Apakah
Bisa membangkitkan
Orang mati
?
Pernah seorang murid
Dari dusun bertanya takut
Takut pada sang hyang resi pena jiwa
Yang telah menepi
Madep mandhito ratu
Menyingkir
Dari keramaian
Manusia angkara
Wadah lupa
Selama 200 tahun
Terakhir di bukit tiga rasa
Yang bila kau cari dengan aplikasi
Maps tak akan ketemu
Sang Resi
Terkesiap matanya
Terbeliak
Kaget
Mendengar
Pertanyaan lancang
Yang melampaui
Batas pikiran
Manusia aluamah
Dihembuskannya nafas panjang
Dieluslah jenggot putih
Panjang ikal
Di dagunya
Rambutnya
Yang panjang menjuntai
Terurai
Menyentuh tanah
Terus memanjang
Sampai menuruni
Tebing lembah,
Tak bisa kita lihat ujung rambutnya
Guru
Beri muridmu petunjuk
Apakah puisi
Bisa membangkitkan orang orang mati
Ditembak virus covid 19
?
Sekarang tak hanya satu murid
Bertanya
Ribuan murid
Yang bertapa di ujung
Pucuk
Gunung berapi
Yang berniat meletus
Bertanya serentak membahana
Para pertapa pena
Para pujangga yang terpanggil jiwanya
Bertapa
Minta petunjuk alam
Minta wahyu dari sang hyang maha tunggal
Pemilik obat terampuh
Pemilik virus pandemi
Agar menarik
Mundur
Pasukan
Penyebar
Sakit
Dan pencabut nyawa di seluruh
Bumi manusia
Sekarang manusia
Tak takut
Gunung berapi meletus
Nuklir
Dan senjata
Senajata pemusnah massal
Dari korea utara
Dari rusia
Amerika
Semua hanya takut
Virus kecil yang gila
Dari cina
Konon
Ketika semua pertapa
Pujangga
Sudah mulai putus asa
Benaknya menyerah
Mereka
Mengadu
Pada sang hyang guru
Yang mengajarkan
Penyair
Penyair
Paria
Pujangga lusuh
Kumuh
Mengeja puisi
Pengusir pandemi
Pendatang bahagia
Hari ini
Tak usah takut mati
Tak usah takut pandemi
Virus tak menyebar
Dari batuk udara
Tapi dari goyahnya
Batin sucimu
Sehingga hilang konsentrasi
Hilang inspirasi
Bukankah kita
Pujangga hijau nusantara
Sudah bersumpah tekad
Akan terus membuat puisi
Dari hati
Sampai akhir jaman pandemi
Sampai akhir jaman bumi
Sampai kita tinggal di dasar laut
Sampai kita
Semua
Pindah
Ke planet
Planet tak bernama
Suatu hari,
Asahlah
Pena bulu angsamu
Setajam mungkin
Lebih tajam
Dari ujung keris bertuah
Badik beracun
Rencong bermantera
Golok ciomas pemutus nafas
Asahlah
Agar kecepatan kelahiran puisi
Di bumi
Lebih cepat
Dari peluru pabrikan Pindad
Asahlah
Agar air terjun puisi kalian
Lebih jernih
Dan menyegarkan
Dari air terjun temurun
Anambas
Yang langsung jatuh ke. Laut lepas
Asahlah
Jangan kau takut
Jangan kau berhitung
Memang puisi
Tak bisa menghidupkan
Orang mati
Apalagi
Kena covid,
Tapi
Puisi
Puisi
Kita
Akan terus menghidupkan
Jiwa
Jiwa
Mati
Yang pengap
Mati kutu
Nir berontak
Dalam karantina covid 19
Puisi
Puisi
Kita akan menghidupkan
Milyaran jiwa mati
Yang didalamnya
Ada secuil jiwamu
Yang miskin nyali
Yang miskin inspirasi
Wahai murid murid puisiku
Se nusantara
Se semesta bumi
Angkat pena bulu angsamu
Tinggi
Tinggi
Tuliskan puisi
Pusi
Terus
Pusi
Terus
Puisi
Dari hati
Selama puisi
Masih lahir
Menyentuh
Persada sanubari
Pemilik bumi lautan cinta
Kita akan selamat
Jadi
Mulailah kembali
Tulis puisimu demi kemaslahatan semesta
Biar jiwa
Jiwa
Mati
Kembali hidup
Berdarah
Berdenyut
Dan teriak
Aku masih akan terus menulis Puisi
Lain tidak !
Wejang sang hyang maha resi pena jiwa mengakhiri taklimatnya
Sebelum angin keras menerpa
Dan petir menjemput raga
Wadaknya
Pelan menghilang
Menjadi ion
Atom
Mungil
Yang sekarang masuk
Ke pori
Pori
Otak
Jiwamu
Tanpa kau minta
Tanpa kau sadari
Nah,
Mari kita terus menulis puisi
Demi menyelamatkan banyak jiwa
Disekitarmu
Utamanya jiwamu
Ku
Lain tidak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H