Desa Batuan, yang terletak di Gianyar, menyambut kami dengan hangat. Pemimpin desa wisata yang kebetulan merupakan alumni Universitas Gadjah Mada menyapa kami ramah. Kami diarahkan ke balai desa untuk makan siang yang disiapkan oleh para perempuan lokal. Hidangan yang disajikan penuh cita rasa khas Bali, menjadi bukti nyata pemberdayaan masyarakat setempat.
Aktivitas di Desa Batuan sangat beragam. Kami mengikuti workshop tari bersama sanggar legendaris Kaki Bebek. Setiap gerakan tari yang diajarkan begitu sarat makna, memberi kami gambaran mendalam tentang budaya Bali. Setelah itu, kami mengunjungi Pura, tempat peribadatan yang kaya nilai spiritual dan artistik.
Menjelang senja, kami meninggalkan Desa Batuan dan menuju hotel. Kelelahan selama dua hari terakhir terasa sirna ketika kasur empuk menyambut punggung kami yang rindu istirahat.
Malam harinya, setelah pulih dari kelelahan, aku dan teman-temanku memutuskan untuk menjelajahi suasana malam di Legian. Perjalanan sejauh 18 kilometer dengan taksi online membawa kami ke Tugu Bom Bali, sebuah tempat memorial yang mengingatkan akan sejarah kelam, namun kini menjadi ikon perdamaian. Kami berjalan di sepanjang jalan Legian, menikmati atmosfer malam yang dipenuhi bar dan lampu-lampu temaram. Meski tidak memasuki tempat-tempat hiburan karena mempertimbangkan prinsip agama, kami tetap mendapatkan banyak wawasan tentang wisata malam di Bali.
Ketika malam berganti hari, kami kembali ke hotel dengan penuh semangat untuk melanjutkan petualangan berikutnya di Pulau Dewata. Malam itu terasa berkesan, menambah cerita baru dalam perjalanan kami di Bali.
BALI HARI KEDUA
Pagi itu mentari menyapa dengan ceria, tetapi sinarnya gagal menyelinap ke kamarku yang tak berjendela. Sayangnya, aku harus berjuang melawan rasa panik karena lupa memasang alarm, membuat pagi itu dimulai dengan kekacauan kecil. Meski begitu, aku berhasil menyiapkan semua keperluan untuk mengarungi Pulau Dewata di hari kedua perjalanan ini.
Sarapan hangat menjadi penyelamat energiku sebelum melangkah ke dalam bus yang akan membawa kami menjelajahi keindahan Bali. Destinasi pertama: Pantai Kuta. Sepanjang perjalanan, Mbok Linda, pemandu lokal yang humoris, menghidupkan suasana dengan cerita-cerita menarik tentang Bali dan tempat-tempat yang kami lewati. Di depan Toko Oleh-Oleh Krisna, bus besar kami berhenti. Bukan untuk berbelanja, tetapi untuk berganti kendaraan ke Pajero, yang lebih lincah menyusuri gang-gang sempit menuju Pantai Kuta.
Perjalanan dengan Pajero menghadirkan sensasi baru. Gang-gang kecil yang kami lalui memamerkan perbedaan tata wilayah Bali dibandingkan Jogja. Sesampainya di Pantai Kuta, udara pantai langsung menyapa kami. Aku bergabung dengan kelompokku untuk memulai agenda utama: observasi pariwisata perkotaan. Kami memutuskan menjelajahi jalan Legian hingga Tourism Information Center (TIC) KEMENPAREKRAF. Meski harus berjalan sejauh 4 kilometer, lelah kami terbayar oleh informasi yang bermanfaat dan hadiah goodie bag berisi buku pariwisata dari berbagai provinsi.