Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat ke Borobudur, Aku Masuk Gerbang Candi, tapi Tersesat Zaman, Aduh! (1-3-Tamat)

19 Mei 2021   11:52 Diperbarui: 19 Mei 2021   12:03 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahadaya cahaya Borobudur Silam (gogootour.com) 

Kembang  kencur kacaryan hagung cinatur
Sedhet kang sarira, gandhes ing wiraga
Kewes yeng ngandika, hangengayut jiwa


Lamat-lamat terdengar di earphone Hape-ku,  alunan tembang "Ketawang Puspowarno " syair pujaan Raja Surokarto Mangkunegara IV yang kehilangan Istri tercinta Raden Ayu Semi, lalu diaransemen Ki Tjokrokrowarsito, direkam  pakar musik dunia asal AS, Prof. Robert E. Brown, kini di Gianyar, Bali  Saat dia  memimpin misi Voyager, bumi menyapa angkasa, tembang cinta sejati ini direkam dalam cakram Padat dari logam Emas murni,  diposisikan sebagai lagu pertama didepan karya Bethoven dan empu musik dunia lain, lalu dikirim.ke angkasa luas,  mencari kehidupan lain semacam di bumi. 

Tembang  Ketawang puspawarna yang berarti. Warna warni ke angkasa itu akhirnya benar -benar mengorbit keluar angkasa. Menyapa kehidupan lain ke semesta lain. Luar biasa nenek moyang kita. 

Dibawah bayang-bayang bayang Candi Borobudur, ada dua spanduk besar,  bertuliskan, "Wonderful Indonesia, Sound of Borobudur", "Borobudur pusat musik dunia !", wow pasti ada event besar dunia sebentar lagi di sini  pikirku. Sungguh kesempatan untuk mendapat foto bagus, menjelang senja, batinku. 

saat memasuki pelataran Candi Borobudur yang megah. Aku tidak masuk dari gerbang depan. Justru dari gerbang belakang yang sepi. 

Entah kenapa,  aku selalu diarahkan masuk wilayah yang aura gaibnya kuat,  justru lewat pintu belakang. Entah itu oleh juru kunci,  penduduk setempat,  maupun GPS -Global Positioning System- aplikasi Maps,  seperti saat ini.

Merinding juga, bulu-bulu.kudukku, agak berbeda rasanya suasana di Candi besar ini. Aku masih duduk ngopi gayo dari termos, di jok motor Kawasaki EN 400 cc kesayanganku.  Motor dua knalpot yang posturnya Mirip Harley Davidson klasik Dari jauh lengkap dengan perberkalan tenda, alat.masak di dua tas terpal hitam,  yang tersampir d kiri kanan jok belakang.

Aku parkir motor dibawah pohon gayam besar tua. Saat itu suasana amat sepi, tak ada penduduk, atau hewan sama. Sekali. Tidak juga kambing,  bahkan seekor ayam pun. Sungguh sore yang nikmat. Ransel kusandang semua di bahu. Juga perlengkapan kamera kusandang di tas khusus yang aman.
 

Suasana fikiran jadi segar, setelah dua tiga teguk yang menenangkan jiwa. Aku mulai melangkah maju.  Pada tiga langkah pertama,  mataku melihat ada dua batu kuno yang berbentuk lingga dan yoni mini. Simbol alat kelamin lelaki dan perempuan sepertinya,  yamg tergeletak,. Kecil saja,  tergeletak, terpisah.  

Karena sudah jadi hobiku, mengoleksi batu unik dari tiap tempat berkarisma yang kukunjungi. Saat itu,  aku merasa seperti menemukan permata, harta karun berharga. Kedua batu kecil,  sebesar cobek itu. Kusatukan,  bertumpuk. Lalu tasku,  kuturunkan sebentar, dan kedua barang langka yang pasti berharga itu,  kumasukkan dalam tas.

 Padahal hal ini termasuk tabu, mengambil barang keramat. Bisa jadi ada kesialan,  kemalangan,  atau bahkan kutukan dari benda masa lalu. Seharusnya aku peka dan bisa. Menghindari hal konyol. Tabu yang tak perlu kulanggar begini.

Aku lupa,  dilanda euphoria,  sebagai biker pengelana keliling jawa sendiri,  juga lantaran terburu -buru bermaksud mengejar matahari terbenam di atas stupa candi utama. Saat aku berjalan bergegas, saat itulah pelan-pelan kusadari ada sasmita pratanda yang berbeda dari perjalananku kali ini. Semestinyankau lebih waspada.

***

Bila tadi situasi sekitat candi teramat sepi.  Mendadak sekitar jadi ramai dan hingar bingar. Banyak orang orang mengenakan ikat kepala putijh baju celana putih dari bahan berbulu dililitkan,  banyak yang telanjang dada, telanjang kaki,  kaki dan tangan mereka kuat-kuat. Bahkan kaum perempuan hanya mengenakan kain jarit putih atau hitam berbulu saja. Banyak yang berrkebaya,  tapi yang muda - muda bertelanjang dada. 

Spontan aku tercekat dengan pemandangan indah tak terduga yang mengundang syahwat pendatang musafir sepertiku.

Sungguh dalam hidup,  aku belum pernah melihat pemandangan seindah,  sealami ini. Perempuan-perempuan berambut panjang terurai sampai pinggang Ada yang Sampai menyentuh dengkul bahkan.  Tidal ada yang berambut pendek, semuanya elok,  dihiasi bunga kamboja Di telinga, ada titik beras Di Pusat kening. Kulitnya hitam manis,  Dan kuning langsat . 

Sebagai lajang diusia kulminasi dahaga syahwati,  melihat parade payudara bebas menggantung,  lalu lalang di depan mata, tanpa malu. Bahkan beberapa dari gadis manis itu menyungging senyum, melempar lirikan penuh arti. Semua Terasa seperti peluru menghujam. 


Ah,  bisa jadi aku akan ketemu jodoh dengan. Payudara dan rambut panjang terindah disini, harapku tulus.

 Mereka sibuk hilir mudik menuju rumahnya,  sambil membawa jun,  keramik jambangan besar tempat air yang diikat ke punggung dengan kain selendang. Air itu buat persediaan Di rumah rupanya.

Sebagian orang - orang itu tergesa. Menuju rumah. Sementara yang sudah rapi,  mandi, segera bergegas menuju tengah arena. Disitu ada pusat pelataran besar yang luas.  Ada tempat yang ditinggikan beberapa pertapa bersila melingkar menghadap pusat lingkaran.

 Bajunya hitam dan putih dengan ikat kepala yang ditalikan dengan gaya yang sudah amat jarang kulihat. Cara. Mengikat rambut.dan kepala amat berbeda dengan jaman kini. Unik dan khas sekali, entah dari jaman keberapa ?


Semakin sore., semakin banyak orang yang berkumpul dirimu,  di pusat persembahan ada altar agung tinggi,  dikelilingi orang -orang berpakaian emas yang semuanya memegang alat musik, segala macam alat musik aneh yang dipukul,  ditiup,  ditiup dan memakai  membran,  ada puluhan orang yang siaga mengalunkan nada.  

Dari ketinggian pojok alun - alun orkestra itu, pelan -pelan ingin kuabadikan kejadian menakjubkan menjelang senja yang belum pernah kulihat dimanapun sepanjang petualangan motorki Selena in. 

Dari balik balik intip kamera DSLR Canon andalanku,  terlihat komposisi ritual yang kolosal dan luar biasa.  Mulai dari perbukitan tinggi berbatu ini orange berbaju emas,  Putih lalu hitam mengelilingi  bukit berundak-undak

Puas aku mengabadikannya dari berbagai sudut yang elok. Pasti aku dapat uang banyak karena foto-foto sensasional dan hebat ini.

***

 Mulai Ada hal yang terasa.aneh,.Candi Borobudur yang megah dan besar dengan banyak stupa tak nampak dalam intipan kamera tele juga penglihatan mata telanjang ku.  Ada apa ini ?.

Belum hilang rasa.penasaran akan perginya bangunan besar itu,  dari pandangan mataku terdengar tambur dipukul dengan penuh semangat perbawa. Mungkin bukan sekedar satu atau belasan tambur dipukul berirama dengan penuh irama ketukan yang memukau. Penuh rentak rampak semangat. Mendebarkan hati. 

Lalu beberapa orang, bertubuh raksasa, dengan tinggi badan nyaris tiga meter,  memgangkat tandu emas, menggotong seorang Resi Agung ke pusat arena. Dari lorong gua batu seberang lapangan.  Seketika segala alat musik,  ditiup,  dipukul dan digaungkan resonansi nadanya.

 Mendadak aku terhenyak dan larut dalam alunan orkestra Penuh semangat namun menenangkan jiwa.  Semua kepala menunduk hening cipta. Hanya aku yang menengadahkan kepala. Penasaran dengan segala apa yang terjadi. Semua ini terasa tak masuk akal, tapi mempesona,  magis dan menenangkan pikiran.

***

Rombongan raksasa telanjang dada datang dalam dentum perkusi yang rancak membawa tandu kebesaran dan membawa berbagai senjata,  diiringi rombongan manusia kate. Manusia kerdil yang cuma setinggi pinggang tapi mukanya seram seram.

Pasukan manusia kecil ini juga membawa seruling dari gading gajah,  hewan raksasa dan tulang ikan hiu,  paus. Paripurnalah sajian upacara ini, ketika rombongan agung,  membawa. Tandu emas sambil berkeliling memutar agung.

Upacara menyambut senja. Menyenbah matahari sungguh elok. Melampui imajinasi, di kereanhan senja,  puluhan ribu manusia dengan patuhnya,  melakukan ritual. Persembahan agung pada. Matahari,  pada ruh leluhur,  penguasa alam dengan tulus dan mendalam. Konfigurasi manusia yang mengular teratur dari bawah bukit sana sampai puncak bukit besar ini,  ditambah alunan orkestrasi. Puluhan alat musik yang dipandu oleh seorang "konduktor " ayu,  perempuan berambut panjang. Tanpa penutup payudara. silhuet tubuhnya nampak eksotis mengguncang hatiku.

Saat matahari makin memerah. Tandu emas yang digotong para raksasa setia sampai ditengah altar pusat persembahan. Seseorang berwibawa dengan baju keemasan dan ikat kepala emas turun dengan anggunnya. Lalu bende ditabuh tiga kali.  Saat itu juga perempuan pemimpin orkestra nan ayu memberi tanda berhenti dengan selendang ajaib ala pesulap sihirnya yang bisa kaku layaknya tongkat dan lemas seketika. rupanya perempuan itu cukup sakti., bisa menyalurkan tenaga secara istimewa. 

Namun,  sesakti-saktinya perempuan itu,  dia tetap. Menghaturkan sembah takzim kepada sang guru besar kapitayan jawi-nya Resi Sangkakala. Saat perempuan ayu itu bersila
Dan menghaturkan sembah. Segenap pemusik pun meletakkan alat musiknya lalu menyembah serempak. 

Demikian juga rakyat yang berbaju Putih Dan hitam,  semua kompak menghaturkan sembah. Luar biasa kompaknya,  hanya  aku yang tak melakukan ritual sembah,  Justru. Memotret tanpa henti, ke segala sudut yang menarik. Peristiwa seperti ini sungguh langka dan belum pernah terjadi dalam hidupku. Bersyukur aku mengalami penglihatan istimewa seperti ini.

 Tapi aku kehilangan Borobudur target foto sekali. Dimana stupa-stupa agung itu?.

Belum selesai aku merenung. Sang Resi Sangkakala mengangkat kedua belah tangannya,  seperti. memohon sesuatu kepada langit. Dari pinggangnya diambil mahkota mestika,  metal berkilau-kilauan. Warna perak,  Berbentuk seperti pistol suar kapal diambil oleh tangan kirinya yang sigap. Lalu diacungkan ke langit. Saat itu sisa cahaya matahari. Segera mengumpul, berpusat di pistolnya. Ada cahaya kebiru-biruan yang menyilaukan mata mengitari pistol lalu  menyelubungi badannya, jadi kebiruan.

"Surodiro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti !," teriak sang Resi membaca mantera suci.  Lalu,  Blaaar!.


Cahaya menyilaukan menebar,  bergerak seperti gelombang enerji yang ditunggu semua orang disitu.  Semua yang terkena. Sambaran cahaya biru berteriak, bersyukur, kegirangan setelah terkena setrum cahaya. Kaum raksasa dan kerdil menari liar seperti tak beraturan tapi rapi dalam komposisi gerak  yang rancak bertenaga.  

