Mohon tunggu...
Azmi Tsaqif Abdillah Suharso
Azmi Tsaqif Abdillah Suharso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi, Jurusan Ilmu Administrasi Fiskal, Universitas Indonesia

fleksibel

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Target Presiden Prabowo Subianto untuk Menaikan Pendapatan Negara yang Mencapai Angka Rp. 3.005,1 Triliun

18 Desember 2024   16:35 Diperbarui: 19 Desember 2024   00:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Target Presiden Prabowo Subianto untuk Menaikan Pendapatan Negara Yang Mencapai Angka Rp. 3.005,1 Triliun : Apa yang akan terjadi dalam lingkup pajak?

Jika Prabowo Subianto terpilih menjadi presiden, Prabowo Subianto, menetapkan target ambisius untuk pendapatan negara sebesar Rp 3.005,1 triliun pada tahun 2025. Target ini menjadi tantangan besar mengingat beban fiskal yang harus ditanggung, terutama pembayaran utang yang mencapai sekitar Rp 1.350 triliun. Salah satu langkah strategis yang direncanakan adalah optimalisasi sektor perpajakan, yang menjadi sumber utama penerimaan negara. Namun, apa yang akan terjadi dalam lingkup pajak dengan target sebesar ini?

Strategi untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak

Dalam rangka mencapai target pendapatan tersebut, Prabowo Subianto berencana untuk membentuk Badan Penerimaan Negara (BPN) atau Kementerian Penerimaan Negara. Badan ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak dan menggali potensi pendapatan yang belum tergarap (untapped revenue) serta pendapatan yang belum tertagih (uncollected revenue). Fokus utama bukan pada menaikkan tarif pajak yang sudah ada, melainkan memperbaiki tata kelola dan memperluas basis pajak.

Strategi untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak

Dalam rangka mencapai target pendapatan tersebut, Prabowo Subianto berencana untuk membentuk Badan Penerimaan Negara (BPN) atau Kementerian Penerimaan Negara. Badan ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak dan menggali potensi pendapatan yang belum tergarap (untapped revenue) serta pendapatan yang belum tertagih (uncollected revenue). Fokus utama bukan pada menaikkan tarif pajak yang sudah ada, melainkan memperbaiki tata kelola dan memperluas basis pajak.

Digitalisasi dan Reformasi Perpajakan

Untuk mencapai target pendapatan ini, digitalisasi menjadi hal yang krusial. Sistem perpajakan yang lebih modern dan berbasis teknologi akan mempermudah pengawasan, meminimalkan kebocoran pajak, serta meningkatkan efisiensi administrasi. Dengan menerapkan teknologi seperti big data dan artificial intelligence (AI), pemerintah dapat memonitor transaksi ekonomi secara real-time dan mengidentifikasi potensi pajak dengan lebih akurat.

Selain itu, reformasi kebijakan perpajakan juga diperlukan untuk menyederhanakan proses pembayaran pajak. Reformasi ini bisa mencakup pengurangan birokrasi, peningkatan transparansi, dan pemberian insentif bagi wajib pajak yang patuh.

Digitalisasi dan Reformasi Perpajakan

Untuk mencapai target pendapatan ini, digitalisasi menjadi hal yang krusial. Sistem perpajakan yang lebih modern dan berbasis teknologi akan mempermudah pengawasan, meminimalkan kebocoran pajak, serta meningkatkan efisiensi administrasi. Dengan menerapkan teknologi seperti big data dan artificial intelligence (AI), pemerintah dapat memonitor transaksi ekonomi secara real-time dan mengidentifikasi potensi pajak dengan lebih akurat.

Selain itu, reformasi kebijakan perpajakan juga diperlukan untuk menyederhanakan proses pembayaran pajak. Reformasi ini bisa mencakup pengurangan birokrasi, peningkatan transparansi, dan pemberian insentif bagi wajib pajak yang patuh.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun target ini ambisius, beberapa tantangan besar masih menghadang, seperti:

1. Penghindaran Pajak dan Korupsi: Praktik penghindaran pajak serta korupsi masih menjadi masalah yang perlu diatasi untuk memastikan semua penerimaan masuk ke kas negara.

2. Beban Pembayaran Utang: Dengan hampir 50% dari pendapatan negara digunakan untuk membayar utang, ruang fiskal untuk investasi pembangunan menjadi terbatas.

3. Kondisi Ekonomi Global: Ketidakpastian ekonomi global, seperti inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, dapat mempengaruhi penerimaan pajak di Indonesia.

Kesimpulan

Target pendapatan negara sebesar Rp 3.005,1 triliun adalah tantangan yang besar namun realistis dengan strategi yang tepat. Pembentukan Badan Penerimaan Negara (BPN), reformasi perpajakan, optimalisasi kepatuhan, dan pemanfaatan teknologi akan menjadi kunci sukses untuk mencapai target ini. Meskipun ada tantangan yang perlu diatasi, langkah-langkah ini diharapkan dapat menciptakan sistem perpajakan yang lebih efektif, transparan, dan mendukung pembangunan nasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun