan saat itu.
Dari dalam kami lalu melakukan perlawanan. Terlihat teman-teman melempar batu ke aparat yang terus melepaskan tembakan ke arah kami yang berada di dalam kampus.
Kepulan asap gas air mata semakin tebal memenuhi kampus yang memerihkan mata. Saya melihat seorang teman menjerit kesakitan. Dari pantat celananya terlihat keluar darah. Ternyata dia kena tembak peluru karet.
Saya dan bersama teman lalu mengotongnya masuk kedalam ruang kelas.
Serangan dari aparat tersebut menimbulkan solidaritas tinggi dari teman-teman. Mereka yang sedang berada di ruang kelas mengikuti mata kuliah ketika mendengar letusan senjata lalu berhamburan keluar. Mengetahui kampus mereka diserang, secara spontan tanpa dikomandoi lalu bergerak melawan aparat tersebut. Mereka pun melempar batu mengusir aparat yang berada di depan pagar kampus yang terus menembakan senjatanya ke dalam kampus.
Seorang satpam bernana bang Onip terlihat mukanya berlumuran darah. Ternyata pipinya kena tembak peluru karet. Berapa orang lalu menolongnya membawa ke klinik kampus untuk pertolongan pertama.
Terlihat juga beberapa orang tergeletak jatuh  karena tidak kuat menahan gas air mata. Ada juga yang sock ketakutan melihat suasana seperti kondisi perang dan dipenuhi asap.
Seorang dosen nampak sedang berusaha mencoba menghentikan tindakan represif aparat yang mencoba loncat pagar masuk  kampus. Namun tidak berhasil. Bentrokpun semakin membesar. Mahasiswa semakin kompak dan makin banyak ikut bertempur melawan aparat.
Ditengah seliweran hujan batu dan peluru karet, saya melihat seorang kameramen televisi INDOSIAR dengan berani mendokumentasikan peristiwa Tragedi Berdarah 5 Mei di kampus UMB.
Setelah 2 jam lebih bentrok, sebanyak 27 orang teman-teman kami terluka ditembak peluru karet dan 1 orang satpam. Kami lalu mengumpulkan ratusan butir selonsong peluru karet serta beberapa butir selongsong senjata tajam. Â
Barang bukti tersebut, beberapa hari kemudian kami serahkan ke Komnas HAM untuk memperkuat laporkan kami atas kekerasan aparat kepada aksi demo damai kami yang dibalas represif oleh aparat saat itu.
Sayang, waktu itu belum ada hp android. Jadi kami tidak punya foto atau video merekam peristiwa bersejarah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H