Bunga bunga di hati lina pun tumbuh bermekaran kelopak indahnya. Semua sepertinya akan mekar tepat musim. Udaranya cukup pas, panas matahari cukup dan hujan jatuh tidak terlalu banyak, tidak terlalu sedikit.
Ali dengan gagah berani menepis semua kabar burung tidak baik soal status Lina sebenarnya.
"Sudahlah, Bang Ali tinggalkan saja aku. Daripada malu engkau nanti, ternyata istrimu ini nanti ternyata anak kandung seorang pelacur hina dina !", pungkas Lina memupus rasa pun asa cintanya pada kekasih yang begitu setia dan berlaku sudah layaknya abang sendiri. Â Ali penuh semangat dan menjelaskan betapa berartinya Lina buat hidupnya.
"Dik Lina, kalau Tuhan ambil nyawamu hari ini dan hanya bisa diganti dengan nyawaku. Aku rela menggantikannya, karena aku cinta dan tulus ingin kamu bahagia", rayu Ali hati hati sambil menggenggam tangan kekasih hatinya lembut penuh kehangatan.
Lina bahagia diperlakukan demikian,  kali ini ia memiliki firasat yang tidak baik. Sepertinya cinta suci mereka akan membentur tembok, dalam terpaan hujan yang deras. Mereka kuldesak, terpojok di jalan buntu. Meski begitu, gadis bermata kejora ini masih menyabarkan dirinya, dan berdoa kepada Tuhan, agar cinta  mereka diberkati sang penguasa jagad agar sampai ke mahligai pelaminan.
Kemudian firasat itu makin tajam, bunga wijaya kusuma, mawar dan melati yang biasanya mekar berbunga, kali ini, perlahanl layu, tidak berbunga. Pelan pelan mati.
Lina seperti tersengat ratusan lebah saja. Dalam perasaannya, perhatian, perawatan pada bunga bunga di taman mungil kesayangannya tidak berubah. Tetap rutin menyiram dan terjaga, tak masuk akal, gerangan apa penyebabnya ?
Lina sudah tak sempat berfikir lagi, Bang Ali cinta pertamanya, lebih dari 10 tahun perhatian hidupnya ia curahkan. Pelan pelan mengurangi jadual kunjungannya, juga jarang berkomunikasi panjang panjang
Seperti sengaja menghilang, sepertinya, ia tak mampu meyakinkan keluarga besarnya untuk meminang anak gadis Pak Marjiyo, yang meski pun ayu dan muluk, mungkin keturunan pelacur!
Sampai di titik ini, Sepi menyungkup batin kosong gadis berambut panjang, bermata kejora.keceriaan, senyum pupus dihilangkan dari wajahnya. Bang Ali menghilang pudar sudah rasa berisi di dada. Sekarang kosong dan mati.
Tuhan, kalaupun aku bukan anak kandung Bapak Warjiyo yang terhormat, apakah aku tak boleh memetik cinta suci sejati, apakah aku anak pungut yang hanya engkau perkenankan memunguti remah remah cinta jalanan, sebagaimana kutukan buruk itu berlaku untuk ibuku...