Setelah dinobatkan oleh Persatuan Bangsa Bangsa sebagai UN Messenger of Peace on Climate Change, bintang film kelahiran Los Angles, Amerika pada 11 November 1974, Leonardo Dicaprio melakukan blusukan ke berbagai negara. Blusukan ke berbagai negara sebagai wujud pelaksanaan program kerjanya di UN Messenger of Peace on Climate Change sejak Ia dilantik pada 16 September 2014.
Selama Leonardo Decaprio menjalani blusukan ke berbagai negara, media yang berfokus pada lingkungan hidup, National Geographic mendokumentasikan perjalananya. Hasil dokumentasi perjalanan itu, dikemas menjadi film dokumenter, berjudul "Before the Flood"yang berdurasi satu jam lebih dan telah dipublikasikan pada 31 Oktoboer 2016 di kanal Youtube resmi National Geographic.
Di bagian opening film dokumenter itu, National Geographic memasang karya seni "The Garden of Earthly Delights"oleh Hieronymus Boseh yang memiliki tiga panel. Karya seni itu ditampilkan karena memiliki kesan bagi Leonardo Decaprio. Sejak masih balita, Ia selalu meratapi lukisan tersebut menjelang tidur, karena lukisan itu dipasang menggantung di atas ranjangnya. Selain memiliki kesan tersendiri bagi Leonardo Decaprio, lukisan Hieronymus Boseh memiliki kesan prediksi kondisi masa depan bumi yang megalami berbagai permasalahan. Hal itu ditunjukan di panel kedua yang memiliki arti bertambahnya populasi manusia dan di panel ketiga memiliki pesan kehancuran bumi.
Keputusan untuk menggunakan karya seni  "The Garden of Earthly Delights"sangat tepat, karena pada film dokumenter "Before the Flood"akan menceritakan bagaimana manusia mengekpsploitasi bumi dengan beragam cara.
Setelah disuguhkan karya seni seni "The Garden of Earthly Delights",National Geographic mendokumentasikan pertemuan Leonardo Decaprio dengan Bang Ki-Moon selaku United Nations, Secertary General. Ada pernyataan menarik dari Bang Ki-Moon di saat sebelum Ia memperkenalkan Leonardo sebagai UN Messenger of Peace on Climate Change di hadapan awak media.
"Bumi adalah perahu kecil, jika perahu tenggelam maka kita semua akan tenggelam bersama," jelas Bang Ki-Moon.
Walaupun telah dinobatkan sebagai UN Messenger of Peace on Climate Change tidak membuat Leo --begitu sapaan akrabnya- menggangkat dagu. Dihadapan delegasi berbagai pemimpin bangsa, Leo mengakui Ia bukanlah seorang ahli dalam permasalah iklim bumi, "Saya berdiri di hadapan Anda bukan sebagai seorang ahli, saya akan melakukan segalanya, saya akan belajar mengenai isu ini, jelas Leo.
BLUSUKAN KE BERBAGAI NEGARA
1. Kanada
Negara pertama yang Leo kunjungi adalah Alberta, Canada. Di sana Leo mengunjungi Canadian Tar Sands didampingi dengan Marc Mageau selaku SVP Oil Sands Operations, mengamati lahan tambang dengan helikopter. Dalam mata kamera terlihat transisi perbedaan hutan yang masih terlihat pepohonan hijau dengan lahan tambang minyak pasir yang telah tercemar parah dengan warna hitam pekat. Lahan tambang minyak pasir tersebut telah beroperasi pada 1960, namun belum seluas sekarang. Keadaan sekarang semakin memprihatinkan, Mageau menyatakan bahwa perusahaan minyak itu setiap harinya memproduksi sebanyak 35.000 barel per hari. \
2. Pacific Island
Blusukan selanjutnya, Leo mengunjungi bebatuan es di Pacific Island. Ia didampingi oleh Dr. Enric Sala dan Jake Awa sebagai pemandu kawasan. Enric menyatakan kondisi gunung es Pacific Island makin mencair akibat pemanasan global. Pemandangan menarik terlihat ketika rombongan Paus yang naik ke permukaan laut, tentu itu membuat Leo menunjukan rasa kekagumannya.
3. Kangerlussuaq, GreenLand
Selanjutnya Leo menelusuri Kangerlussuaq didampingi oleh Prof. Jason selaku peneliti geologi. Lagi-lagi, Leo dibuat takjub, namun kali ini terasa sedikit menegangkan karena selagi menelusuri area, secara tiba-tiba terjadi longsor es dari atas pegunungan sekitar. National Geographic sangat cepat dan tanggap engambil momen tersebut, sehingga emosi bisa tersampaikan debgan baik.
