Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sandi Belajar Dari Legenda Glagah Wangi Walisongo Mewujud Kesultanan Demak Bintoro

30 Agustus 2021   00:17 Diperbarui: 30 Agustus 2021   09:21 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandi asyik membaca sejarah Kesultanan Demak Bintoro dalam rehat perjalanan tugas negara (kemenparekraf) 

Bisa jadi saat merancang, memilah dan memilih  Desa Wisata unggulan di puluhan provinsi negeri ini,  benak Sandi sedang tergoda oleh kisah sejarah dibangunnya Masjid Demak yang ikonik dan eksotis. Bisa menggabungkan unsur Hindu peninggalan Majapahit dan Islam yang digelorakan Raden Fatah dengan harmoni di Kesultanan Demak Bintoro.  

Padahal anak Raja Brawijaya dari selir keturunan cina Sin Chu Bian yang beragama Islam ini, mengawalinya dari sebuah hutan lebat yang dibabat,  karena banyak semak yang wangi, bumi perdikan ini disebut Desa Glagah Wangi. Disitulah Islam berkembang semarak, menjadi kadipaten Bintoro, cikal bakal Kesultanan Demak yang Akbar.

Kisah heroik itu nampak dibaca Menparekraf dalam sebuah perjalanan pesawat saat menunaikan tugas negara,  di kelas ekonomi maskapai kebanggaan negeri, Sandi nampak asyik membaca buku tentang kesultanan Demak Bintoro. Kebesaran itu diawali dengan keyakinan besar,  Dari sebuah titik Kecil di bumi yang tadinya tidak berarti apa apa. Kampung yang dipenuhi glagah wangi berkembang menjadi pesantren, Lalu dikembangkan secara terencana,  fokus menjadi desa unggulan yang pada  perkembangannya akan menjadi ibukota kerajaan Demak.

Mungkin filosofi mengembangkan desa-desa wisata unggulan terbesit dari pengembangan spirit Desa Gagah Wangi yang indah, islami dan mewaktu. Semua berasal dari kebesaran visi Raden Patah yang berhasil menyatukan semua elemen pendukung yang berserak. Hal-hal yang tadinya nampak remeh dan sepele bisa disatukan dan bersenyawa menjadi pengungkit kehadiran Kesultanan Demak Bintoro

Banyak hal yang  bisa dipetik dari kerajaan islam maritim terbesar di Pulau Jawa ini. Kesultanan yang didukung Wali Songo ini memang hadir ketika kerajaan Hindu  Majapahit mulai runtuh. Demak berdiri disaat normal baru, gonjang ganjing Pulau Jawa yang diguncang peralihan kekuasaan.

Meski sempat besar nyaris menguasai seluruh pesisir utara Pulau Jawa dan melakukan ekspansi melawan Portugis ke Makasar,  Ke Sunda Kelapa, Batavia.  Meski membawa pasukan dalam jumlah banyak, Sultan Trenggono tidak membawa logistik yang cukup sehingga gagal meraih hasil maksimal.

Masjid Demak Kreatfitas Nan Mewaktu
 
Kejayaan Kesultanan Demak tidaklah sepanjang Kerajaan Majapahit. Karena dipenuhi perebutan kekuasaan sehingga   kerajaan yang kuat di lautan ini akhirnya hilang ditelan waktu. Namun peninggalannya Masjid Agung Demak memiliki sejarah panjang. Masih menjadi wisata reliji tujuan utama umat Islam dari berbagai kota Indonesia, pengunjung tidak pernah sepi sampai hari ini.

 Masjid yang terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah ini merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Tentu ada sebab, fakta-fakta menarik dan kekuatan kreatifitas para arsitek, perencana Masjid Agung Demak yang amat bijak memasukkan nilai lama dan baru dalam harmoni yang indah, mari. Kita simak ::

1.Gambar bulus

Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan Masjid Demak dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 safar.

2. Atap nuansa Bali-Jawa-Islam

Ada nuansa budaya Bali, karena tempat ibadah ini dibangun dengan gaya khas Majapahit, berpadu  langgam rumah tradisional khas Jawa Tengah. Bangunan masjid ini bisa elok harmonis menyatukan gaya Islam dengan gaya lokal dan enak dinikmati sampai sekarang.

3.Kubah
Kubah atau Mustoko berhias asma Allah sementara menara bernuansa Melayu hingga arsitektur Masjid Agung Demak sepintas seperti bangunan peribadatan agama Hindu . Bentuk bangunan unik ini dinilai  akulturasi dan toleransi masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam di tengah umat Hindu. Atapnya berupa tajuk tumpang tiga berbentuk segi empat yang dinilai mirip pura.

4. Soko. Majapahit
Yang menarik, di belakang ruang utama terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter dengan tiang-tiang disebut Soko Majapahit. Tiang itu memakan delapan buah yang diperkirakan berasal dari kerjaaan Majapahit. Sementata atap masjid ini tumpang tiga terbuat dari kayu dan berpuncak mustaka. Atap ini dinilai menggambarkan iman, islam dan ihsan. Sementara dindingnya terbuat dari batu dan kapur. Pintu masuk berlukiskan corak klasik

4.Pawestren
Pawestren dibangun khusus untuk shalat jama'ah wanita yang dengan konstruksi kayu jati. Bangunan ini ditopang 8 tiang penyangga, 4 di antaranya berhias ukiran motif Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m.

5..Lawang Bledek
 Masjid ini memiliki.lawang bledek alias Pintu Bledag, yang berarti pintu petir. Pintu ini terbuat dari kayu jati dengan hiasan cantik bergambar dua kepala naga. Konon, pintu ini bergambar petir yang dilukis dan dilukis oleh Ki Ageng Selo. Berdasarkan kisahnya, Ki Ageng Selo memiliki kesaktian yang bisa menangkap petir. Sehingga, Pintu Bledag ini diyakini bekerja sebagai penangkal petir. Saat ini pemandangan Pintu Bledeg bisa dinikmati di Museum Masjid Agung Demak

Intisari yang bisa dipetik dari keberhasilan Wali Songo membesarkan Kesultanan Demak Bintoro dari sebuah kampung sepi tengah hutan, yaitu Desa Glagah Wangi menjadi sebuah kerajaan Islam Maritim terbesar di Pulau Jawa dan meninggal kan Masjid Agung Demak yang sampai kini masih menjadi tujuan wisata reliji penting adalah hati-hati didalam membuat perencanaan pengembangan wilayah desa, entah untuk menjadi desa wisata atau tujuan lain. Kekuatan karakter budaya lokal harus dilestarikan dengan bijak ketika dipadukan dengan nilai-nilai baru.

Sejatinya pesona Indonesia adalah mozaik perca-perca kearifan lokal yang begitu berbeda, dinamis namun menjaga nilai-nilai adiluhung Bhineka Tunggal Ika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun