Begitulah, saat tidak menginginkan apapun, manusia bisa sehat, seimbang dalam keadaan ekstrim menahan diri. Jadi apa yang bisa kita lakukan agar bisa memegang kendali atas keinginan tak berbatas, apakah di alam modern, kita harus menjadi pertapa semua?
Jawabannya kembali kepada diri masing-masing. Ada beberapa cara mengenali ke-'ingin'-an  ;
1. Bila ada keinginan kecil tumbuh di hati.  Biarkan tetap kecil dan sederhana. Jangan biarkan tumbuh melebihi perut, kepala  dan kepantasan.
Ingat batasnya bukan samudera atau langit luas sana. Batasnya tetap norma etika, Â keluarga, lingkungan, Â keyakinan juga agama.
2.kenali keinginan itu dengan cermat. Bila hanya kebutuhan dasar, Â makan, baju, tempat tinggal. Asal ada, cukuplah, berterimalah atas rejeki yang terberi.
Masalah acap timbul dimulai dari bila makan harus di resto yang lagi viral berkelas, memakai baju, harus baju bermerek yang sedang in dan diburu penggemar.
Rumah tunggal, asal ada tempat, cukuplah. Tapi setelah punya satu petak kecil, biasanya ingin petak lebih besar. Lalu berbelas, puluh petak tak berbatas. Tadinya tinggal di kampung, lalu. Ingin sekedar masuk komplek. Kemudian ingin masuk komplek yang paling mewah dan bergengsi.
3.setelah keinginan pangan, sandang, papan tercukupi, jangan terlalu melihat keatas, kesamping, perbanyaklah melihat kebawah. Sejatinya, rejeki yang kita terima sudah teramat banyak. Masih banyak yang level milik, kesejahteraannya dibawah kita
Maka terimalah atas segala nikmat yang  kita terima.
4. Bila yang tergenggam di tangan rejeki yang berlebih, terimalah dengan rendah hati.
Pastikan keluarga terjamin kebutuhannya dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Lalu pastikan terinvestasi di tempat yang baik, tumbuh dan berkelanjutan.
5.jangan pernah berhenti berbagi rejeki.
Sedekah materi, Â adalah sebuah cara melepaskan residu buruk terhadap kemelekatan dengan harta yang kita miliki. Terus berbagi saat belum punya apa - apa. Lalu terus berbagi saat punya semuanya.
Terus pastikan, sebelum meninggalkan dunia, harta kita berguna bagi kemaslahatan umat yang lebih banyak. Banyak keluarga super kaya, memberi warisan anak turunnya sekedar harta cukup untuk bertahan hidup saja. Sisanya dibagikan tanpa sisa kepada kaum tak berpunya.