4. Miami, Amerika
Kini Leo kembali ke negara asalnya, Amerika. Ia mengunjungi gedung Miami beach, city hall bertemu dengan Philip Levine selaku Wali kota Miami. Mereka membicarakan kondisi Miami dan sekitarnya yang mudah terkena banjir apabila masuk musim penghujan. Miami sedang membuat gorong-gorong untuk menampung air demi mencegah banjir d musim penghujan. Proyek itu menghabiskan 400 juta dolar.
5. Beijing, China
Setlah blusukan ke Barat, Leo mengunjungi Asia tepatnya Beijing, China. Leo menemukan informasi bahwa China adalah penyebar karbon dioksida akibat adanya angka jumlah industri yang besar dan fenomena urbanisasi selama 35 tahun terakhir. Hal itu yang menjadikan China sebagai pencipta polusi udara paling buruk nomor satu.
6. India
Leo menemukan fakta mencengangkan, bahwa terdapat 300 juta orang hidup tanpa listrik. Fakta itu yang membuat sebagian mayarakat kecil membuat inovasi untuk menciptakan gas dari proses pengolahan kotoran sapi. Hal lain, India merupakan negara ketiga atau empat negara yang memiliki sumber daya batu bara terbesar. Harga batu bara adalah sumber daya yang murah, sehingga eksploitasi di sana semakin menjadi-jadi. Dilema.
7. Abaiang, Karibati & Bablomekang, Palau (Negara Kepulauan)
Sekilas melihat gambar yang ditampilkan menggugah dan merangsang mata oleh hamparan laun yang cantic. Namun, tiba-tiba penonton disuguhkan dengan rumah masyarakat setempat yang roboh akibat banjir bandang di kepulauan tersebut. Anote Tong sebagai Presiden Karibati menyatakan bahwa negara kepulauan ini berada di bawah permukaan laut. Lalu Tomy E selaku Presiden Palau menambahkan karena kejadian itu diakibatkan dari pemanasan global.
8. Kepulauan Pasifik
Leo menyelami kepualauan pasifik dengan kapal selam. Raut wajahnya terlihat sedih ketika pemandangan yang terlihat adalah bebatuan koral dan terumbu karang rusak dan mati sebanyak 50% dalam 3o tahun terakhir. Penyebabnya masih sama, pemanasan global dari industri sekitar yang memproduksi polusi di atmosfer.
9. Riau, Indonesia
Leo mendatangi Indonesia di pulau Sumatera. Leo datang bersamaan dengan peristiwa terbesar yang selalu terjadi di setiap tahun di pulau Sumatera, yaitu kebakaran hutan. Kebakaran hutan disebabkan perluasan lahan perkebunan kelapa sawit. Namun, dalam perluasan lahan itu, menggunakan cara "dibakar". Pembakaran hutan bukan sesuatu yang diizinkan karena cadangan hutan hujan di dunia tinggal menyisakan sedikit, salah satunya di Indonesia. Izin pembakaran seharusnya tidak bisa dilakukan, namun pemerintah Indonesia masih memiliki penyakit praktik korupsi, pemerintah membuat izin perluaasan lahan dengan cara dibakar.
KESIMPULAN
Melalui film dokumenter "Before The Flood" saya rasa dapat mengubah cara pandang dan gaya hidup yang kita lakukan setiap hari. Manusia di bumi dapat menghasilkan pencemaran iklim di muka bumi setiap hari. Contohnya adalah satu daging burger sama dengan menyalakan AC/pendingin ruangan selama 24 jam. Itu dapat menimbulkan menipisnya lapisan ozon. Tim National Geographic sangat pas dalam memilih cerita tentang perubahan iklim di dunia. Mengingat usia bumi yang sudah tua didampingi dengan eksploitasi sumber daya alam.Â
Penggarapan produksi visual film dokumenter sangat kaya akan gambar. Gambar tidak hanya g diambil dari tim internal, namun mengambil gambar eksklusif dari masyarakat. Tidak berhenti sampai di situ, kekayaan informasi juga terasa dalam film dokumenter ini. Sumber informasi didapat dari berbagai data dan narasumber yang ahli dari berbagai bidang. Bahkan narasumber didapat dari berbagai negara, alhasil sudut pandang sangat variatif dan menarik.
RATE : 9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H