Malam sabtu ini, malam yang pas bermalam panjang menikmati hiburan, pementasan virtual wayang kulit dengan lakon Pendawa Mbangun Sanggar, dalang ada dua gagrak, aliran banyumasan yaitu Ki Panji Waluyo AP, dan aliran solo Ki Sudarsono. Pementasan di lakukan di Sanggar Jampi Kangen, Bugel Indah, Kota Tangerang.
Kedua dalang berkolaborasi menyampaikan lakon yang berelasi dengan tema besar nasional, yaitu Hari Sumpah Pemuda. Lakon ini bertujuan mengingatkan bahwa sanggar atau negeri tercinta adalah tempat melestarikan seni budaya bangsa atau kembali ke jati diri
Dalang tiban  !.
Mari kita sedikit fokus pada profesi dalang, perlu waktu bertahun-tahun, proses belajar menjadi Dalang yang mumpuni.
 Ki Panji Waluyo AP, beda,  tanpa belajar langsung bisa. Ya, dalang yang mendapat transfer ilmu secara gaib. Bisa main wayang kulit semalam suntuk, lakon apa pun siap.
Padahal banyak yang susah payah, merintis jalan, Â demi mampu menjadi pemimpin 'orkestra' gamelan jawa sekaligus piawai memainkan puluhan wayang kulit aneka karakter. Karakter satria, brahmana, punakawan sampai butakala. Merubah suara jadi orang tua, perempuan juga bisa.
Menahan tidak turun panggung hanya untuk buang air kecil misalnya. Tidak mengantuk barang sejeda, tetap bisa fokus pada lakon yang dibawakan. Belajar sikap duduk yang benar sepanjang malam sambil memainkan kecrekan di kaki.
Seorang Dalang pada. Dasarnya adalah
Seorang penyanyi, pemain wayang kulit, oain drama theater of mind. Seorang pembaca susastra yang baik, sekaligus orator sugestif yang bisa memberi makan kias dari situasi sosial. Seorang yang dianggap waskita dan mumpuni bisa meramal masa depan.
Sebagai konduktor yang mengalirkan enerji pertunjukan, harus memiliki karakter kepemimpinan yang kuat, sehingga mampu mengarahkan belasan pengrawit, penabuh aneka perangkat gamelan, sekaligus mengarahkan tim paduan suara, sinden pelantun tembang latar sepanjang lakon wayang kulit, bergulir sepanjang malam.Â
Juga harus pandai membaca psikologi penonton. Bisa memainkan banyak peran. Kadang harus bisa membanyol ala pelawak serius. Intinya sebagai penghibur Dalang harus bisa memberi makan ruhani pada isi kepala, perut, dan bagian bawah biologis penonton. Dari lakon yang dimainkan, tontonannya diharapkan menjadi tuntunan, panduan masyarakat pecintanya, melewati liukan, tanjakan dan turunan tajam kehidupan.
Nah, sebagai Dalang Ki Panji Waluyo AP sudah memiliki rekam jejak yang cukup panjang, pernah pentas
Di Cilacap, Kebumen ,Purworejo, Banjarnegara, Purbalingga,Banyumas , Pamarican  Cisimus Jawa Barat , Sumatra , tentu juga keliling Jabodetabek
Seniman yang lahir di Cilacap, matang sebagai orang panggung sebagai penyanyi, pencipta lagu dan MC. Lebih. Khusus lagi Pranoto coro adat Jawa untuk pernikahan. Bagaimana, sosok yang mirip dengan sosok Tomi Soeharto, keluarga cendana ini memulai karier sebagai dalang. Penulis yang bersahabat dengan Seniman serba bisa ini juga terkejut, melihat lompatan karirnya.
Setidaknya, ada satu syarat mnjadi dalang yang tidak bisa dioenuhinya, yaitu bersila dengan sempurna karena apernha cidera kaki saat main volley ball. Saat ditelisik lebih jauh. Barulah dibuka rahasia dalang tiban itu.
Pada sebuah perayaan hari kemerdekaan, seniman yang tidak pernah belajar khusus seni mendalang ini, disiapkan oleh kawan-kawan seperjuangan perqlatan wayang lengkap di panggung dengan isntrumen pengiringnya. Saat pentas baru berlangsung sebentar, Ki Panji pingsan dalam posisi duduk di depan wayang kulit yang tengah dimainkannya. Karena tidak jatuhjatuh, Â tidak ada yang tahu keadaan sang dalang.
Angin pun berkesiur dan dalam keadaan kegelapan pingsan dunduk itu datanglah cahaya leluhur yang langsung masuk ke kalbu dalam sangat dalang yang mentas karena dipaksa teman-temannya dan meramaikan perayaan tujuh belas agustusan saja niatnya.
Tiba-tiba, seniman yang tak paham babat naskah utuh lakon wayang ini paham semuanya. Mendadak malam itu ia mendapat wahyu tiban sebagai dalang Paripurna. Sungguh pengalaman yang dasyat. Sejak itulah ia malang Mel ntang sebagai dalang. Sampai malam ini kita akan sama-sama menyaksikan kiprahnya. Sebagai duo. Dalang mementaskan lakon "Pendawa Mbangun Sanggar ".
Mari kita saksikan
Kita semangati dan lestarikan senin tradisi wayang. Kulit adiluhung ini melalui pentas virtual!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H