Aku mengenang sajak pada buku birumu
Tentang khusyuk peradaban penuh rindu
Sebagaimana karib yang menekuk hatiku
Hingga menusuk kalbu
Takzimku padamu
Kau mengenang puisiku penuh rindu
Mengalir irama angin syahdu hingga keperaduan, katamu
Meski ia tak menentu
Untaian lelah berjibaku
Takzimmu padaku
Duhai, sesekali mungkin rindu kita apatis
Sedemikian kita racik hingga kalis
Tak mungkin kikis
Meski pernah bengis
Izinkan aku berulang membaca sajakmu
Hingga letih berjibaku
Hingga tak sanggup puisi mengusikmu
Sebab pada karib doaku satu
Kita adalah setiap karya yang penuh rindu
Rumah Azka, 13 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H