Musik kembali ditabuh,  orkestra indah  super kolosal dipimpin oleh konduktor ayu dengan tongkat selendang penuh tenaga dalam .

Aku juga terkena dampak aliran enerji yang menyilaukan,  seperti kena kejut ribuan voltase, Sampai  Kamera yang kupegang terlepas begitu Saja.  Untung tali kameranya membelit di leherku, kamera aman, walau tubuhku melayang jatuh. 

Kalaulah ajal. Menjemputku disini. Aku iklas sudah melihat hal spektakuler,   mendengar musik terindah, mengisi ruang jiwa dan waktuku...

***

Kembang blimbing pinethik bali ing tebing Maya-maya sira, wong pindha mustika
Turuning kusuma pathining wanodya

***

Dalam keadaan amat kritis,  masih saja bisa kudengar lamat lamat gendhing. Walau tubuh melayang drastis antara menara pandang yang tinggi menuju batu-batu tajam seram.  Aku masih bisa menikmati gendhing Ketawang Puspawarna, serasa astronot luar angkasa Voyager mencari  saudara bumi,  dan kembaran manusia bila ada. Rasa takut seperti dihapus dari jiwaku,  berkat tembang berkualitas estetis dan penuh daya spiritual ini.

***


Biasanya dibunyikan untuk tanda masuknya pangeran di jaman dahulu, di jaman sekarang dijadikan latar acara adat temon, pertemuan antara mempelai pria dan wanita.


Dalam kejatuhanku yang parah tak bersisa ketakutanku,  barang secuil pun. Terbayang olehku saat pencipta gending berirama rancak itu adalah seniman Jawa keturunan ningrat, Kanjeng Gusti Pengeran Adipati Aria (KGPAA) Mangkunegoro IV. Bertahta adalah raja ke-4 dinasti Mangkunegaran, bertahta tahun 1853-1881. 

KPH Gandakusuma. Ia menikah dengan Raden Ayu Semi, dan dikaruniai 14 anak. Tembang ini adalah wujud persembahan cinta sejatinya.
Versi dari komposisi beliau  yang mendapat kehormatan dipakai Voyager pesawat luar angkasa NASA,tersebut dibawakan oleh gamelan Keraton Pakualaman, yang diaransir ulang oleh pemimpinnya, yaitu Kanjeng Pangeran Haryo Notoprodjo, beken disebut Ki Tjokrowasito, atau Wasitodipuro, yang dikenal sebagai salah satu Empu Karawitan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.


Rekaman ini juga tersedia di album Java: Court Gamelan (versi pertama dirilis tahun 1971). Menurut catatan Profesor  Brown di versi terbaru album tersebut, "Puspawarna" adalah salah satu musik kesukaan Carl Sagan di piringan emas pesawat ruang angkasa Voyager.


***


Beruntung tali kameranya masih tersangkut di leherku,  jadi kamera selamat menggantung di badan,  tidak pecah tercerai berai. Saat badanku kelojotan menerima gelombang listrik ribuan volt dari pusaka senjata mestika yang mengumpulkan sinar matahari , lalu dibagikan merata jadi kilas sinar kejut ajaib yang menyegarkan,  menyembuhkan.

Lelahku hilang setelah seharian naik motor bertualang tanpa henti. Sejak berjalan dari parkiran candi tadi,  motor berada dibawah dua spanduk "Wonderful Indonesia, Sound of Borobudur", "Borobudur pusat musik dunia !".

Sejak itulah aku kehilangan jejak stupa-stupa besar Candi, bahkan keseluruhan tubuh besar Borobudur pun tak kutemui dalam petualangan berburu fotoku kali i ini. Padahal posisi maps di Hape-ku menunjukkan pintu belakang candi spektakuler itu.

Tadi akibat aku mengambil posisi memotret di ketinggian Gardu menara pandang, yang ada hanya pelataran besar dengan pusatnya yang seperti kelopak bunga teratai kolam, amat indah. Efek kejut sinar biru itu, menghilangkan kesadaranku,  terhuyung badanku, total jatuh.

