Simbok
Aku rindu
Membasuh
Kakimu
Dengan air embun
Pancuran bambu
Rumah bilik
Tepi sawah kita
Simbok
Aku perlu restumu
Untuk segala hal baik
Yang sedang kuperjuangkan
Hari hari ini
Merawat
Cucumu
Merawat
Hati
Sanubari
Agar lurus
Dan berjiwa
Di keriuhan ibukota
Tidak lah mudah
Gampang bikin
Asa
Putus
Remuk
Tekad
Berserpih
Jadi remah
Waktu
Simbok
Saat aku tidur semalam
Hujan rindu jatuh
Gemuruh menitik
Di genting atap rapuh
Nurani getas
Anakmu
Saat aku memejamkan mata
Aku mulai mencium
Aroma wangi
Khas tubuhmu
Ketika aku mulai gelisah
Kudengar lantunan
Tembang pengantar tidurmu
Serak suaramu
Membuatku
Pulas semakin dalam
Dalam
Diam
Ketika
Aku tidur
Jiwaku lepas
Terbangun
Menatap ragamu ibu
Kucium keningmu
Kuelus tanganmu
Mataku berlinang
Air matanya
Jatuh
Mengenai
Pipi keriputmu
Simbok terbangun
Tersenyum
Pulang to,
Kowe Le ?
sapa simbok dengan getaran suaraÂ
rindu tiga gunug
Berapi
Rindu perhatian
Anak anaknya
Di humi
Lalu waktu seperti berhenti
Kami bercakap tanpa
Henti
Soal sisik melik
Tali batin anak-ibu
Hidup
Berjauhan
Menjaga ruh cinta
Simbok
Rindu belum selesai
Tapi aku mengantuk
Aku tertidur
Saat memegang
Tanganmu
Hening,
Azan subuh memanggil
Aku tersentak
Terbangun
Di kasur
Pembaringanku
Sendiri
Kembali
Jauh dari Simbok
Syukurlah
Kami bertemu
Dengan cara tak logis
Dan bisa dinalar
Tapi menyirami
Menyejukkan
Kerontang hati
Rindu
Kami
Ijinkan
Aku berjanji
Simbok
Mulai hari ini
Aku akan hidup
Dan berjiwa
Sebagaimana tuntunan
Yang kau ajarkan
Padaku
Sejak tangisan pertamaku
Sejak belajar makan minum
Sejak belajar menyanyi
Sejak belajar berdiri
Diatas kaki sendiri
Simbok
Semoga panjang umurmu
Terima kasih
Untuk mudik semalam
Yang amat berarti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H