Usai menyelesaikan observasi, kami memilih taksi online untuk kembali ke titik kumpul di Pantai Kuta. Setelah semua peserta berkumpul, perjalanan berlanjut. Makan siang kali ini kami nikmati di bus sambil menuju destinasi kedua: Pantai Melasti. Pemandangan Tol Bali Mandara menjadi sajian indah sepanjang perjalanan, membuat kami tak henti-hentinya mengagumi pulau ini.
Namun, tiba di Pantai Melasti siang hari membawa tantangan tersendiri. Terik matahari membuat sebagian dari kami berlindung di minimarket atau menikmati suasana Beach Club. Meski kenangan di pantai itu tidak begitu banyak, perjalanan kami tetap terasa istimewa.
Sore harinya, kami tiba di Garuda Wisnu Kencana (GWK). Cuaca bersahabat, angin yang lembut menemani langkah kami menyusuri kompleks ini. Puncak kunjungan kami adalah Tari Kecak GWK, sebuah pertunjukan memukau yang mengemas budaya lokal dengan apik, meninggalkan kesan mendalam di hati kami.
Hari pun beranjak malam. Perjalanan kembali ke hotel diiringi rasa puas setelah seharian menjelajahi Bali. Setibanya di hotel, ritual malam dimulai: membersihkan diri, makan malam, dan merebahkan badan yang lelah. Perjalanan ini, penuh cerita dan pelajaran, telah memperkaya pengalaman kami tentang keindahan Pulau Dewata.
BALI HARI KETIGA
Hari ketiga di Bali dimulai dengan suasana yang bercampur aduk. Di satu sisi, tubuh ini masih ingin merasakan hangatnya kasur hotel, tetapi di sisi lain, kepastian bahwa petualangan kami di Pulau Dewata akan segera berakhir membuat hati sedikit berat. Pagi itu, setelah sarapan bersama di restoran hotel, kami bersiap-siap untuk check-out. Koper-koper ditarik keluar kamar, sementara tawa dan obrolan ringan mengisi suasana lobi sebelum keberangkatan.
Bus kami melaju perlahan meninggalkan hotel, menuju perhentian pertama hari itu: toko oleh-oleh De Kranjang. Begitu tiba, suasana meriah langsung terasa. Di dalam toko, berbagai produk lokal khas Bali, mulai dari makanan ringan seperti pie susu hingga kerajinan tangan seperti kain tenun dan patung kecil, tertata rapi. Aku dan teman-temanku sibuk memilih oleh-oleh untuk keluarga dan teman di rumah. Tak lupa, aroma kopi Bali yang khas menggoda kami untuk mampir ke sudut khusus, mencicipi beberapa varian yang ditawarkan.
Setelah belanja selesai, perjalanan dilanjutkan ke sebuah restoran Padang untuk makan siang. Restoran ini sederhana, tetapi menyajikan makanan dengan cita rasa yang menggugah selera. Setelah beberapa hari menikmati masakan Bali, sepiring rendang, ayam pop, dan gulai terasa seperti sapaan akrab yang hangat. Makan siang itu penuh cerita dan tawa, membuat waktu berlalu tanpa terasa.
Selanjutnya, bus membawa kami ke tempat ikonik lainnya: Joger. Tempat ini terkenal dengan kaus-kaus berdesain unik yang dihiasi kata-kata lucu dan menggelitik. Begitu masuk, kami langsung terpikat oleh suasananya. Sebagian besar dari kami langsung berburu kaus atau suvenir lain sebagai kenang-kenangan. Sementara itu, beberapa di antara kami sibuk mengambil foto di sudut-sudut menarik yang ada di toko ini.
Setelah urusan belanja selesai, bus kami melanjutkan perjalanan panjang menuju Pelabuhan Gilimanuk. Di perjalanan, kami menikmati pemandangan Bali yang perlahan memudar di balik jendela, dengan sawah hijau dan pepohonan tropis yang bergoyang diterpa angin. Saat senja mulai turun, bus tiba di Gilimanuk, di mana kapal feri telah menunggu untuk membawa kami menyeberang ke Pulau Jawa.