Mohon tunggu...
azmi sabita
azmi sabita Mohon Tunggu... Mahasiswa - stay connected to God

be confident :0

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Banyak Kata, Banyak Tantangan, Banyak Pengalaman

2 Juni 2022   13:23 Diperbarui: 2 Juni 2022   13:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hola teman-teman, jumpa lagi di via artikel. Artikel yang satu ini bisa dikatakan rangkuman atau mungkin evaluasi selama saya kuliah semester dua di mata kuliah kewarganegaraan.

Saat perkuliahan semester satu berakhir, ada masa dimana kami, para mahasiswa diwajibkan untuk mengambil beberapa mata kuliah sesuai SKS untuk melanjutkan semester berikutnya di Kartu Rencana Studi (KRS) semester genap tahun pendidikan 2021/2022.

Ada satu mata kuliah yang cukup menarik perhatian, yaitu mata kuliah  'KEWARGANEGARAAN'. Awalnya saya berpikir, mata kuliah kewarganegaraan pasti hanya membahas seputar politik, negara, undang-undang, Hak Asasi Manusia, dan masalah-masalah yang tingkatannya jauh diatas pemikiran remaja. 

Namun, dosen kami memberikan tantangan berbeda. Dari tantangan yang diberikan ini kita diajarkan untuk peka dan sadar terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Tidak jauh-jauh lingkupnya, hanya sekitaran daerah rumah masing-masing. Dari sini saya juga menyadari bahwa inilah maksud tantangan itu, tantangan mata kuliah kewarganegaraan. Bagaimana kita menjadi warga negara yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Pak Edi selaku dosen mata kuliah kewarganegaraan kami memberikan tantangan wawancara terhadap beberapa narasumber. Ada sembilan narasumber yang ditugaskan selama semester dua ini. Tentu saja hal ini memerlukan keberaniaan, yang menurut saya ini menjadi pengalaman baru dan berharga dalam hidup saya. 

Selain keberaniaan, saat melakukan wawancara kita juga harus bisa mengajukan beberapa pertanyaan dengan sopan dan tidak menyakiti hati narasumber. Terlebih lagi kita juga membawa nama mahasiswa, mahasiswa UIN pula. Dimana attitude kita juga pasti akan diperhatikan selama proses wawancara. Selanjutnya hasil wawancara akan dialihkan menjadi bentuk artikel dan di unggah di akun kompasiana milik pribadi setiap siswa.

Akan saya ceritakan sedikit tentang beberapa pengalaman berharga selama proses wawancara.

Dimulai dari tugas 1 yaitu wawancara tentang satu teman sekelas. Jujur, saya adalah angkatan kedua dari virus covid-19. Hal ini membuat awal perkuliahan kami hingga semesterdua ini dilakukan via daring (dalam jaringan). Tentu saja ini menyebabkan efektifitas perkuliahaan kami tidak maksimal. Pertemanan kami juga tidak seindah pertemanan yang dilakukan dengan pertemuan, perkenalan dan jabat tangan. Selain itu teman kita juga akan mencerminkan perbuatan kita, untuk itu kita juga harus pandai-pandai bergaul dengan teman.

Tugas pertama ini sangat menarik, saya berkesempatan mewawancarai Sonia, salah satu teman yang berasal dari daerah Banyuwangi. Ini menjadi kesempatan saya untuk berkenalan dengan teman luar malang. Dengan adanya penugasan wawancara ini kita saling bertukar informasi, saya menjadi lebih kenal dengan Sonia. Nama Sonia ini cukup unik, Lailatul Izzah Sonia. Lailatul yang berarti malam, Izzah yang berarti kemuliaan dan Sonia, ibunya merupakan penggemar Bollywood memutuskan untuk memberikan nama Sonia. Unik bukan.

Tugas selanjutnya yakni mewawancarai orangtua, tugas kedua mewawancarai ibu dan tugas ketiga mewawancarai ayah. Menurut saya tugas inilah yang paling berkesan. Karena saya bisa mendengarkan kisah perjuangan orangtua saya yang mungkin bahkan saudara kandung saya yang lain tidak mengetahuinya. Saya jadi merasa bahwa perjuangan orangtua itu tidak main-main, tidak bisa diganti dengan apapun sekalipun dengan objek paling mahal dan paling berharga di dunia ini, perjuangan orangtua tetaplah menjadi hal paling berharga di kehidupan seorang anak. Saya sangat-sangat bersyukur bisa melakukan banyak hal kebahagiaan bersama orangtua. Dan sampai detik ini pun, saya merasa belum melakukan apa-apa untuk orangtua. Terimakasih mama dan pipi telah membuat suatu hal indah bersama kami.

Tugas berikutnya. Karena pandemic covid-19 mulai terkendali, Pak Edi memberikan tugas untuk mengunujungi tempat-tempat ibadah di sekitar lingkungan kami. Menemui para petinggi agama, maupun petugas yang bekerja di tempat ibadah itu. Dari yang kita tahu, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keberagaman salah satunya adalah keberagaman beragama. 

Tugas keempat ini, kami mengunjungi salah satu Gereja Katholik di Jalan M.G.R Sugiyopranoto, Klojen, Kota Malang. Disini kami mendapat pengalaman dari seorang pastor yang telah menjalani tugasnya selama lebih dari 10 tahun mengabdi kepada agamanya. 

Yang dimana kehidupan seorang pastor adalah sebuah pilihan mulia dalam Agama Katholik. Mereka merelakan tidak menikah karena ditakutkan saat mereka dibutuhkan umat, mereka malah disibukkan dengan urusan duniawi seperti istri dan anak. Satu pesan Romo Yuris, narasumber sekaligus pastor di Gereja Katholik Hati Kudus Yesus, "untuk generasi muda, mahasiswa seperti kami, terapkan sikap toleransi yang tinggi di kehidupan kalian. 

Semuanya bermula dari pemahaman masing-masing. Semua agama mengajarkan kebaikan, tidak ada satu agama pun yang mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan norma kemanusiaan dan HAM. Segala hal juga mengacu dan kembali kepada diri kita masing-masing"

Tugas kelima juga masih berkaitan dengan kunjungan ke tempat-tempat ibadah agama lain. Kali ini kami mengunjungi salah satu tempat pengajaran agama Buddha yakni Padepokan Dhammadipa Arama yang berada di Jalan Raya Mojorejo No.44, Kec. Junrejo, Kota Batu. Ami berkesempatan langsung mewawancarai Bhikkhu Khantidaro Mahatera, pemimpin vihara ini. 

Kami juga berkeliling melihat bangunannya. Selain tempat ibadah, ada juga asrama santri yang digunakan untuk tempat tinggal para pelajar yang ingin memperdalam Agama Buddha. kami mendapatkan banyak pelajaran, salah satunya adalah tentang kerendahan hati yang harus dimiliki setiap umat manusia. Bhikkhu menjelaskan bahwa kehidupan dunia ini adalah sebuah media atau alat yang digunakan untuk mempersiapkan kehidupan kita berikutnya. 

Karena umat Buddha sangat mempercayai adanya reinkarnasi, maka kondisi kita di kehidupan selanjutnya ditentukan di kehidupan kita saat ini. Hal inilah yang menjadikan ajaran Agama itu penting. Semua agama mengajarkan menjadi orang baik bukan orang kaya.

Tugas keempat dan kelima ini juga menjadi pengalaman baru bagi saya. Rasa penasaran saya terhadap tempat ibadah umat agam lain telah terjawab. Kita juga bisa bertukar pikiran dengan mereka yang beragama non muslim. Jujur saja ini sangat berharga buat saya. Karena selama ini saya selalu berada dilingkungan muslim dan saya sangat penasaran tentang bagaimana umat agama lain memandang agama islam.

Beralih ke tugas selanjutnya, karena mendekati bulan ramadhan, tugas kali ini berkaitan dengan ramadhan dan tradisi. Tentu saja wawancara kali ini ditujukan kepada tokoh muslim di lingkungan rumah kami. Ternyata banyak sekali tradisi yang dilakukan oleh umat muslim di daerah saya sebelum memasuki bulan ramadhan. Salh satunya adalah bermaaf-maafan dan nyekar.

Hal ini mengandung maksud agar kita menjalani puasa dengan hati yang suci, tanpa adanya dendam kepada satu manusia pun. Dan juga kegiatan nyekar, betujuan untuk mengirim doa kepada para leluhur ataupun saudara yang telah mendahului kita, agar di bulan ramadhan ini mereka juga bisa merasakan nikmatnya meskipun di alam yang berbeda.

Selanjutnya tugas ketujuh, menurutku tugas ini cukup sulit. Tantangan yang diberikan yaitu mengunujungi KPU setempat. Jujur didaerahku KPU berada jauh di kabupaten. Namun sekali lagi karena arahan Bapak Dosen, yaitu bisa saja mengunjungi ditingkat kelurahan yang pasti terdapat panitianya.

Berikutnya yaitu tugas yang tak kalah seru. Masih dalam bentuk wawancara. Kali ini kami dapat tantangan untuk mewawancarai seorang minoritas. Saya berkesempatan mewawancarai seorang pemulung yang memiliki semangat hidup tinggi serta kerja keras, beliau bernama Pak Unyil. 

Nama asli beliau itu Pak Supii, namun karne beliau bertubuh mungil oleh masyarakat dipanggil Unyil. Beliau ini, meskipun dalam hal duniawi bisa dibilang kurang beruntung, semangat hidup beliau ini sangat tinggi, kerja kerasnya peru diapresiasi. Beliau juga selalu bersyukur dan ingat kepada Tuhan. Satu pesan yang kuingat selalu dari Pak Unyil "wong sugih iku wong sing ngeroso urip e cukup". Sungguh besar dan dalam maksud perkataan beliau.

Tugas terakhir yaitu mewawancarai guru ngaji masa kecil kami. Jujur saja, saya sudah sangat lama tidak sowan ke ndalem beliau. Terakhir kali yakni saat mengantarkan beberapa kotak makanan, karena acara syukuran adik saya yang telah khatam Al Qur'an. Saya merasa sangat senang diberi kesempatan ngaji bareng lagi bersama beliau. 

Saya juga mengucapkan beribu-ribu terimakasih untuk Pak Mukayyin yang dengan ajaran alif, ba', ta' beliau ini kini saya bisa membaca Al Qur'an dengan lancar dan saya akan berusaha untuk terus memperbaiki bacaan. Beliau uga berpesan bahwa Al Qur'an bukanhanya dibaca saja, tapi juga diresapi, diamalkan dan lebih baik lagi jika di ajarkan. Karena sebaik-baiknya orang yang belajar, adalah orang yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya pula.

Banyak sekali pengalaman yang kudapat di perkuliahan semester duan ini, terlbehi di mata kuliah kewarganegaraan. Terimakasih banyak Pak Edi yang telah memberikan tantangan-tangatang untuk kami dan pastinya disetiap tantangan itu ada pengalaman baru sekaligu berharga yang bahkan belum pernah kami temukan di kehidupan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun