"Tergantung..", kata Nina ramah sambil.mengangsurkan belanjaan.
"Tergantung pandemi kapan berakhir ya?!", jawab Bujang tak pernah beruntung ini.
"Hi hi, tergantung usaha mas-nya..", pancing si Mbak pelayan sambil menyisihkan roti untuknya di rak tersembunyi.
"Saya nggak punya usaha apa apa Mbak Nina", tukasnya Pilon.
"Terima kasih ya , Mas, maaf silakan berikutnya",atur Nina tegas. Pelanggan berikut membawa sekeranjang belanjaan repot. Papilon menyingkir berjalan keluar, sambil saling mengerdikkan alis mata dua kali.dan tersenyum di dalam masker.
Papilon mengeluh, ia kehilangan kesempatan emas untuk berkenalan lebih lanjut dengan pelayan cantik yang menarik hatinya itu. Sayangnya, mereka tak saling bertukar kontak HP. Kebetulan, esoknya Nina dipromosikan, dimutasi ke ibukota.Â
Papilon hanya bisa mengerdikkan alis matanya pedih. Gara gara pakai masker, calon jodoh.lewat lagi, keluhnya pada penguasa jagad, pada barusan malaikat jodoh mati matian nyomblangin dia. Gagal.lagi. sang malikat cantik bermasker, hanya mengerdikkan alis matanya nanar.hmm, susah jadi  malaikat kalau ketemu bujang pilon macam papilon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H