Pada dasarnya sekolah memang dibuat dan dirancang sebagai tempat belajar, mencari ilmu dan mengembangkan diri. Atas dasar amanat undang-undang, negara kemudian hadir menjadi agen utama atas kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Negara juga harus memastikan para siswa di sekolah mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas dan keterampilan yang berguna dan relevan dengan kondisi masa kini serta masa yang akan datang melalui sebuah kurikulum.
Lalu ilmu pengetahuan dan keterampilan itu diharapkan mampu membantu mereka memecahkan berbagai macam tantangan dan masalah baik masalah pribadi, lingkungan masyarakat maupun negara itu sendiri.Â
Untuk dapat memecahkan masalah, para lulusan sekolah tentu harus diberikan tempat atau lapangan pekerjaan untuk menyalurkan semua ilmu dan keterampilan yang didapat.
Mereka kemudian dianugerahi sebuah ijazah atau tanda kelulusan sebagai bukti bahwa mereka memang telah menyelesaikan pendidikan sekolah pada periode yang telah ditentukan. Ijazah dan tanda kelulusan ini bisa digunakan oleh para lulusan ketika sedang melamar sebuah pekerjaan.
Dengan tanda ini, mereka kemudian dianggap sudah memiliki kualifikasi yang memenuhi syarat untuk bisa bekerja dengan baik.
Bersekolah dan mendapat tanda kualifikasi pendidikan formal memang penting. Namun pertanyaannya adalah apakah dengan itu semua, kita lantas sudah benar-benar menjadi orang yang pintar, cakap dan sukses?
Hal yang dikhawatirkan sebenarnya justru jangan-jangan sistem pendidikan formal semacam ini membuat pemahaman masyarakat tentang sekolah menjadi bergeser, yaitu sebagai tempat untuk mendapatkan pengakuan kualifikasi, bukan pengembangan kualitas pribadi.
Dengan kata lain, tujuan orang bersekolah adalah mendapatkan ijazah formal untuk mempermudah mendapatkan kesempatan kerja.Â
Bahkan mereka yang tergolong berduit atau kaya rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit agar anaknya bisa bersekolah di lembaga terkenal dan bergengsi. Menjadi hal yang tidak masalah jika pendidikan yang berkualitas ini memang benar-benar berdampak juga pada perkembangan kompetensi anak mereka.
Tapi tidak jarang niat mereka memasukkan anak mereka di sekolah itu hanyalah karena sekedar mencari nama; nama besar sekolah yang membuat nama anak mereka besar pula.