Malam ini,
Masih berburu bintang kejora
Malam ramadan
Tapi tak kunjung kudapat
Cuma kilas bintang harap
Matahari jauh
Beda tatasurya
Yang kutangkap bilah hangatnya
Disini
Dalam gelap
Aku terpuruk
Menyepi dalam sepi
Menyimak anak anak sulung
Yang dilupakan bao4ak ibunya,
Anak jalanan terabaikan
Oleh jaman oleng juga guncang
Badai postmodernisme
Yang melibas jiwa jiwa rapuh
Payah
Gampang menyerah
Terbata anak anak
Bermuka cerah
Mengaji huruf hijaiyah
Huruf demi huruf
Bunyi demi bunyi hukum kata
Syair
Wahyu Quran nan indah,
Mereka tersentak
Terseret
Tergelincir,
Lalu hanyut dalam sengau
Dan syahdu
Lafal ilahi
Yang dicari
Adalah tanda cinta
Dari orang orang tua yang melupakan
Buah hati yang terlahir
Dari doa
Dan harapan dulu,
Lalu terseret nafsu dunia
Lalu terhempas banjir nasib
Yang memutuskan tali kasih sayang
Ketika akhirnya
Anak anak jaman ini
Memilih tak pulang
Sembunyi
Di saung bilik rumbua
Tengah sawah
Kolam gurame
Emas
Mereka
Santri santri kalong
bermohon dalam sarang sepi
Dalam orkestra kodok
Jangkerik
Serangga malam
.nimat rejeki ramadan suci iniÂ
Tiada henti menyaoa setiap pintu batin
Tertutup ketukannya teramat lembut
Membujuk setiap insan
Memuja Kalam suci
Merayu langit
Menghibur bumi derita
Meluruskan setiap lidah kaku
Pita suara kakuÂ
Sekedar menyebut namamu saja
Terbata, susah sungguh
Dengan apart kamikaze berseruÂ
Bila suara parau lafaz suci
Dari surau Sepi tengah kolam sepi,Â
Tepukan teriakan
HaraoanÂ
Cuma jadi pengantar tidur kantuk malam
Tapi kami bertahan
Menjaga mata
Menjaga hati
Mengeja cinta
Jantung ramadan
Inilah panggilan kuat
Dari jauh tepian galaksi
Yang mengundangÂ
Semua hati pulang
Semua mengaji
Tergugu
Saling memperbaiki bacaan,
Saling instropeski
Bahwa tak ada yang pernah bisa bersih
Dari kesalahan dari kekhilafan
Dari kesesatan, dari tumbuhnya keinginan
Dari banyak kemauan, Â Dari meruapnya ambisiÂ
Ambisi obsesi anak jaman
Bila malam bertambah malam
Tak ada yang tersisa
Di ujung lidah diujung Mara,Â
Ditepian telaga doa
DisiniÂ
Dutengah kekuasaan raja sepi
Harapan santri
Santri yang dilupakan sistem pendidikan baku
Yang canggih dan komoleks
Tapi menunaikan nurani
Keteguhan nurani
Ketegaran kultural
Mereka sudah tak pulang
Mereka larut
Dalam kajian malam
Malam
Mengupas inti
Jantung masa
Hati terlembut,inikah panggilan suci
Sanubari hening
Mereka mencuci batin kotor
Yang rindu
Pelukan ramai
Rumah sejati, waalu tempat ini teramat sederhana, terbuka, Â penuh angin lembah
Yang tak bisa kau cari di peta biasa
Kami mencari dimana sarang kasih sayang
Yang kami doakan
Dalam. Malam penuh gebu rindu
Memeluk tangan asihmu
Bersujud di kaki sang maha tinggi
Penuntun mimpi
Semua berdoa
Agar anak anak sulung
Yang dilupakan ayah ibu
Bisa pulang lebaran ini
Pulang dengan hati bersih
Suci
Terbasuh
Dalam penantian setahun
Kemarau rindu
Ayah
Ibu
Kami tak Akan pulang,
Kecuali engkau
Memanggil kami,
Kami hanya pulang
Setelah batin bersih
Suci
Lepas noda
Pulang berarti
Walau hanya sekali
Jika perlu pulang sebagai laki laki
Nanti
Bukan pulang sebagai kanak
Yang kaku sikapnya
Berlepotan lumpur doa
Khilaf
Kami anak anak sulung
Yang dilupakan
Waktu
Biar kami
Mengaji
Di surau tersepi
Ditengah sawah sepi
Agar segala menjadi suci
Di penghubung ramadan ini
Semoga langit tergetar
Ambyar
Ambyor
Oleh doa kami
Anak anak sulung yang dilupakan
Biar kami pulang
Aku pulang
Bersujud
Di sajadah bumi
Yang menghampar
Di segala penjuru
Asah
Asihmu
Maaf aku tak pulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H