Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Danau Sentani - Desa Wisata Yoboi Menginpirasi Tradisi Literasi Adat Kuno

21 September 2021   23:25 Diperbarui: 22 September 2021   01:19 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembalikan 7.000 Manuskrip Jogja

Pentingnya memelihara kekayaan literasi adat atau budaya sebuah masyarakat adat atau kerajaan, mungkin kita bisa juga belajar dari pengalaman pahit Kerajaan Jogja saat berhadapan dengan imperialis Inggris di tahun 1811.

Apa yang dilakukan penjajah seperti Inggris, saat menguasai Jawa. Begitu penajajh Belanda kalah dalam Perjanjian  Tunntang,  kekejamannya adalah menjarah kekayaan intelektual, sedikitnya ada 7.000 kitab Jawa kuno ada Di British Library hingga kini. Hampir selama dua minggu berturut-turut rombongan kereta berisi kitab-kitab jarahan ini bolak balik membawa muatan barang berharga ini ke kapal yang membawanya ke Eropa.

Sampai hari ini, meski perjuangan diplomasi bangsa yang bertujuan meminta dikembalikannya kitab-kitab yang berisi kekayaan intelektual nenek moyang kta, masih harus melalui jalan panjang. Baru beberapa saja yang dikembalikan. Baru ratusan kitab, masih ada 7.000 kitab yang memenuhi perpustakaan mantan penjajah kita.

Mungkin ada baiknya Kemenparekraf melakukan upaya terobosan diplomasi budaya yang kreatif agar secara fisik kitab-kitab bersejarah dan penting itu bisa kembali dan memenuhi rak-rak buku keraton Jogja, atau bisa juga disebar di desa adat atau desa budaya
Yang menghiasi pelosok di seluruh Indonesia.

Lalu dibuatkan Museum literasi dan bisa dinikmati para pemuja kebesaran ilmu cipta karya para leluhur masa lalu kita. Termasuk Desa wisata di atas Danau Sentani yang baru saja ditasbihkan sebagai danau ikon Papua, Indonesia Timur. Melengkapi Danau Toba di Sumatera dan Danau Batur di Bali. Semoga.

Sebuah Desa Wisata Adat, akan kosong tak bermakna bila kehilangan ruh, enerji dari kitab-kitab kuno dan para pembaca atau penutur. Lisannya. 

Upaya Kemenparekraf menempatkan Desa Oboi sebagai mahkota Danau Sentani sekaligus jantung pujaan Papua, bukanlah upaya yang main main. Patut didukung oleh semua pihak agar mampu membangkitkan semangat masyarakat di seluruh desa desa bangkit dan berdiri  bermodal. 

Kekayaan pemandangan, adat, literasi dan budayanya. Sungguh upaya elok membangun kejayaan negeri secara simultan dan berkelanjutan menyertakan seluruh elemen wong cilik bangsa di desa desa agar menang malaan cengkaman pandemi global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun