Jika kita bedah dari 3 karakter tersebut,
- Dari SEGI ETNIS.
Etnis Tionghoa hanya bagian kecil di Jakarta (5,53%).Â
Sebagian besar adalah etnis Jawa (35,16%), Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Batak 3,61%, Minang (3,18%), Melayu 1,62% dan sisanya etnis lain dari Papua, Dayak, Bugis, Maluku, Bali, hingga Aceh. Â Â
Suka tidak suka, Jakarta sebagai sumbunya Indonesia maka tak terelakan lagi DKI jadi daerah rebutan para etnis2 dari Sabang sampai Merauke.
Pilkada di DKI menjadi ajang Pilkada bergengsi dan semua mata bangsa Indonesia melirik kesana.Â
Ego etnis pun menjadi karakter dalam pemilihan kepala daerah DKI meski muncul gerakan kelompok pro demokrasi untuk meredam pemilih Primordial ini.Â
Ego etnis saya maksud disini adalah ego eksistensi etnis ingin menjadi etnis terdepan dari etnis lainnya.Â
Kompetisi antar etnis ini  dilakukan secara fair dan sportif bukan bertujuan SARA yang mengadu domba atau membenci kelompok etnis tertentu. Jika orang yang muncul itu tidak berprestasi maka dukungan akan hambar (tidak bergairah) oleh etnisnya.Â
Ini seperti pertandingan Liga Indonesia dimana Persib di dukung Bobotoh etnis Sunda, Semen Padang oleh etnis  Minang, Persipura didukung oleh etnis Papua dll.Â
Dalam hal ini, Ahok memiliki kelemahan dalam mengingat etnis Tionghoa hanya ada 5,6%.