Muhamad Fadhil Kusuma, Azizatul Islamiyah, Nurul Syofiyatun, Fahmi Medias (TIM PKM-PSH 2019)
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang
Model Investasi Islam | dokpri
Keberadaan wakaf saat ini menjadi sangat strategis di tengah banyaknya problem sosial masyarakat Indonesia. Disamping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial) dan kesejahteraan umat (Mutalib and Maamor, 2016). Akan tetapi, istilah wakaf belum begitu familiar di tengah masyarakat Indonesia, ini bisa dilihat dari pemahaman masyarakat Indonesia yang memandang wakaf hanya sebatas pada benda yang sifatnya konsumtif semata seperti masjid, musholla, maupun kuburan (Chowdury, 2011).
Pengelolaan wakaf secara produktif untuk kesejahteraan masyarakat menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari lagi. Apalagi di saat ini negri Indonesia mengalami krisis ekonomi yang memerlukan partisipasi banyak pihak (Amuda, 2013). Pengelolaan wakaf dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat seperti organisasi masyarakat (Nahdlatul 'Ulama dan Muhammadiyah), lembaga pemerintah, lembaga swasta, maupun perorangan.
Khusus Muhammadiyah, pengelolaan wakaf sudah dimulai sejak tahun 1972 ketika ditunjuknya Muhammadiyah sebagai nazhir wakaf (Yuristiadhi, 2013; Solihah, Mulyadi and Nur, 2017). Pengelolaan wakaf Muhammadiyah dilakukan oleh Majelis Wakaf dan Kehartabendaan baik dari tingkat pusat, wilayah, daerah, cabang, maupun ranting yang bertanggung jawab dalam mengatur dan mengelola hal-hal yang terkait dengan wakaf secara khusus.
Muhammadiyah, sebagai organisasi sosial keagamaan yang didirikan pada 1912 oleh Ahmad Dahlan dan sebagai salah satu nadzir wakaf di Indonesia di dasarkan pada pasal 7 ayat (3) UU No.41 tahun 2004 tentang wakaf, mengelola wakaf dalam berbagai aset yang telah di salurkan oleh para waqif. Dalam rangka mengurus harta benda wakaf tersebut, dibentuk suatu majelis yang menangani urusan perwakafan dan aset yakni majelis wakaf dan kehartabendaan baik di tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, maupun Cabang.
Lahan yang telah diterima melalui para wakif kemudian dapat dikelola menggunakan model wakaf investasi baik dalam bentuk pengembangan pertanian, maupun dalam bentuk bisnis komersil. Model ini menggabungkan kategori tanah wakaf Muhammadiyah dengan model investasi yang tepat dalam Islam baik melalui produk pertanian dengan menggunakan akad Ijarah Muntahiya bit Tamleek, Muzara'ah, maupun Musawaat. Sedangkan pengembangan lahan wakaf dalam bentuk komersil menggunakan akad Murabahah, Muzara'ah, Musyarakah Mutanaqisah, dan Istishna'.
Berikut dapat dilihat hasil pemberdayaan lahan wakaf yang ada dengan menggunakan model investasi Islam.
No.
Model Lahan Wakaf
Jumlah Lahan
Presentase (%)
1.
Sekolah
160
52%
2.
Panti
23
8%
3.
Kesehatan
11
4%
4.
Dakwah
16
5%
5.
Sawah
27
9%
6.
Masjid
52
17%
7.
AUM
16
5%
Didominasi pemberdayaan kegiatan pendidikan sebesar 160 lahan dengan prosentase keseluruhan 52%, menunjukkan bahwa Muhammadiyah juga konsen dalam turut serta mencerdaskan anak bangsa. Setelah didominasi pemanfaatan untuk sekolah, dengan prosentase sebesar 17% dimanfaatkan untuk masjid dan Mushola dengan jumlah 52 bidang lahan wakaf. Adapun Pemanfaatan lahan untuk AUM dan Dakwah sebanyak 16 bidang dengan prosentase masing-masing 5%. Selanjutnya pemanfaatan untuk sawah baik sawah kering maupun sawah basah sebanyak 27 bidang lahan wakaf yang secara langsung dikelola oleh masyarakat dengan prosentase 9% dari total bidang lahan wakaf yang tercatat selama tahunn 2018. Pemanfaatan dibidang kesehatan sejumlah 11 bidang lahan wakaf dengan prosentase 4% dari total lahan wakaf yang tercatat dan terakhir pemanfaatan panti sejumlah 23 bidang dengan prosentase 8%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang telah disajikan di atas menunjukkan bahwa wakaf Muhammadiyah memiliki peran yang sangat besar terhadap kebutuhan baik pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Magelang. Hal ini ditunjukkan melalui besarnya wakaf produktif sebanyak 75%. Wakaf produktif (pengertian) meliputi sekolah, AUM, Kesehatan, Dakwah dan sawah. Dan prosentase wakaf non produktif sebesar 25%, wakaf non produktif terdiri dari mushola dan masjid, panti asuhan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H