(saya berheti sejenak dan lalu melanjutkan pemaparan saya) Â
"Tentang BPJS Ketenagakerjaan dimana hasil temuan BPK direksinya bekerja tidak produktif menggelola assetnya sehingga menghilangkan potensi penerimaan.
Tentang ketidakmampuan orang Bapak mengelola BUMN yang selalu mengalam kerugian, sementara akar permasalahannya sederhana yaitu korupsi dan manajemennya melakukan investasi yang sia-sia sebesar 54%.
Tentang dunia kelautan kita yang luas tapi hanya bisa menyumbang 30% terhadap Gross Domestic Bruto. Â Angka ini dikategorikan kecil jika dibandingkan negara Korea Selatan, Jepang dan Vietnam yg memiliki konstribusi sektor kelautan sekitar 48-57% .
Tentang pertumbuhan ekonomi hanya berkisar diangka 5% tidak mencapai angka 2 digit karena tidak pintarnya orang bapak memanfaatkan potensi ekonomi Indonesia sebagai komoditi ekspor unggulan. Hal ini juga disebabkan banyaknya orang Bapak bermental rent seeking alias calo untuk mendapatkan komisi dari barang impor dengan memanipulasi data dan memark-up kuota sehingga neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami defisit."
(saya kembali berhenti sejenak)
"Banyak lagi contoh-contoh lain Pak Presiden. Mereka itu orang-orang tidak becus, bermental bobrok, tidak cekatan melihat peluang dan pemalas terjun ketengah masyarakat. Sementara mereka itu sudah diberi gaji yang besar, bonus, fasilitas serta wewenang. Saya kasihan melihat Pak Presiden Cuma bekerja sendiri sementara orang-orang Bapak diharapkan sebagai tim melaksanakan visi Bapak tidak terlaksana dengan baik apalagi cepat."
(Suasana terasa hening. Suara jangkrik yang tadi terdengar ramai tiba-tiba juga diam. Mungkin mereka tersindir dengan pernyataan saya)
JKW: "Wah, ini menarik sekali dialog kita malam ini! Belum ada berani bicara blak-blakan sama saya seperti ini"
(Terlihat beliau antusias)
AT: "Ini momentumnya pak presiden membuat terobosan baru  membentuk kabinet dan posisi-posisi strategis lainnya untuk memdapatkan sosok yang bisa melakukan lompatan-lompatan besar untuk mewujudkan Visi Indonesia Maju. Kita harus mencari strategi-strategi baru"
JKW : "Apa yang mesti saya lakukan"
(Dia menatap saya. Saya mendengar ucapan dari orang nomor satu itu hampir tidak percaya. Â Saya tertegun sejenak. Kerendahanhatian pada diri beliau bukan omong kosong. Meski saya rakyat jelata tidak setinggi nilai tawar para elit-elit politik tapi beliau mau meminta masukan kepada saya).
AT : "Simple, Pak Presiden..!"