Mohon tunggu...
Azka NaaziraWardhana
Azka NaaziraWardhana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

Hobi: menulis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Leopard and The Bird

15 September 2023   21:25 Diperbarui: 15 September 2023   21:49 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku capeek...." rengeknya sembari merobek-robek kain terdekatnya. 

"Aku benci diminta ini-itu! Aku benciii!! Aku ingin keluar dari penjara ini! Aku ingin lepas dari karir ini! Selamanya? Selamanya! Bagaimana jika aku mati saja? Ah jangan, gelap di bawah sana. Bagaimana jika aku menghilang? Ah iya, aku akan melakukan itu. Aku akan bersembunyi dan tidak ada yang bisa menemukanku. Ahhh, betapa enaknya hidup seperti itu. Terlepas dari pusingnya masalah dunia. Terlepas dari permintaan bos yang diluar kemampuanku. Terlepas dari kewajiban dan ekspektasi. Ahh, kehidupan seperti itu pasti terasa seperti surga."

Aku terdiam mendengar ocehan gila gadis itu. Sepertinya ia sedang stress berat. Padahal aku hanya menyentaknya sekali dengan kalimat perintah yang simpel. Tutup mulutnya dan serahkan nyawanya. Tapi dia malah panik, stress dan melempar bantal dan barang-barang di kamarnya dengan penuh kesal dan amarah. Aku tidak tahu kehidupan seorang artis bisa sekacau ini. Aku harus mengendalikannya sebelum ada yang curiga.

"DIAM KAU ORANG GILA!" Perintahku sembari melempar bantal ke kepalanya. "TENANGKAN DIRIMU!"

Gadis itu menarik nafas panjang sebelum memegang erat lengan tanganku. "Aku mohon, bawa aku keluar dari sini. Apapun selain mati dan melanjutkan sisa hidupku di neraka ini. Jadikan aku budakmu, jadikan aku apapun yang kau mau. Apapun itu. Aku sudah muak disini. Aku sudah muak dengan hal bernama "seni" itu. Larikan aku dari sini. Tolong, kumohon."

Aku melihat matanya berlinang air mata dan kepalan tangannya yang masih bergetar. Di tengah kekacauan yang telah diperbuat, ia merobek sebagian kain gaun tidurnya, menunjukkan bekas kekerasan yang ia alami. Aku tahu bekas-bekas peperangan itu. Ini bukanlah perang yang gampang untuk dimenangkan. Lebih mudah menyerah di tengah jalan dan pasrah, tetapi memperjuangkan harga diri itu tetaplah sesuatu yang harus dilakukan. Tanpa berpikir panjang, aku menarik tangan gadis itu ke arah jendela.

"Aku akan mengantarkanmu ke rumah saudaraku. kau bisa menginap disana sebentar. Jangan harap aku akan berkunjung dengan niat persahabatan. Aku hanya menuruti ini karena respect ku dengan perjuanganmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun