Sekarang tak hanya satu murid
Bertanya
Ribuan murid
Yang bertapa di ujung
Pucuk
Gunung berapi
Yang berniat meletus
Bertanya serentak membahana
Para pertapa pena
Para pujangga yang terpanggil jiwanya
Bertapa
Minta petunjuk alam
Minta wahyu dari sang hyang maha tunggal
Pemilik obat terampuh
Pemilik virus pandemi
Agar menarik
Mundur
Pasukan
Penyebar
Sakit
Dan pencabut nyawa di seluruh
Bumi manusia
Sekarang manusia
Tak takut
Gunung berapi meletus
Nuklir
Dan senjata
Senajata pemusnah massal
Dari korea utara
Dari rusia
Amerika
Semua hanya takut
Virus kecil yang gila
Dari cina
Konon
Ketika semua pertapa
Pujangga
Sudah mulai putus asa
Benaknya menyerah
Mereka
Mengadu
Pada sang hyang guru
Yang mengajarkan
Penyair
Penyair
Paria
Pujangga lusuh
Kumuh
Mengeja puisi
Pengusir pandemi
Pendatang bahagia
Hari ini
Tak usah takut mati
Tak usah takut pandemi
Virus tak menyebar
Dari batuk udara
Tapi dari goyahnya
Batin sucimu
Sehingga hilang konsentrasi
Hilang inspirasi
Bukankah kita
Pujangga hijau nusantara
Sudah bersumpah tekad
Akan terus membuat puisi
Dari hati
Sampai akhir jaman pandemi
Sampai akhir jaman bumi
Sampai kita tinggal di dasar laut
Sampai kita
Semua
Pindah
Ke planet
Planet tak bernama
Suatu hari,
Asahlah
Pena bulu angsamu
Setajam mungkin
Lebih tajam
Dari ujung keris bertuah
Badik beracun
Rencong bermantera
Golok ciomas pemutus nafas
Asahlah
Agar kecepatan kelahiran puisi
Di bumi
Lebih cepat
Dari peluru pabrikan Pindad
Asahlah
Agar air terjun puisi kalian
Lebih jernih
Dan menyegarkan
Dari air terjun temurun
Anambas
Yang langsung jatuh ke. Laut lepas
Asahlah
Jangan kau takut
Jangan kau berhitung
Memang puisi
Tak bisa menghidupkan
Orang mati
Apalagi
Kena covid,