Judul Buku : Manuskrip Celestine
Judul Asli : The Celestine Propechy
Penulis : James Redfield
Alih Bahasa : Alfons Taryadi
Cetakan : Kesembilan, Juli 2014
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 432 hlm; 11 x 18 cm
Peresensi : Aziz Nurson
Sebuah novel yang luar biasa dari James Redfield. Berkisah tentang manuskrip berusia sekitar 600 tahun yang ditemukan di pedalaman Peru. Manuskrip itu berisikan tentang pengetahuan rahasia untuk mewujudkan transformasi diri. Sejauh ini ditemukan manuskrip sebanyak delapan wawasan. Masing-masing wawasan berisikan pemahaman tentang alam dan peningkatan spiritual seseorang.
Berbagai orang datang ke Peru untuk mencari dan mengetahui wawasan tersebut. Salah satu yang datang adalah—dalam novel ini Redfield menyebutnya sebagai—aku. Seorang teman lama—atau bahkan mungkin mantan kekasihnya—bernama Charlene datang dan menceritakan tentang apa yang telah ditemukan di Peru. Charlene sangat tahu bahwa aku sangat menyukai hal itu.
Akhirnya aku pergi ke Peru untuk mengetahui tentang manuskrip itu. Secara kebetulan aku bertemu dengan seorang sejarawan bernama Dubson yang bertujuan sama. Tapi sebuah insiden terjadi di hotel Dubson yang mengharuskan keduanya melarikan diri dan berpisah.
Telah diketahui bahwa pemerintah setempat menentang adanya manuskrip tersebut. Begitupun dengan Kardinal Sebastian yang berupaya untuk memusnahkannya. Ia menganggap manuskrip itu menggerus keimanan umat, menggerus otoritas greja dan hukum. Siapapun yang berkaitan dengan manuskrip harus diwaspadai bahkan ditangkap.
Kandungan Manuskrip
Untunglah aku diselamatkan oleh Wil. Bersama dengan Wil, aku bertemu dengan berbagia banyak orang yang memercayai manuskrip. Dari orang-orang tersebut aku memperoleh wawasan dari pertama hingga kedepalan. Bukan sekedar manuskrip mati, tapi secara praktis dapat diperoleh. Selanjutnya diketahui bahwa bukan hanya delapan manuskrip, tapi sembilan. Wil berupaya untuk mendapatkannya. Ia menuju ke Celestine, dimana peradaban kuno suku Maya dan Inca berada.
Manuskrip pertama tentang kebetulan-kebetulan yang seringkali kita alami. Kebetulan-kebetulan inilah yang menuntun kita pada kehidupan selanjutnya. Wawasan keduamenunjukkan bahwa seluruh kebudayaan juga merasakan suatu misteri ini dan kita tengah membangun pandangan dunia baru, wawasan ketigadan keempat memberikan kesadaran bahwa dunia ini penuh dengan energi yang sangat raksasa. Berbagai konflik terjadi karena orang kurang dan merasa perlu untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Sayangnya hal itu diperoleh dengan cara berebut, maka terjadilah konflik.
Wawasan kelima menunjukkan cara kita memberoleh energi dari sumber lain, bukan saling merebut dari manusia. Keenamadalah tentang menjernihkan drama-drama pengendalian yang kita lakukan. Wawasan ini membantu kita untuk menjadi jernih menemukan jati diri, kemudian menggerakan penemuan ini sesuau dengan wawasan ketujuh.Pertanyaan, jawaban, dan intuisi perlu dalam penggerakan jati diri.
Pada manuskrip awal kita mengetahui bahwa ada keterkaitan manusia dengan semesta. Antara micro cosmosdan macro cosmos.Masing-masing dari cosmositu memiliki energi. Kita harus mengetahui dimana posisi manusia diantara semesta. Selanjutnya kita dituntun untuk mengetahui jati diri ebagai manusia. Kemudian pada masuskrip kedelapan memandu kita bagaiman etika antarpibadi. Bagaimana menjaga pemenuhan energi dengan memberikan energi cinta pada orang lain.
Masukrip kesembilanmasih menjadi misteri. Wil dan orang-orang yang terlibat masih mencarinya. Sementara itu mereka berpacu dengan kardinal Sebastian. Pasukannya telah menganhanguskan kedelapan masuskrip. Itu artinya siapa saja yang telah mengetahui harus mengingat isi manuskrip dan menularkannya pada orang lain.
Peter Sanches tidak berhasil meyakinkan Sebastian bahwa manuskrip tidak bertentangan dengan agama, tetapi justru membantu. Akan tetapi hal itu dapat memperlambat pemusnahan masnuskrip kesembilandan memungkinkan Wil dan Julia mencurinya. Isinya tetang terciptanya kebudayaan baru dimana terjadinya kedamaian, kesentausaan dan hidup rukun bersama.
Persekongkolan/Konspirasi
Penulis resensi ini tidak tahu apakah kandungan dalam novel bisa disamakan gagasannya dengan “new world order”yang digagas oleh freemason/illuminati.Di manuskrip kesembilansendiri disinggung adanya kerelaan manusia untuk mengurangi populasinya. Sama bukan kalau kita menggunakan teori konspirasi? Genosida adalah wacana yang sangat “evil” dilakukan untuk mengurangi jumlah manusia. Tapi itu tidak dijelaskan dalam manuskrip, yang disebutkan hanya “kerelaan manusia mengurangi jumlahnya” dalam kebudayaan baru itu.
Di akhir cerita Wil dan yang lain termasuk aku tertangkap. Tetai ada wawasan kesepuluh yang disebutkan dalam manuskrip kesembilan dan hanya aku yang dapat mencarinya. Aku dianggap sebagai korban persekongkolan (:konspirasi). Aku dianggap sebagai korban cuci otak dan dibiarkan meninggalkan Peru.
Kita tahu dari novel ini tentang ketakutan gereja kehilangan otoritasnya. Ketakukan gereja tentang kemungkinan yang terjadi bila manusia menemukan Tuhan dirinya. Menemukan tuhan secara pribadi. Kesalahan yang dilakukan adalah menunjuk seseorang untuk menenjuk pemimpin untuk menafsirkan kehendak Tuhan pada manusia. Apakah pemimpin itu mendekatkan atau malah menjauhkan manusia dari Tuhan?
The Celestine Prophecymenghanyutkan kita dalam samudra kosmiknya. Pemilihan sudut padang pertama—aku—bukan tanpa alasan. Sudut pandang ini mengajak kita menyelami diri kita sendiri dan menyerap energi manuskrip.
Sayang di novel ini ttidak menyebutkan bagaimana manuskrip- manuskrip ini ditemukan. Novel ini tidak sedetail itu. Yang disebutkan hanya manuskrip itu ditemukan lalu diterjemahkan. Tapi itupun berguna untuk membuat kita terfokus pada kandungan manuskrip. Atau mungkin dalam novel selanjutnya akan lebih detail, karena manuskrip kesepuluh belum dicari dan diketemukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H