Kita sampai dibelakang sekolah, cukup sepi tapi tidak mengerikan seperti toilet yang sering aku datangi. Aku melepaskan cengkraman nya dengan keras, dan langsung meninju perutnya.
"Brengsek" dia mendesis setelah pukulan yang ku layangkan, dia mengusap perutnya.
"Kenapa lo bawa gue kesini? Sekarang udah waktunya belajar"Â
"Teriak" dia berkata dengan tenang. Aku menatapnya geram tidak mengerti.
"Lo gila ini di sekolah semua orang bakal denger. Dasar brengsek, jangan ganggu gue lagi!" Aku meninggalkan dia dan langsung menuju kelas.
****
Ini pukul 11 malam dan aku belum ada tanda tanda akan tidur. Ya, ini adalah keseharian ku, aku hanya dapat tidur 1-2 jam dalam sehari. Aku duduk dimeja belajarku, menatap keluar jendela. Hening hanya kurasa, semuanya sepi tak ada siapapun di rumah ini, aku selalu tinggal sendiri dengan rumah besar ini. Ayah sangat sibuk dengan pekerjaannya, bahkan sekarang dia ada di luar negeri tak peduli anaknya kesepian atau tidak. Dan ibu, aku tidak bisa berkata apa-apa hanya sedikit kenangan yang kuingat.
"Hah... bajingan banget, benci banget gue sama semuanya" aku menghela nafas panjang. "Emang kaya gini ya hidup anak 17 tahun? Gue liat anak anak lain gak kaya gue"
Aku berjalan menuju kasur dan meminum obat tidur, aku langsung berbaring. Aku berharap bisa tidur lebih lama kali ini. Aku mulai menutup mataku dan tidur. Aku muak dengan obat obat ini, setiap ingin tidur aku harus meminumnya agar tidurku nyenyak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H