"Baiklah." Lysander mencoba menyembunyikan keringat dinginnya dan menghadap mata Circe dengan tegas.
"Saya hanya ingin tahu tujuan anda melakukan diskusi ini. Apakah ini untuk: menyelamatkan harta benda anda, menyelamatkan perpustakaan legendaris anda, atau atas rasa khawatir untuk rakyat anda?" Sorot mata Circe semakin tajam, memojokkan Lysander dengan pertanyaannya.
Jika pangeran menjawab "untuk menyelamatkan harta benda", maka ia akan terkesan sebagai orang yang materialis dan gila harta. Jika ia menjawab "untuk menyelamatkan perpustakaan" maka dia terkesan sebagai orang yang mengejar nikmat dunia, yakni kecerdasan. Dan dia juga terkesan sebagai orang yang tamak, karena ingin menyelamatkan perpustakaan tersebut untuk dirinya sendiri. Pernyataan terakhir - "untuk menyelamatkan rakyat" - membuatnya terkesan sebagai pemimpin yang baik hati dan mengutamakan rakyatnya. Tetapi- iya dugaannya benar. Ini adalah pertanyaan jebakan.Â
Apakah benar Lysander adalah pemimpin yang selalu mengutamakan rakyatnya?
Apakah benar Lysander lebih mengutamakan rakyatnya dibanding harta bendanya?
Apakah benar Lysander lebih mengutamakan rakyatnya dibanding perpustakaan legendaris hingga tiada nomina harta yang setimpal?
Apakah benar Lysander mampu seikhlas itu?
Dengan sorot mata Circe yang semakin tajam, lirikan dari Nathaniel yang penasaran dengan jawaban sang kakak, pressure untuk Lysander menjawab mulai menumpuk. Mau tidak mau, dia harus menjawab. Apapun itu. Ah- tidak. Dia harus berhati-hati jika ia tidak mau celaka. Ia harus menggunakan kecerdasannya untuk mengetahui niat asli dibalik pertanyaan Circe. Dan tentunya, tidak terjebak pertanyaan "simpel" tersebut.
"Kak, jawab pertanyaannya. Apa tujuan kakak?" Tanya Nathaniel yang sudah kesal menunggu.
"Tujuanku adalah...."
-To Be Continued-