Mohon tunggu...
AZNIL TAN
AZNIL TAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Koordinator Nasional Poros Benhil

Merdeka 100%

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analisa Kenapa Ahok Kalah Lawan Risma

4 Agustus 2016   19:46 Diperbarui: 6 Agustus 2016   05:16 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ahok vs Risma "][/caption]

Jakarta adalah kota terseksi di Indonesia. Provinsi khusus memiliki anggaran 67,1 Triliun. Jakarta sebagai pusat ibukota Indonesia juga pusat perekonomian tak hayal Jakarta jadi gengsi tertinggi bisa jadi gubernur DKI. Siapa jadi gubernur DKI berarti telah menjadi presiden ke 2 Indonesia.

Begitu pentingnya Jakarta baik dari segi politik, ekonomi maupun sebagai wajah peradaban Indonesia maka menjadi gubernur DKI harus direbut. Jika Jakarta bobrok maka secara otomatis dunia menilai Indonesia bobrok. 

Salah satu yang digadang-gadangkan sebagai calon DKI pada Pilkada 2017  adalah RISMA walikota Surabaya. Sosok yang terkenal prestasinya yang berjibun dan menduniaa dalam melaksanakan tugasnya sebagai Walikota Surabaya. Salah satu kelebihannya lagi adalah  merakyat tanpa ada perbedaan jabatan dan kelas.  

Ahok sebagai gubernur DKI yang menjabat sekarang dari hasil limpahan gubernur sebelumnya yaitu Jokowi merasa diatas angin. Banyak menghelu-helukan dia sebagai gubernur berprestasi dalam membangun Jakarta. Ahok pun sebagai petahana telah membentuk pasukannya (baca : Teman Ahok) dan telah mendapat 3 partai (Golkar, Hanura dan Nasdem) untuk mengusungnya pada Pilkada 2017 nanti maju lewat jalur partai.

Ridwan Kamil sekarang menjabat sebagai Walikota Bandung tak luput juga dijagokan untuk bisa memenangkan pertandingan ini. 

Prestasi wali kota “gaul” ini telah melahirkan beberapa karya monumen dan bangunan di dalam maupun di luar negeri yang tidak usah diragukan lagi.

Pria yang akrab disapa Emil itu menyatakan, salah satu pencapaian terbaik dalam dua tahun memimpin Bandung yakni soal perbaikan birokrasi. Menurut dia, banyak apresiasi dan penghargaan yang menandakan kualitas pelayanan Pemerintah Kota Bandung sudah mulai membaik. 

Munculnya 3 sosok ini dalam Pilkada DKI 2017 Ini adalah pertempuran "apple to apple". Orang BERPRESTASI  lawan Orang BERPRESTASI. Orang baik sama orang baik.

Pertandingan ini akan berbeda terbalik jika Yusril lawan Ahok atau Sandiaga Uno lawan Ahok.

 

Analisa Politik 

Munculnya Risma calon DKI maka dari analisis saya  AHOK KALAH.  RIDWAN KAMIL akan menjadi "kuda hitam" pada PILKADA DKI 2017 sewaktu-waktu bisa menyalip Ahok maupun Risma. 

Saya menganalisis dari berbagai sudut pandang mengunakan mata pisau analisis SWOT dengan data dan fakta di lapangan.  

Suka tidak suka, ada 3 karakter pemilih DKI :

1. Pemilih PRIMORDIAL

Adalah pemilih berdasarkan pertimbangan ego daerah/etnis.

2. Pemilih SEKTARIAN 

Adalah pemilih berdasarkan pertimbangan ego agama.

3. Pemilih PRO DEMOKRASI

Adalah pemilih berdasarkan pertimbangan prestasi dan kinerja.

 

Jika kita bedah dari 3 karakter tersebut,

- Dari SEGI ETNIS.

Etnis Tionghoa hanya bagian kecil di Jakarta (5,53%). 

Sebagian besar adalah etnis Jawa (35,16%), Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Batak 3,61%, Minang (3,18%), Melayu 1,62% dan sisanya etnis lain dari Papua, Dayak, Bugis, Maluku, Bali, hingga Aceh.   

Suka tidak suka, Jakarta sebagai sumbunya Indonesia maka tak terelakan lagi DKI jadi daerah rebutan para etnis2 dari Sabang sampai Merauke.

Pilkada di DKI menjadi ajang Pilkada bergengsi dan semua mata bangsa Indonesia melirik kesana. 

Ego etnis pun menjadi karakter dalam pemilihan kepala daerah DKI meski muncul gerakan kelompok pro demokrasi untuk meredam pemilih Primordial ini. 

Ego etnis saya maksud disini adalah ego eksistensi etnis ingin menjadi etnis terdepan dari etnis lainnya. 

Kompetisi antar etnis ini  dilakukan secara fair dan sportif bukan bertujuan SARA yang mengadu domba atau membenci kelompok etnis tertentu. Jika orang yang muncul itu tidak berprestasi maka dukungan akan hambar (tidak bergairah) oleh etnisnya. 

Ini seperti pertandingan Liga Indonesia dimana Persib di dukung Bobotoh etnis Sunda, Semen Padang oleh etnis  Minang, Persipura didukung oleh etnis Papua dll. 

Dalam hal ini, Ahok memiliki kelemahan dalam mengingat etnis Tionghoa hanya ada 5,6%.

Jika pun Ahok mampu menyedot pemilih dari etnis lain kemungkinan diprediksi hanya mencapai 25% dari total semua etnis yang ada di Jakarta. 

Artinya Ahok cuma bisa memperoleh suara 5,6% + 25% = 30,6%.

Jika ada 3 calon maka ada 69,4% lagi yang diperebutkan si calon etnis lain. Jika Risma yg muncul maka dialah Pemenangnya. 

Jika Betawi dan Sunda bersatu bisa Ridwan Kamil  jadi "kuda hitam" dalam Pilkada 2017 DKI.

 

- Dari SEGI AGAMA

Data penduduk DKI berdasarkan agama adalah :  Islam (85,36%), Kristen (7,54%), Katolik (3,15%), Hindu (0,21%), Budha (3,13%)  dan Kong Hu Cu (0,06%).  

Dari data tersebut, Ahok sangat lemah sekali. Suka ga suka, faktanya dilapangan isu agama sangat kental di Indonesia.

Baik dari penganut Islam sendiri yang  85,36% maupun penganut agama lainnya. 

Hal ini diperparah pernyataan-pernyataan Ahok dan pendukungnya sangat fatal menimbulkan sentimen2 agama seperti :

1. Ahok utusan Yesus yang dinyatakan pendukung Ahok di gereja dimana videonya sudah beredar dimana-mana.

2.  Pernyataan Ahok akan melawan Tuhan.

3. Malaikat angkat tangan kepada Ahok

Jargon2 ini sangat berbahaya dan tidak mesti dilakukan pendukung fanatik (Ahok Lover).

Jika isu ini kencang bermain tak telak lagi Ahok akan kalah total.

- Dari SEGI PRO DEMOKRASI

Pemilih rasional berbasiskan prestasi pun mengalami perpecahan. Kekuatan relawan Jokowi terpecah - pecah atas manuver Ahok membentuk Teman Ahok (TA). 

Pemilih pro demokraksi terpecah tidak mendukung Ahok dengan alasan sbb :

1  Ahok tidak konsisten atas jalur independen yg sering diucapkannya.

Sikap inkosistensi Ahok ini mengurangi simpatik para pemilih pro demokrasi kepada Ahok.

2. PDIP tidak mendukung Ahok.

Suka tidak suka, PDIP adalah benteng terkuat untuk melindungi Ahok memenangkannya pada pilkada DKI yang terkenal ganas dan liar tersebut. 

PDIP sebagai partai nasionalis sudah teruji sangat tangguh mengkanter isu-isu sektarian dan primodial tersebut.

Suka ga suka juga, PDIP adalah partai pemenang pemilu dan memiliki massa yang militan. 

Ahok seharus bisa mengambil hati PDIP untuk diusung. Sebenarnya hal ini tidak sulit bagi Ahok untuk diusung PDIP karena selama ini Ahok memiliki hubungan emosional bagus dengan kader-kader PDIP  dan selama ini membacking Ahok. Hubungan Megawati dengan Ahok seperti anak dan ibu.

Tapi sangat disayangkan..... malah terjadi provokasi yg buat retak hubungan kedua belah pihak.

Para Ahoker membuat provokasi-provokasi memancing  pertengkaran, seperti adanya meme dan jargon berbunyi : TANPA PDIP, AHOK PASTI MENANG. PDIP TIDAK DUKUNG AHOK AKAN MENJADI PARTAI GUREM 2019.

Begitu hebatkah Ahok itu sehingga bisa menjadikan partai PDIP menjadi partai GUREM ???

4. Gerombolan simpatisan Ahok yang berkampanye tidak simpatik dan jumawa sehingga sering menimbulkan benturan antara pendukung Ahok dengan relawan lainnya.

Ujaran2 kebencian dan menyerang orang yang sebenarnya simpatik dengan sosok Ahok selama ini membuat hilang simpatik. Ujaran-ujaran Ahoker yang begitu berisik di dunia sosial media serta pengkultusan membabi buta kepada Ahok membuat publik menjadi hilang rasa ke ahok.

5. Prestasi Ahok yang dinilai hanya diuntungkan rakyat kelas atas sehingga masyarakat bawah akan gigih terjun menolak Ahok  dengan penuh dendam.

Ini sebuah ancaman besar buat Ahok mengingat Jakarta penduduknya masih banyak berekonomi menengah ke bawah.

6. Bergabungnya orang bermasalah di kubu Ahok menyebabkan kelompok reformis pun berpikir 2x untuk merekomendasikan atau mengkampanyekan Ahok jadi Gubernur DKI kembali.

Maka isu sektarian dan primodial sangat goyah pertahanannya yang begitu sangat ganas berseliwuran. Saya amati para Teman Ahok (Ahoker) tidak memiliki kemampuan untuk perang isu ini. Mereka tidak punya nyali mencabut spanduk/poster berbau SARA ditengah ganasnya kehidupan Jakarta.

Dari 3 faktor tersebut, maka saya memprediksi Ahok Kalah tipis. 

Ini sungguh tragis !  Ini tidak mesti terjadi.Seandainya Ahok kemarin  mempunyai kesabaran yang bagus dan kecerdasan emosional tinggi, Ahok pasti akan didukung habis-habisan oleh PDIP dan para relawan Jokowi.  

Jika seandainya Pilkada 2017 nanti Ahok menang maka kemenangan Ahok bisa dikatakan kemenangan kehendak Tuhan. Ahok adalah utusan Tuhan memang terbukti. Sebagai makhluk biasa, saya ga masuklah bicara wilayah ini.

Tapi masih ada waktu untuk merubah semuanya meski sangat sulit.

Tiba-tiba seorang janda yg sedang berjalan menekur dan asyik memainkan hp ditangannya datang menghampiri saya 

"Lihat POKEMON ga ????"

"Tuh lagi ma PAPA"

Hahahaha. .....Dibawa santai saja kalix!

Referensi : 1| 2| 3| 4| 5| 6| 7|

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun