Mohon tunggu...
azkanurulkamilah
azkanurulkamilah Mohon Tunggu... Creative Writer -

I have a passion in the field of writing.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pernah Dengar Kisah "Layla & Majnun"? Yuk Cari Tahu Ragam Sastra Khas Arab!

18 Juli 2018   16:53 Diperbarui: 18 Juli 2018   16:56 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa kekhalifahan Islam sedang berjaya, sastra sangat mendapatkan perhatian yang besar dari para penguasa muslim, sehingga pada masa itu bermunculan sastrawan Islam yang terkemuka dan berpengaruh. Di era kekhalifahan Ali RA, sudah lahir kitab yang membahas tentang tata bahasa Arab (grammar) yang disusun oleh Abu Al-Aswad Al-Du'ali. Saat itu, Ali RA memberi perintah kepada Abu Du'ali untuk menyusun tata bahasa Arab karena banyak yang melakukan kesalahan saat membaca Al-quran.

Tata bahasa Arab tersebut kemudian disempurnakan oleh Khalil bin Ahmad yang menuliskitab Al-Ayn, kamus pertama dalam bahasa Arab. Sarjana Muslim bernama Sibawaih turut menulis tata bahasa Arab yang sangat populer berjudul Al-Kitab.

Dilansir dari buku berjudul Khazanah: Menelisik Warisan Peradaban Islam dari Apotek hingga Komputer Analog karya Heri Ruslan, sejak kekuasaan Dinasti Umayyah (661-750 M) masyarakat muslim sudah gemar  membaca puisi diiringi musik, meskipun puisinya masih sederhana tapi saat itu puisi dan musik seakan menjadi dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan, sehingga memunculkan tradisi 'ghazal' yang diilustrasikan dalam kitab al - Aghani atau Book of Songs yang terkenal.

Bentuk sastra Arab yang paling awal dikenal adalah puisi-puisi heroik dari suku-suku bangsawan Arab pra-Islam. Kemudian lahirlah 'Qasidah' yaitu puisi panjang yang sering menceritakan kejadian-kejadian dari kehidupan pribadi sang penyair atau dari sukunya yang digambarkan secara dramatis dan dengan citarasa epik yang khas.

Pada abad ke-8 M, masa kekuasaan Daulah Abbasiyah di Baghdad, selain puisi ada prosa Arab yang sama-sama menduduki posisi terhormat, memicu lahirnya puisi dengan genre sekuler dan keagamaan yang tumbuh beriringan. Sastrawan muslim yang menciptakan prosa-prosa jenius pada masa ini adalah Umar bin Bahs Al-Jahiz (776-869). Karya terpopulernya yaitu Kitab al-Hayawan (buku tentang binatang), antologi anekdot-anekdot binatang dan menyajikan kisah fiksi maupun non fiksi. Karya lainnya yaitu Kitab al-Bukhala (Book of Misers) yang menyajikan tentang psikologi manusia dikemas dengan jenaka dan mencerahkan.

Sebelum abad ke-20 M sastra Arab didominasi oleh puisi dan bentuk prosa. Tema puisi beragam berkisar tentang puji-pujian hingga 'menyerang' orang lain, tema keagamaan, mistik, bahkan mengupas tentang seks dan anggur.

Sejak mencapai kegemilangan di era keemasan Islam hingga sekarang, sastra Arab mengalami perkembangan yang pesat, melahirkan beragam bentuk sastra khas Arab.

Bentuk sastra Arab yang sudah ada sejak dahulu adalah 'biografi' yang diawali dengan lahirnya biografi Nabi Muhammad SAW. Karya sastra lainnya yang berhubungan dengan biografi ditulis oleh Al-Balahudri berjudul Ansab Al-Ashraf atau buku geologi orang-orang terhormat. Kitab Al-I'tibar ditulis oleh Al-Safadi mengisahkan tentang Usamah bin Munqidh dan pengalamannya saat bertempur dalam Perang Salib.

Selain biografi, 'buku harian' atau catatan harian juga termasuk ke dalam bentuk sastra khas Arab. Karya sastra dalam bentuk ini pertama kali ditulis sebelum abad ke-10 M. Penulis diari yang paling terkemuka adalah Ibnu Bannda, ia menulis buku harian di abad ke-11 M yang tulisannya disusun mirip dengan catatan modern.

Pernah membaca novel berjudul Seribu Satu Malam? Novel tersebut termasuk dalam karya sastra fiksi paling populer di Arabdan memiliki pengaruh yang besar terhadap budaya Arab maupun non Arab. Kisah yang sangat populer ini ditempatkan dalam genre sastra epik Arab.

Dilansir halaman pookpress.co.uk, Arabian Nights atau lebih dikenal dengan Seribu Satu Malam adalah suatu kumpulan cerita dan dongeng Timur Tengah dan Asia Selatan yang disusun dalam bahasa Arab selama zaman keemasan Islam yang berlangsung dari abad ke delapan hingga abad ke-13, saat itu dunia Arab tengah mengalami perkembangan ilmiah, ekonomi, dan budaya - Seribu Satu Malam melambangkan hasil sastra yang kaya dan beraneka ragam.

secretsafebooks.com
secretsafebooks.com
Novel Seribu Satu Malam  dengan judul The Arabian Nights berasal dari bahasa Inggris (1706), karya tersebut dikumpulkan selama berabad-abad oleh berbagai penulis, penerjemah, dan sarjana di seluruh Barat, Tengah, Asia Selatan dan Afrika Utara. Kisah-kisahnya banyak dan beragam, tapi keseluruhan cerita didominasi oleh kisah dari Shaharar seorang penguasa dan istrinya Scheherazad.

Bagi pecinta sastra klasik pasti sering mendengar karya berjudul Layla Majnun. Karya tersebut merupakan salah satu syair romantis yang paling terkenal di Arab. Puisi ini adalah kenangan pada era kekhalifahan Abbasiyah di abad ke 7 M. Kisah yang ada dalam puisi ini digadang-gadang telah menginspirasi lahirnya kisah cinta yang tragis yaitu Romeo dan Juliet.

ebooks.gramedia.com
ebooks.gramedia.com
Dilansir halaman worldstories.org.uk, Layla Majnum menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Qays ibn al-Mulawwah yang jatuh cinta pada Layla Al-Aamiriya. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama saat pertama kali bertemu di maktab (sekolah tradisional). Kemudian ia menulis puisi cinta yang indah tentang Layla dan ia akan membacakannya dengan keras di sudut-sudut jalan kepada siapa pun yang mau mendengarkan. 

Peragaan cinta dan pengabdian yang sedemikian bergairah menyebabkan banyak orang menyebut anak lelaki itu sebagai Majnun, yang berarti orang gila.

Bentuk sastra khas arab lainnya adalah humor atau anekdot yang ternyata sudah lahir dan berkembang sejak dahulu melalui karya sastra yang disebut maqama, sebuah anekdot yang dapat menghibur. Pada pertengahan abad ke-10 M, anekdot diceritakan oleh seorang pengembara yang menjalani kehidupannya dengan kecerdasan. Maqama ditemukan oleh Badi' Al-Zaman Al-Hamadhani (wafat tahun 1008). Ia berhasil menciptakan empat ratus maqama dan sekarang hanya tinggal 42 maqama yang masih tersisa dan bertahan.

Sungguh menakjubkan ya .. Peradaban Islam berjaya karena budaya literasi yang diwariskan dari masa ke masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun