Mohon tunggu...
Azlan Shah
Azlan Shah Mohon Tunggu... Arsitek - Penulis

Arsitek, Entreprenuer

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Imbas pada Dunia Usaha dari Menguatnya Dolar Amerika

2 Juli 2016   19:51 Diperbarui: 2 Juli 2016   19:58 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Setelah mulai menurun sejak awal 2016, dalam seminggu kemarin menurut pada Google Finance, Dolar Amerika mulai menguat secara signifikan dari 13.200-an rupiah per dolar menjadi 13362 rupiah per dolar (8/5/2016). Penguatan Dolar Amerika menjadi anugerah tersendiri bagi sebagian besar eksportir dalam negeri termasuk penurunan harga minyak (lihat : Bagaimana Pengaruh Harga Minyak Terhadap Dolar Amerika), jadi bukan semata-mata menjadi hal buruk saat Dolar Amerika menguat.

Namun, untuk Importir, hal ini akan berbeda. Menurut pengamatan saya selama trading dengan Fibo Group, dalam pembelajaran investasi saham, perusahaan lokal yang mayoritas produknya hasil impor dan dipasarkan kembali di Indonesia akan terkena pengaruh yang signifikan. Berikut dua perspektif pada perusahaan dan distributor lokal yang mengalami dampak serius terhadap meningkatnya Dolar Amerika.

1. PT. Pertamina Persero.

Sepanjang paruh pertama 2015, pendapatan perusahaan migas pelat merah ini mengalami penurunan hingga 40,69% menjadi US$ 21,79 miliar dari periode yang sama tahun lalu. Laba bersih semester I-2015 turun menjadi  US$ 570 juta dengan EBITDA mencapai US$ 2,32 miliar  Laba bersih ini menurun sebesar 96%  dari periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,13 miliar. Bisa jadi, kinerja yang buruk ini imbas dari merosotnya minyak mentah. (baca : PERTAMINA TERANCAM KRISIS KEUANGAN). Setelah itu, juga perlu disangsikan mengapa tidak ada laporan keuangan untuk tahun 2015 : Laporan Keuangan Pertamina.

"Faktor penurunan laba masih disebabkan oleh menurunnya pendapatan akibat anjloknya harga minyak dan fluktuasi nilai tukar Rupiah. Tapi Pertamina akan terus berusaha menjaga kinerja ke depan dalam kondisi yang sulit seperti sekarang," ujar Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto (dikutip dari CNN Indonesia).

Memang anjloknya keuntungan pertamina disebabkan banyak hal mulai dari menurunnya harga minyak sampai pengaruh langsung penurunan nilai tukar rupiah. Logikanya jika harga minyak menurun, maka keuntungan dari ekspor minyak mentah yang selama ini dilakukan PT. Pertamina Persero pastilah menurun tajam. Karena itulah di bulan lalu ada pembahasan mengenai harga minyak sendiri dimana anggota OPEC berencana untuk membatasi produksi mereka sehingga harga minyak dapat kembali berada di posisi yang menguntungkan produsen minyak termasuk Pertamina.

Hal yang kedua adalah menurunnya nilai tukar rupiah sendiri. Seperti yang kita tahu minyak sendiri ditransaksikan dengan dolar dan jika dolar menguat, harga minyak akan meningkat (lihat : Bagaimana Pengaruh Harga Minyak Terhadap Dolar Amerika), namun dengan logika sebelumnya, jika harga minyak meningkat semestinya keuntungan Pertamina juga bertambah. Benar. Namun dikarenakan kita adalah seyokyanya negara importir minyak, daya beli kita sendiri per barel minyak jadi menurun dan Pertamina sebagai distributor minyak di dalam negeri harus menanggung ongkos fluktuasi harga minyak mulai dari akhir tahun lalu sampai April kemarin.

2. Coca Cola Amatil.

Coca-Cola Amatil (CCA) Group Managing Director, Alison Watkins mengatakan, “The business has delivered a first half result which is consistent with our internal plans and the guidance we have provided previously. The results were achieved despite trading and economic conditions that were more challenging than we had expected in Australia and Indonesia. Concrete progress has been made in implementing strategies to strengthen the market leadership position of the Company across our markets, which we believe will enable us to return to growth over the next few years and generate long-term shareholder value.”

Menurut pada laporan dari Coca Cola Amatil Shareholder News yang dapat anda dapatkan di website official Coca Cola Amatil, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan sehingga berdampak pada daya beli masyarakat secara keseluruhan. Sebaik apapun progress yang dilakukan, harus kita akui, bahwa dampak dari turunnya nilai tukar rupiah berdampak langsung pada perlambatan ekonomi sehingga volume pertumbuhan untuk pasar minuman ringan berada di ekspektasi awal perusahaan.

CCA menargetkan kembali kepada keuntungan di kisaran 5% per share dalam beberapa tahun ke depan dengan tanpa adanya penurunan semenjak 2014. Ms Watkins juga mengatakan, “Whilst trading conditions have been more challenging than expected in our major markets, we remain confident that the combination of revenue and cost initiatives we have underway will restore CCA to growth.”

Walaupun persediaan modal yang masih kuat dengan banyaknya cash yang tersedia, bisnis CCA menargetkan pembayaran dividen lebih dari 80% dalam 3 tahun mendatang. Dengan persediaan cash yang tinggi akan memudahkan dalam potensi ekspansi dan penggunaan modal kembali dengan cepat dan efektif.

Coca Cola Amatil mengalami dampak signifikan dikarenakan melemahnya daya beli masyarakat Indonesia terhadap barang impor termasuk Coca Cola. Coca Cola Company merupakan salah satu perusahaan yang sangat stabil dan dipercaya untuk menginvestasikan uang kita oleh Warren Buffet melalui Berkshire Hathaway. Sebagai distributor beberapa negara, termasuk Indonesia, Coca Cola Amatil melalui banyak produk yang mendominasi tanah air, namun disebabkan daya beli masyarakat yang menurun disebabkan meningkatnya nilai tukar dolar sehingga per botol Coca Cola, akan meningkat harganya.

Kesimpulan

Penguatan dolar Amerika dapat menjadi anugerah bagi banyak pengusaha lokal yang sebagian besar produknya di ekspor ke luar negeri seperti kopi, karet, minyak contohnya namun secara umum, penguatan dolar Amerika membuat rupiah melemah sehingga kemampuan membeli masyarakat Indonesia berkurang terutama dalam membeli produk Amerika dan Eropa. Tentunya jika kita ambil sisi positifnya, hal negatif tadi bahkan akan menjadi positif jika kita melihatnya dari potensi bersaingnya harga produk dalam negeri yang pastinya akan lebih murah dibandingkan dengan produk luar negeri yang meningkat harganya. Dimana jika pembelian produk luar negeri berkurang, devisa kita tidak berkurang, malah akan membantu meningkatnya usaha dalam negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun