Mohon tunggu...
azmi sabita
azmi sabita Mohon Tunggu... Mahasiswa - stay connected to God

be confident :0

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabar (Ngaji Bareng) Kembali

26 April 2022   20:26 Diperbarui: 26 April 2022   20:29 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mumpung durong ketekan pati

Pastinya kita semua tahu tentang senandung terebut. Senandung yang begitu populer saat kita kecil di masjid, surau, kelas agama dan TPQ (Tempat Pendidikan al Qur'an). Guru-guru, para asatidz dan asatidzah selalu mendendangkan bahkan beberapa mengajarkan kepada murid-murid ciliknya.

Tulisan kali ini, saya buat dengan bangga karena setelah beberapa tahun saya bertemu lagi dengan pak ustadz, ahli agama, pelita umat dan banyak lagi panggilan mulia untuk Bapak Mukayyin, sang guru Alif  Ba' Ta'

Usia beliau memang tak lagi muda, tetapi dengan perawakan beliau yang tinggi dan jakung serta sebagian rambut putih yang selalu tertutup oleh songkok nasional yang kini telah memudar itu, menyebabkan beliau terlihat seperti berada diantara usia matangnya seorang manusia yaitu kisaran 40 hingga 60 tahun. 

Benar-benar definisi "penampilan menipu umur asli". Beliau tinggal di Jalan Bendungan Sutami Gang I. Saat saya temui beliau tidak banyak berubah. Tetap berpenampilan rapi dengan baju batik berkain halus, celana kain hitam dan songkok yang terkadang bermotif bunga-bunga. 

Beliau juga tetap menggunakan gurauan pada setiap perkataannya, namun satu hal yang beliau katakan dan itu merupakan perubahan bagi beliau sendiri adalah "Bapak saiki akeh laline, Nduk". Saya hanya tersenyum mendengarnya, ya mungkin selain faktor usia saya pribadi juga sudah lama tidak sowan ke ndalem beliau.

Kalau tidak salah ingat waktu itu tahun 2016 saat adik saya berhasil mengkhatamkan al Qur'annya, namun beliau tidak hadir dalam undangan kami di acara tasyakur dan doa bersama yang diadakan tepat sehari setelah adik perempuan saya menyelesaikan pendidikannya di TPQ. Dan saya bersama mama mengantarkan beberapa nasi kotak ke ndalem beliau.

Saya mengaji di TPQ Asy Syariah yang kebetulan satu yayasan dengan TK saya. Semua anak-anak mama disekolahkan dan dingajikan disitu. Mama dan guru-guru menjalin hubungan baik hingga saat ini.

Saat saya masuk menjadi murid ngaji untuk yang pertama kalinya. Saya tidak langsung mengaji kepada beliau, namun kepada muridnya yaitu Ustadzah Binti. Kebetulan saat saya mengaji disana, kakak saya adalah murid paling tua sekaligus murid yang dekat dengan beliau. Saat kakak saya lulus, beliau menunjuk saya menjadi bendahara di kelas Al Qur'an. Karena di TPQ ini hanya ada dua kelas, yaitu kelas IQRA' dan kelas Al Qur'an.

Kegiatan di TPQ Asy Syariah dimuali ba'da ashar, dengan diawali berdo'a kemudian Bapak Mukayyin menerangkan beberapa tajwid dan menugaskannya sesuai tingkatan Juz dalam Al Qur'an yang dibaca. Biasanya tajwidnya seputar hokum nun mati dan tanwin, mim mati, mad, dan al ta'rif. Jika kelas Iqra' Ustadzah Binti mengajarkan penulisan huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan Jilid yang dicapai masing-masing murid. 

Sambil menyelesaikan penugasan yang diberikan, satu per satu murid dipanggil untuk membaca kelanjutan bacaannya dan disimak oleh Pak Mukayyin. Murid-murid kelas Al Qur'an akan diperintahkan membaca 2 lembar atau bagi murid yang sudah lancar bacaanya bisa lebih bahkan mencapai 5 lembar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun