Banyak dari kita memiliki tokoh idola dalam hidup, bisa berasal dari berbagai kalangan seperti agama, musisi, politikus, artis, dan sebagainya. Tokoh-tokoh idola ini tidak hanya menjadi panutan, tetapi juga merupakan sumber inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, perlu diingat bahwa ada orang yang terlalu berlebihan dalam mendekati idola mereka, bahkan sampai membuat masalah. Fenomena ini dikenal sebagai Celebrity Worship Syndrome (CWS), sebuah gangguan kecanduan obsesif yang membuat seseorang terlalu terlibat dengan detail kehidupan pribadi dan profesional seorang selebriti.
CWS merupakan bentuk hubungan parasosial di mana kekaguman awal terhadap selebriti berkembang menjadi ketertarikan dan keasyikan yang obsesif. Hubungan parasosial mengacu pada ikatan yang terbentuk antara penggemar dan selebriti di mana penggemar mengembangkan perasaan dekat atau terlibat secara emosional dengan selebriti, meskipun interaksi tersebut bersifat satu arah. Dalam konteks CWS, penggemar cenderung membangun gambaran tertentu tentang kehidupan pribadi dan profesional selebriti yang mereka kagumi, sering kali tanpa mempertimbangkan kenyataan yang sebenarnya. Orang yang mengalami CWS mungkin membentuk kehidupan mereka sekitar selebriti yang menjadi idola mereka, meskipun mereka tidak pernah bertemu secara langsung.
Dampak dari CWS dapat melibatkan gejala depresi, kecemasan, dan disfungsi sosial yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Fenomena ini menunjukkan rumitnya hubungan antara penggemar dan selebriti, terutama ketika kekaguman berubah menjadi obsesi yang merugikan. Selain itu, CWS juga dapat menimbulkan kecenderungan perilaku tidak sehat, seperti materialisme dan sifat pembelian yang kompulsif atau berlebihan. Hal ini terjadi karena penggemar yang terlalu terobsesi dengan idola mereka cenderung ingin memiliki barang-barang atau atribut yang terkait dengan selebriti tersebut.
Kalian mungkin bertanya-tanya, apa hubungannya Celebrity Worship Syndrome (CWS) dengan tren Korean Wave yang sedang naik daun belakangan ini? Nah, mari kita bahas. Korean Wave, atau K-wave, adalah fenomena penyebaran budaya populer Korea melalui berbagai produk hiburan seperti drama, musik, dan gaya hidup. Kpop, sebagai salah satu elemen paling populer di kalangan muda, telah memasuki Indonesia melalui media musik, sering disertai dengan seni tarian modern. Popularitas Kpop meroket dengan cepat, terdengar di mal-mal, radio, televisi, dan tentu saja, media sosial.
Dalam industri hiburan Kpop, tidak hanya musiknya yang mencuri perhatian, tetapi juga para penyanyi atau idolanya juga ikut menjadi selebritas di Indonesia. Seiring dengan kesuksesan ini, Kpop telah menjadi industri hiburan besar secara internasional, dan daya jual "muka" idola mereka ikut berkontribusi pada peningkatan popularitas mereka. Nah, hal inilah yang terkait dengan CWS.
Industri K-pop sering menggunakan daya tarik fisik sebagai cara untuk menarik penggemar dan mendapatkan popularitas. Idola K-pop dikenal karena ketampanannya, dan banyak penggemar tertarik kepada mereka karena penampilan mereka yang menarik.
Industri ini membangun hubungan yang erat antara idola dan penggemar, yang berbeda dari kebanyakan artis Barat. Label K-pop telah mengembangkan cara baru untuk memberikan penggemar akses langsung ke idola mereka melalui pertemuan penggemar online dan platform media sosial, menciptakan ikatan yang erat antara keduanya. Ikatan ini sering kali diperkuat dengan dukungan emosional dan finansial dari para penggemar, karena K-pop merupakan industri yang berorientasi pada bisnis. Kesuskesan menarik perhatian banyak orang ini mengundang banyak fans atau penggemar yang terlalu obsesif berujung pada peningkatan fans pengidap CWS.
Penggemar atau fans idola umumnya dianggap sebagai kelompok yang memberikan dukungan positif kepada idolanya. Namun, dalam konteks Celebrity Worship Syndrome (CWS), ada perbedaan signifikan antara penggemar biasa dan mereka yang terjebak dalam tingkat obsesif yang berlebihan. Penggemar sejati biasanya menunjukkan dukungan yang sehat tanpa mengorbankan kehidupan pribadi atau kesehatan mental. Sebaliknya, pengidap CWS memiliki obsesi yang berlebihan, bahkan sampai mengorbankan aspek-aspek tersebut.
Pengidap CWS cenderung memandang idola mereka sebagai sosok yang sempurna, bahkan mencapai tingkat pemujaan yang setara dengan menganggap mereka sebagai tuhan atau nabi. Beberapa perilaku yang mungkin dilakukan oleh mereka yang mengidap CWS mencakup:
- Integrasi dalam Kehidupan Sehari-hari: Pengidap CWS cenderung menganggap idola sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Mereka mungkin mengadaptasi gaya hidup, pilihan berpakaian, atau bahkan gaya rambut mereka agar mencerminkan penampilan sang idola.
- Pengeluaran uang yang berlebihan: Keterlibatan emosional yang berlebihan seringkali mendorong pengidap CWS untuk mengeluarkan uang secara berlebihan. Ini melibatkan pembelian tiket konser, pertemuan penggemar, mengoleksi merchandise, poster, album, atau barang-barang lain yang terkait dengan idola, tanpa mempertimbangkan resiko pengeluaran uang yang berebihan.
- Gangguan dalam Hubungan Sosial: Fokus utama pada idola dapat mengakibatkan gangguan dalam hubungan sosial. Pengidap CWS mungkin lebih memprioritaskan keterlibatan dengan idola daripada interaksi dengan keluarga atau teman-teman, bahkan menghindari aktivitas sosial yang melibatkan pertemuan tatap muka.
- Kesulitan Membangun Hubungan Romantis: Pengidap CWS sering mengalami kesulitan dalam membangun hubungan romantis dengan orang lain karena menganggap pasangan mereka kurang penting daripada hubungan mereka dengan idola.
Gejala Celebrity Worship Syndrome (CWS) harus diatasi sejak dini, karena dalam beberapa kasus, penyakit ini dapat mengarah pada tindakan yang lebih serius dan merugikan. Salah satu peristiwa mengkhawatirkan terjadi di Indonesia, di mana para penggemar fanatik KPop terlibat dalam tindakan yang mencemaskan setelah kepergian Jonghyun, anggota boyband Korea SHINee.
Indonesia dikenal memiliki basis penggemar KPop yang besar, dan para penggemar fanatik yang disebut Shawol merasakan kehilangan yang sangat mendalam atas kematian idolanya. Bahkan, ada yang mengungkapkan keinginan untuk menyusul Jonghyun dengan mencoba bunuh diri, seperti yang diungkapkan oleh seorang pengguna Twitter dengan akun @KEY_cebong pada 18 Desember 2017.
"I can't endure it anymore. Mom, dad, Jonghyun oppa, we'll meet really soon," cuitnya.
Setelah cuit tersebut, muncul informasi bahwa @KEY_cebong dirawat di rumah sakit, dan teman-teman Shawol meminta doa untuk kesembuhan dan kekuatan mereka. Kabar ini diperkuat dengan capture-an foto Insta Story yang menunjukkan @KEY_cebong sedang terkulai lemah di rumah sakit, bahkan dalam kondisi kritis akibat overdosis.
Dari sini terungkap bahwa pemilik akun keycebong bernama Devi, adik dari Mbak Devi yang memiliki akun tersebut. Devi dirawat di rumah sakit karena overdosis dan sempat dalam keadaan kritis, namun setelah melalui masa kritis, Devi akhirnya memberitahu bahwa ia sudah siuman dan sedang dalam masa penyembuhan.
Selain Devi, terdapat cerita lain dari seorang Shawol yang mengalami kesedihan mendalam setelah kepergian Jonghyun. Sebuah akun Twitter @searcingmutual membagikan kisah seorang tunangan Shawol yang terpuruk setelah mengetahui berita meninggalnya Jonghyun.
Cerita tersebut menunjukkan bagaimana kehadiran idol dapat memiliki dampak yang mendalam dalam kehidupan penggemar, bahkan bisa menjadi sumber kekuatan bagi mereka yang mengalami kesulitan. Hal ini mengingatkan kita bahwa para idol, meskipun mungkin terlihat sebagai figur publik, juga memiliki pengaruh besar dalam kehidupan pribadi penggemar mereka.
Situasi ini menyoroti pentingnya pengelolaan emosi dan dukungan mental, terutama di kalangan penggemar fanatik, untuk mencegah terjadinya tindakan ekstrem yang dapat membahayakan nyawa mereka.
Keberadaan media sosial semakin memperparah situasi ini. Dengan adanya platform-media tersebut, penggemar dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang kehidupan pribadi dan profesional selebriti yang mereka kagumi. Hal ini menciptakan lingkungan di mana pengidap CWS dapat terus-menerus terpapar informasi mengenai idola mereka, memperdalam obsesi mereka dan mendorong perilaku yang tidak sehat.
Situasi ini menunjukkan bahwa CWS bukan hanya masalah individual, tetapi juga dapat memberikan dampak yang merugikan pada orang sekitar pengidap CWS. Penting untuk memahami bahwa pengidap CWS perlu mendapatkan dukungan dan pengelolaan yang tepat untuk mencegah perkembangan perilaku yang lebih serius dan potensial merugikan.
Celebrity Worship Syndrome (CWS) dapat dihindari dengan beberapa langkah. Pertama, penting untuk membatasi rasa kagum terhadap selebriti dengan menyadari bahwa mereka juga manusia yang memiliki kekurangan. Dengan mengingat hal ini, seseorang dapat menghindari terperangkap dalam obsesi berlebihan terhadap kehidupan selebriti. Kedua, memberikan ruang privasi kepada selebriti merupakan langkah yang sangat diperlukan. Menghargai batasan pribadi dan kehidupan pribadi selebriti dapat membantu mencegah invasi privasi yang berlebihan, yang dapat menjadi pemicu CWS.
Alihkan perhatian dengan terlibat dalam kegiatan yang lebih bermanfaat. Fokus pada kegiatan positif dan produktif dapat membantu mengurangi obsesi terhadap selebriti. Terlalu terfokus pada kehidupan selebriti dapat mengambil waktu dan perhatian yang seharusnya dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak positif pada kehidupan pribadi.
Kesadaran akan dampak negatif kekaguman berlebihan terhadap kehidupan pribadi dan hubungan sosial sangat penting. Menyadari bahwa CWS dapat mengganggu hubungan dengan orang lain dan mengakibatkan masalah kesehatan mental merupakan langkah pertama menuju pencegahan. Cari tahu kebutuhan pasangan yang mungkin mengalami gejala CWS dan berikan dukungan yang sesuai dapat membantu membangun hubungan yang sehat.
Dalam situasi di mana seseorang mengalami gejala CWS yang berat, mencari bantuan profesional, seperti konsultasi dengan seorang psikolog, dapat menjadi solusi yang bijaksana. Psikolog dapat memberikan pandangan profesional dan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi dan mengelola gejala CWS.
Celebrity Worship Syndrome (CWS) dapat dikaitkan dengan Teori Pertukaran Sosial, terutama dalam konteks hubungan antara penggemar (konsumen media selebritas) dan selebriti. Teori Pertukaran Sosial menyoroti konsep bahwa hubungan sosial melibatkan pertukaran, di mana individu terlibat dalam interaksi dengan harapan memperoleh keuntungan atau kepuasan sebanding dengan investasi atau usaha yang mereka lakukan.
Kekaguman kepada idola adalah hal yang umum, perlu diingat bahwa batas antara apresiasi sehat dan obsesi berlebihan sangat tipis. Peningkatan kasus Celebrity Worship Syndrome (CWS) menegaskan perlunya kesadaran akan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh kagum berlebihan terhadap selebriti.
Memang sih namanya penggemar pasti ingin menghabiskan waktu mereka untuk mengikuti kehidupan idolanya melalui media sebagai bentuk penghargaan terhadap idola mereka. Motivasi di balik keterlibatan ini mungkin bervariasi, termasuk pencarian kepuasan emosional, inspirasi, atau hiburan. Meski begitu, Teori Pertukaran Sosial menyoroti bahwa pertukaran ini seharusnya bersifat saling menguntungkan, di mana setiap pihak memperoleh sesuatu yang dianggap memiliki nilai.
Teori Pertukaran Sosial, sering diterapkan dalam hubungan antarpribadi, menekankan prinsip-prinsip pertukaran yang menguntungkan sebagai dasar keseimbangan hubungan. Menurut George C. Homans dalam bukunya "Social Behavior: Its Elementary Forms," prinsip dasar teori pertukaran sosial adalah bahwa orang cenderung mencari hubungan yang memberikan lebih banyak manfaat daripada biaya yang dikeluarkan. Dalam teorinya, Homans menyoroti peran biaya dan imbalan karena manusia selalu mempertimbangkan apa yang diberikan dan apa yang diperoleh dalam interaksi. Inti teori pertukaran yang disampaikan oleh Homans terletak pada proposisi-proposisi mengenai dua pihak yang terlibat dalam interaksi, di mana setiap proposisi menjelaskan pertukaran sosial dalam proses interaksi.
Dalam konteks hubungan penggemar dengan selebriti atau idola, Teori Pertukaran Sosial dapat diartikan sebagai pertukaran antara waktu, perhatian, dukungan, atau bahkan pengeluaran finansial penggemar dengan pemuasan emosional, inspirasi, atau hiburan yang diberikan oleh selebriti tersebut melalui media. Jika pertukaran ini dianggap menguntungkan oleh kedua belah pihak, maka hubungan tersebut memiliki keseimbangan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam hubungan parasosial dengan selebriti, pertukaran ini seringkali bersifat satu arah. Selebriti tidak selalu memberikan dukungan atau tanggapan langsung kepada setiap penggemar secara individual. Hal ini membuat keseimbangan hubungan cenderung lebih condong ke arah pemuasan emosional atau hiburan bagi penggemar tanpa adanya "pembalasan" langsung dari selebriti.
Pendapat ahli tentang keseimbangan hubungan dalam Teori Pertukaran Sosial dapat bervariasi. Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam hubungan parasosial dengan selebriti, keseimbangan mungkin terletak pada pemuasan kebutuhan emosional atau psikologis penggemar tanpa harus memperoleh tanggapan langsung dari selebriti. Namun, ada juga pandangan kritis yang menyoroti ketidakseimbangan permanen dalam hubungan ini, dengan menganggapnya sebagai hubungan yang tidak setara dan dapat mengakibatkan konsekuensi negatif, terutama jika terjadi obsesi berlebihan atau Celebrity Worship Syndrome (CWS).
Seiring dengan menikmati hiburan, kita diingatkan untuk menjaga keseimbangan dan menyadari keterbatasan dalam mengembangkan hubungan dengan idola. Langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang telah dibahas dapat menjadi panduan berharga untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan membantu membuka diskusi lebih lanjut tentang kompleksitas fenomena ini.
Terakhir, perlu ditekankan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga kesehatan mentalnya sendiri dan memahami konsekuensi dari obsesi berlebihan terhadap selebriti. Dengan kesadaran dan dukungan bersama, kita dapat menciptakan lingkungan di mana penggemar dan selebriti dapat berinteraksi dengan sehat dan bermanfaat, menjauhkan diri dari dampak merugikan yang dapat ditimbulkan oleh Celebrity Worship Syndrome.
Referensi
Pradiri, A. P., & Hartini, N. (2020). Entertainment-social Celebrity Worship Syndrome of Female Adolescents using Social-media in Indonesia.
Aisy, R. A. D. (2022). KOREAN WAVE (K-Pop) CULTURAL TRENDS AMONG PEKALONGAN STUDENTS.
Style.tribunnews.com. 20 Desember 2017. Dengar Jonghyun SHINee Meninggal, Fans Satu ini Coba Bunuh Diri untuk Susul Idolanya! Ini Kondisinya. Diakses pada 28 November 2023, dari https://style.tribunnews.com/2017/12/20/dengar-jonghyun-shinee-meninggal-fans-satu-ini-coba-bunuh-diri-untuk-susul-idolanya-ini-kondisinya?
Poyraz, E. (2020). Interpersonal Communication and Social Exchange Theory. International Journal of Social and Economic Sciences, 10(1), 1-14.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H