 Karena aku tidal bisa menguasai kesadaran,  efek kalibrasi enerji matahari itu.. Maka badankupun terjatuh, melayang dari menara metal yang tinggi. Aku sudah pasrah Karena tak memiliki.kontrol atas adapun. Lagi. Termasuk keselamatanku sendiri. .

Saat aku pasrah,  menyerahkan diri, memasrahkan keselamatan pada sang hyang penguasa semesta jagad. Saat itulah terjadi keajaiban. Saat kepalaku hampir.menghantam batu.

 Selembar selendang  wangi melindungi pusat otakku. Lalu dengan tarikan lembut aku ditarik jauh ke tengah arena. Ditangkap langsung oleh sang konduktor ayu,  saat tubuhku berada dalam pelukan tubuh telanjang dada itu,  aku merasakan sensasi kalbu yang sulit dikatakan.

 Intinya aku menemukan kententraman sejati,  rasa nyaman, harum syahwati. Lalu aku kembali. Kesetrum sensasi enerji ruhani dari beradunya. Pori-pori  lembut kulit kami. Jujur aku mabuk wangi parfum alami dari tubuh penolong ayuku, lalu aku pingsan sambil mabuk harap dalam pelukannya.

 Aroma rempah khasnya , membuatku berfikir selintas saat sebelum hilang.kesadaranku.atau jangan-jangan wanita ayu ini jodohku?...

***


Saat aku tersadar,  lamat-lamat. Kucium bau aneh bunga harum mengisi ruang tidurku. Tubuhku terbaring Di peraduan kayu beralas kulit harimau yang empuk.kusadari aku hanya diselimuti bulu beruang hitam sementata celana jins Dan kaosku dilucuti saat aku pingsan tadi.

"Tenanglah, jangan takut  Aman disini, "bisik perempuan ayu, berambut panjang, bertutup kain kulit serigala, dengan payudara Indah terbuka. Dia yang menyelamatkan aku dari kejatuhan fatal saat kena dampak enerji biru yang dahsyat tadi.

"Matur Nuwun..., Argo, ".aku menyebut namaku
"O, Mas Argo,. Sama-sama Mas .Aku Dyah Palupi.  Panggil Saja Palupi," kata sang tuan rumah ramah memperkenalkan diri.
"Mmmh,  apa tidak ada yang terganggu,  aku tidur si kamarmu Palu.. Pi?, " tanyaku mencoba sopan siapa tahu .


"Mas Argo  ini,  sejatinya dari mana to ? ," tanya gadis ayu itu,  penasaran sambil menyodorkan air putih di gelas dari potongan bambu wulung. Aku menerima, gelas yang belum pernah kulihat itu,  lalu aku meminumnya dengan cepat dan tandas. 

Ketika aku menanyakan siapa yang. Melucuti celana dan kaosku,  Dyah Palupi tak menjawab jelas,  tapi senyumnya penuh arti. Aku jadi malu,  gadis ayu baik hati penolongku lebih malu. Lagi. "Biar cepat sadar,  dan baju mas Argo bau debu sekali, maaf tadi terpaksa kulepaskan,"pinta  gadis tuan rumah ini, tersenyum tulus,  meminta maaf sepenuh hati.

Kisahnya pun meluncur,  bahwa di pusat kapitayan jawi, perempuan yang sudah menikah, baru mengenakan baju,  penutup dada.  Sedang seperti dirinya yang masih perawan,  tidak wajib menutup dada. Mendengar penjelasannya yang apa adanya,  pelan-pelan ada harapan bertumbuhan. Siapa tahu Palupi bisa Jadi jodohku. Lalu seperti burung prenjak, gadis itu menceririct, kisah seru tentang kautaman wilayah suci ini.

Orang sesakti apapun bila sudah menginjak wilayah perbatasan suci akan langsung kehilangan kesaktiannya. Yang tadinya kebal senjata akan kehilangan kekebalannya, yang jago bersilat,  mendadak lupa jurus-jurusnya,  yang bisa menghilang dalam kabut, disini semua aji mantera. Kehilangan bobot perbawanya. Semua tingkat kesaktian, jadi nol tak berdaya.

Semua polos murni Di hadapan Resi Sangkakala. Semua yang datang di tanah suci kapitayan jawi ini akan dapat keberkahan energi ruh suci. Di areal sembahyang bersama, Watak adigang,  adiguna. Akan hilang.  Setelah mengalami ritual Suci. Diiringi Alat .-alat.musik.kiriman dewa bintang yang membangkitkan enerji dalam manusia yang hadir disitu. 

Pemimpin orkestra.musik nan ayu, melanjutkan cerita betapa pemain musik yang ada di pusat kebatinan jawa,  dipilih berdasar wahyu suci yang didapat  sang Resi dan anggota 40 resi suci. Pendampingnya. Dari hasil ritual tapa, akan didapat nama dan keturunan dari calon penabuh musik, lalu dengan kesaktiannya para empu suci terpilih ini mengirimkan undangan lewat telepati. Kaum penabuh  yang diundang,  akan mendapat mimpi,  atau panggilan khusus saat bertapa ditempat masing-masing.

Bila mereka tak. Bisa. menerima isyarat undangan suci ini. Maka para resi Itu akan merapat mantera aji sepi angin. Menjemput langsung mereka dimanapun di pulau manapun di nusantara berada. Hanya dalam sekejap.mata pulang pergi. 

Beliau - beliau itu manusia sejati yang berumur sangat panjang bukan ratusan tahun lagi. tapi ribuan tahun. Papar Dyah Palupi menjelaskan semuanya., sambil. Mengangsurkan berbagai penganan enak dan unik bungkusannya. Aku hanya manggut-manggut menerima penjelasan yang makin aneh saja menurutku.

***

 Entah kue apa semua itu. Buah sembarang buah dikupas,  sambil menyodorkan buah-buah manis langka, layaknya jambu bol,  putri anjing, sirsak, Dan buah gayam. Buah itu tak henti dikupas dan diiris,  lalu diangsurkan ke Argo. Pemuda itu sangat menikmati pelayanan dan cerita dari mulut indah yang pelan-pelan mengusik hatinya.

***

Kembang kencur kacaryan hagung cinatur
Sedhet kang sarira, gandhes ing wiraga
Kewes yeng ngandika, hangengayut jiwa

Kembang blimbing pinethik bali ing tebing
Maya-maya sira, wong pindha mustika
Turuning kusuma pathining wanodya

Tembang Ketawang Puspawarna lengkap dengan notasinya sudah melanglang jagad semesta,  sementara aku Argo,  seorang pengelana motor, menungganh motor 400 cc,  Kawasaki custom dua knalpot ala Harley Davidson dengan maps Peta yang canggih,  tak kunjung menemukan stupa Borobudur. Padahal jelas jelas aku memasuki candi itu. Lewat gerbang belakang sore tadi, bahkan ada. Dua spanduk besar  bertuliskan,  "Wonderful Indonesia, Sound of Borobudur", "Borobudur pusat musik dunia !".

***

Namun sampai malam begini tak kunjung kulihat pesona stupa-stupa raksasa yang membuat peninggalan suci agama Budha itu abadi, kuat,  spektakuler dan dihormati dunia.

Sampai menit ini,  Argo masih dilanda kebingungan yang sangat,  apakah betul ia sudah sampai di candi pusat pujaan umat Budha saat ini,   ataukah justru dirinya nyasar sebaga petualang ia  terbiasa nyasar,  tapi kali ini beda,   nyasarnya keterlaluan. 

Pelan-pelan benaknya terbuka, setelah dimandikan Dyah Palupi di tujuh sumur,  dan tujuh oancuran dari tujuh mata air,  sangat disadari bahwa ia amat jauh tersesat.

Walau benar dia memasuki titik di peta,  posisi Borobudur,  tapi bukan  di titik waktu, ketika wangsa Syailendra mulai membangunnya di abad VII Dan selesai dii abad IX.

 Argo perlahan menyadari entah bagaimana prosesnya,  petualang jalanan itu, telah terlempar ke masa.lampau. Argo yakin ia berada di titik peta yang bernar tapi pada waktu yang salah.

Sambil menggigil dalam kucuran air dingin,  tujuh sumber dan menahan dingin luar biasa,  argo berhitung cermat,  nampaknya pemuda itu terlempar jauh,  ke tahun masehi awal ketika Candi itu belum dibangun,  lokasi  Suci itu menjadi pusat berkumpulnya orang sakti orang suci se-Jawadwipa,  Disanalah pusat Budaya dunia,  tehnologi, musik sedang moncer-moncernya,  bahkan jauh sebelum agama yang memuja Budha itu berdiri menyebar, Areal. Suci ini. Dikenal sebagai. Kawasan yang wingit dan memiliki enerji alam yang dasyat.  Inilah Pusat semesta Jawa, kiblat   musik dunia, bahkan.

Setelah melakukan ritual khusus,  membasuh diri dengan air Suci, dimandikam perawan ayu pujaannya,  Dyah Palupi,  Benak Anak muda itu menjadi terang benderang . Mulai. dicari-cari,  pangkal sebab musababnya, yang membuatnya bisa . Jadi tersesat sejauh itu. Setelah merenungkan sebab,  akhirnya ditemukan pangkal awal kesialannya bermula  Dari.kenekatannya, mengambil artefak mungil lingga Dan Yoni, Yang ia.satukan Di tas.ranselnya. mungkin dua alat penting, kunci semua Kejadian,  aneh yang terjadi. Hmmm...

""Mas Argo,  ayo cepat, plakai handuk dan segera pakai baju kulit banteng ini,  kita sudah ditunggu Resi Sangkakala di Pasewakan Ageng," kata Dyah Palupi. Agak keras menyadarkanku saat berendam masyuk di mata air ketujuh. Argo tergeragap dan langsung berdiri,  keluar dari air,  gadis perawan yang hanya mengenakan jarik bawahan dari bahan kulit kuda putih itu memekik,  menutupi matanya saat anak. muda yang diam-diam ditaksirnya,  keluar dari kolam. Air spontan Tanpa baju,  kelihatan semua auratnya. Argo spontan menyambar handuk, menutupi aurat vitalnya.

Setelah mengeringkan badan, Arti mencoba melilitkan kulit banteng hitam itu ke tubuhnya,  tapi sulit bukan main,  karena pakaian yang dikenakan bukanlah dari jaman kekinian,  tapi dari jaman lalu. Tanpa rikuh lagi,  Dyah Palupi membantunya bergegas mengingat perintah dari gurunya tak bisa ditawar lagi. Beberapa kali,  tangan dan kulit mereka bersentuhan, saat itu seperti ada dentum mega  marching band lewat,  menggedor hati kedua insan, yang mulai dirabuki rasa suka. Ehm. 

***


Argo melangkah tergopoh diantar Palupi,  ke perhelatan temu besar para guru di pusat pasewakan ageng. Disitu berkumpul sedikitnya 40 resi utama.  Mereka sebagian berbaju kulit binatang hitam,  sebagian lagi putih dan yang di pusat ada lima resi berbaju emas. Semua duduk bertelakan karpet kulit binatang buas yang super besar, lembut, tebal,. Kharismatis.

Ada yang duduk di kulit macan raksasa,  singa super besar,  juga mamoth, gajah purba. Dan binatang lain yang tak dikenali Argo. Semua duduk dengan lembut dan tenang tetapi semua tatapan mata para guru itu amat tajam,  Lebih tajam dari belati stainles stell yang pernah kau kenal.

"Nak Argo sini duduk depan Eyang Resi disini yang tenang, tahu kesalahan besar yang kau buat ?," tanya Resi Sangkakala lembut,  tapi matanya berkilat tajam, bisa membunuh delapan rusa Karena begitu tajam kilatan perbawanya. Menunjukkan juga kedalaman ilmu menghidupkan juga mematikannya.

Argo. Menggigil. Ketakutan,  saat duduk di. pusat arena, pemuda itu duduk di kulit serigala putih yang dibelah lengkap  terlihat kepala Dan ekornya.
"Maaf, Eyang Resi,  hamba lancang mengambil batu pahatan lingga yoni kecil yang hamba temukan,  sebelum masuk gerbang suci. Lalu hamba bersalah, telah mengintip upacara suci penganugerahan enerji matahari.., " urai Argo hati-hati.  Sambil menempelkan jidatnya ke bulu serigala dilantai  serendah mungkin.

 Ritual memohon ampun itu dilakukannya lama. Pemuda itu bertekad tidak akan mengangkat kepala  sebelum diampuni sang Resi yang sakti digdaya.

Suasana amat hening dan mencekam.  Rasa -rasanya semut, cicak laba-laba tak ada yang berani bernafas di ruangan itu. Semua menunduk,  bermohon ampun akan kesalahan dan ketaksopananku, Argo sudah siap dipenggal saat itu, dia menyadari benar kelakuannya menabrak kesucian upacara Kapitayan Jawi. Membuatnya layak mati.

 Argo.tahu,  lelaki agung didepannya dengan kesaktian.luar biasa nya bisa mematikan bahkan menghidupkan 10 harimau sekaligus apalagi hanya sebatang jiwa rapuh dirinya.  

Argo kusyu , bersujud Minta ampun. Saat itu dia berupaya mengintip,  gadis pujaannya menangis. Satu demi satu,  air mata bening jatuh dipipi indah Dyah Palupi. Terlihat bahwa saat itu ada rasa khusus di hati perempuan berpayudara indah,  dengan rambut panjang yang menyentuh lututnya. Argo bersorak girang dalam hati,  tapi kepalanya tetap bersujud ala Kelinci takut dimangsa Macan Kumbang Terganas dengan mata kuning berkilat,  terkejam.

Tiba tiba meledaklah tawa sang Resi.. Lalu segenap resi yang ada disitu pun tertawa tergelak-gelak, " Ha-ha-ha,  Argo dan Palupi, anak muda memang tahunya.cuma cinta.  Padahal untuk kesalahan sejenis Argo ini,  hukumannya bisa mati,  atau dibuang seumur hidup ke Leng Bumi, lubang rahasia kebaikan dan keburukan bumi kumpul jadi satu disitu, "terang  Resi Sangkakala.
 
"Baiklah, Argo,  Lingga Yoni kecil yang. Kamu. Pegang  sejatinya kunci portal semesta.siapapum yang masuk denganmembawa kedua alat kuno,  disatukan,  maka semua portal waktu terbuka, beruntung kamu setelah disucikan Dyah Palupi di tujuh mata air,  batinmu. Jadi terbuka Argo, " urai Sang Resi membuka tabir misteri.

Semua Resi yang hadir manggut-manggut, membenarkan.  Kemudian segalanya dijelaskan dengan rinci ,bahwa petilasan Kapitayan Jawi itu akan berkembang amat besar,  diiringi pembangunan pusat sembahyang. Tapa bersama  disitu. Makin hari, kemudosn tumbuhlah, kebudayaan yang memuja musik sebagai pembangkit etos kerja dan daya linuwih batin.


Membuat banyak alat musik diciptakan disini, akan ada ratusan,  mungkin ribuan alat musik yang dicipta disini.  Lalu disebarkan di seluruh dunia. Cuma nanti ada jaman yang tidak tahu asal muasal, alat-alat musik itu dibilang dari manca negara,  padahal kamilah nenek moyangmu yang membuatnya,  lalu  disebarkan ke. Seluruh dunia.

"ya,  ada 60 alat musik di relief candi besar itu Resi., " tutur Argo hati-hati

"Aku tahu,  aku tahu,  sudah jangan dikayakan,  itu rahasiakan,  itu berita jaman,  bahwa  akan banyak agama besar,  tumbuh subur di Jawadwipa,  hindu,  Budha.kristen, Islam,  tapi. Kapitayan Jawi,  dan musik dasyat ini tak boleh kau lupa!, "kata pungkas Resi Sangkakala kepadaku. 

Aku diberi kebebasan memilih,  sebagau lelananging jagad,  atau semacam Higlander,  yang bisa hidup  abadi dari jaman ke jaman,  karena aku sudah terpapar  Enerji digdaya Sang Resi sakti. Dan menjadi utusan yang menembus lorong waktu, ke masa lalu atau masa depan untuk menjelaskan, kesalahpahaman,  atau menyelamatkannya bumi dari kehancuran bumi. 

Semua piliha itu terasa mewah,  aku belum memutuskan, tapi aku berharap,pilihan terbaik manapun yang akhirnya kupilih,  harus bisa. Menyertakan Dyah Palupi sebagai pendamping abadi. Percuma hidup abadi, Kalau kesepian...

Sang Resi tersenyum. Penuh arti,  ditatapnya Dyah Palupi,  gadis ayu itu tertunduk jatuh hati. Meski tanpa kata-kata, Sang Resi Sangkakala paham semuanya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun