Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Embuh Pagi | Hadirlah di Waktu Sekarang

20 November 2024   09:18 Diperbarui: 20 November 2024   09:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hadirlah di Waktu Sekarang : Sebuah Makna Kehadiran dalam Hidup 

Waktu adalah sesuatu yang terus berjalan tanpa henti, meninggalkan jejak di masa lalu dan membuka misteri masa depan.

Namun, apakah kita benar-benar hadir di waktu yang kita miliki sekarang ? 

Refleksi ini mengajak kita untuk memahami makna kehadiran melalui filosofi sederhana : masa lalu adalah kenangan, masa depan adalah misteri, dan yang paling nyata hanyalah saat ini.

Masa Lalu : Kenangan Sebagai Pelajaran, Bukan Beban

Masa lalu sering kali menjadi tempat kita "tinggal" dalam pikiran.

Namun, terus-menerus mengulang kenangan, baik manis maupun pahit, hanya akan mengikat kita pada emosi yang tak lagi relevan dengan saat ini.

Dalam Al-Qur'an Surah Al-Hadid (57:23), Allah mengingatkan : 

"Supaya kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."

Ayat ini mengajarkan keseimbangan emosional, yaitu agar kita tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan atas apa yang tidak kita miliki atau hilang, dan tidak terlalu berlebihan dalam kegembiraan atas apa yang kita peroleh.

Ini mencerminkan prinsip tawakal kepada Allah dan pemahaman bahwa segala sesuatu adalah ketentuan-Nya.

Allah juga memperingatkan agar kita tidak menjadi sombong atas nikmat yang diterima

Ayat ini relevan dengan tema bersyukur dan bersabar dalam berbagai situasi hidup, serta memiliki kaitan erat dengan konsep spiritual seperti mindfulness dalam menerima takdir.

Yuk, Belajar bersama, memahami penjelasan ayat ini :

Ayat ini mengajarkan pentingnya sikap tawakal (berserah diri) kepada Allah dalam menghadapi kehidupan.

Ada dua aspek penting yang dibahas : 

  • Tidak Berlarut dalam Kesedihan  : Allah menasihati agar manusia tidak terlalu larut dalam kesedihan atas apa yang tidak berhasil diperoleh atau kehilangan yang terjadi. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi sudah menjadi ketetapan Allah (qadarullah). Sikap menerima takdir ini mengurangi beban hati dan menjaga kita dari rasa putus asa.
  • Tidak Berlebihan dalam Kebahagiaan Duniawi : Ayat ini juga memperingatkan agar kita tidak terlalu berlebihan dalam kegembiraan terhadap nikmat yang diberikan. Hal ini untuk menjaga hati agar tidak sombong, karena semua nikmat sejatinya berasal dari Allah, dan manusia hanya penerima amanah.

Hikmah :

  • Keseimbangan Emosi : Islam mengajarkan keseimbangan dalam menyikapi kesedihan dan kebahagiaan. Rasa syukur dan kesabaran adalah dua pilar penting dalam kehidupan.
  • Penerimaan Takdir : Ayat ini mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah, baik itu keberhasilan maupun kegagalan.
  • Peringatan Terhadap Kesombongan : Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong atas nikmat duniawi, karena sombong menunjukkan lupa bahwa semua itu adalah pemberian Allah.

Konteks ayat ini juga dapat membantu dalam refleksi keseharian, terutama ketika menghadapi keberuntungan maupun cobaan.

Islam mengajarkan untuk selalu kembali kepada Allah, baik dalam keadaan suka maupun duka.

Ayat ini mengajarkan keseimbangan, bahwa masa lalu seharusnya menjadi pelajaran, bukan sesuatu yang membelenggu kita.

Sebagaimana Nabi Muhammad SAW juga bersabda : 

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, meskipun masing-masing memiliki kebaikan. Gemarlah kepada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah menjadi lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, janganlah berkata, 'Seandainya aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu,' tetapi katakanlah, 'Allah telah mentakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi,' karena kata-kata 'seandainya' membuka pintu perbuatan setan."

Kenangan buruk bukan untuk disesali, melainkan untuk direnungkan agar kita bisa melangkah lebih baik. 

Masa lalu hanyalah guru yang memberikan hikmah.

Masa Depan : Misteri yang Belum Tiba 

Masa depan adalah sesuatu yang tidak pasti.

Berharap dan merencanakan itu penting, namun terlalu mencemaskan hal yang belum terjadi dapat melahirkan kegelisahan.

Dalam salah satu hadis, Nabi Muhammad SAW mengingatkan: 

"Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Burung itu pergi pagi hari dalam keadaan lapar, dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang."

Hadis tentang tawakkal dengan perumpamaan burung yang diberi rezeki ini berasal dari Nabi Muhammad SAW, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Jami' At-Tirmidzi (no. 2344).

Penjelasan Hadis :

  • Esensi Tawakkal : Hadis ini mengajarkan bahwa tawakkal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan menyerahkan hasil kepada Allah setelah berikhtiar. Burung yang disebut dalam hadis tetap pergi mencari makanan setiap pagi, meskipun tidak memiliki jaminan tempat atau jumlah rezeki yang pasti.
  • Ikhtiar dan Doa : Islam mengajarkan untuk menggabungkan usaha (ikhtiar) dengan ketergantungan kepada Allah. Hal ini menunjukkan pentingnya menjalani sunnatullah, yaitu hukum sebab-akibat yang telah Allah tetapkan.
  • Keyakinan pada Allah : Tawakkal melibatkan keyakinan penuh bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki. Burung menjadi contoh karena memiliki sifat alami untuk berusaha tanpa mengandalkan sesuatu selain Allah.

Hadis ini menjadi pelajaran bagi umat Islam untuk terus bekerja keras, berusaha maksimal, dan tetap percaya pada kehendak Allah dalam menentukan hasil.

Demikian pula kita, masa depan bukanlah sesuatu yang harus dicemaskan, tetapi disikapi dengan keyakinan dan usaha. 

Sebagaimana Marcus Aurelius, seorang filsuf Stoik, mengatakan : 

"Never let the future disturb you. You will meet it, if you have to, with the same weapons of reason which today arm you against the present."

(Tidak perlu membiarkan masa depan mengganggumu. Jika kamu harus menghadapinya, hadapilah dengan akal sehat yang kamu miliki sekarang.) 

Saat Ini : Hadiah yang Tak Tergantikan  

Hadir di saat ini adalah seni menerima kenyataan sebagaimana adanya. Banyak dari kita terjebak antara penyesalan masa lalu dan kecemasan masa depan, sehingga lupa menikmati keindahan hidup yang ada sekarang.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam QS. Al-Furqan : 47.

"Dan Dia-lah yang menjadikan malam untukmu sebagai pakaian, tidur untuk istirahat, dan siang untuk bangkit berusaha."

Penjelasan :

  • Malam sebagai pakaian : Malam diibaratkan seperti pakaian yang menutupi dan memberikan ketenangan, menciptakan suasana yang kondusif untuk beristirahat.
  • Tidur sebagai istirahat : Tidur adalah anugerah Allah yang memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk pulih dari kelelahan sehari-hari.
  • Siang untuk berusaha : Siang hari diberikan sebagai waktu untuk bekerja, mencari rezeki, dan menjalani aktivitas kehidupan.

Ayat ini mengingatkan manusia akan harmoni dan keseimbangan yang telah Allah ciptakan dalam alam semesta, sehingga kehidupan berjalan teratur sesuai fitrah manusia.

Ayat ini juga menegaskan pentingnya memanfaatkan waktu sesuai perannya. 

Siang adalah untuk berbuat, malam untuk merenung dan istirahat.

Saat ini adalah kesempatan yang harus dijalani sepenuh hati, karena ia adalah bagian dari nikmat Allah.  

Filosofi "Embuh": Melepaskan dan Menerima Kehadiran

Dalam filosofi "Embuh," ada makna mendalam tentang penerimaan.

Embuh bukan berarti pasrah tanpa arah, tetapi bentuk keikhlasan menerima apa yang tidak bisa dikendalikan.

Dalam konsep ini, kita belajar bahwa hidup adalah tentang melakukan yang terbaik di saat ini, sembari menyerahkan hasilnya kepada Allah. 

Sejalan dengan konsep ini, David R. Hawkins dalam Letting Go menyatakan : 

"Surrender is not about giving up; it is about letting go of control and trusting the natural flow of life."

(Penyerahan diri bukanlah tentang menyerah, melainkan melepaskan kendali dan mempercayai aliran alami kehidupan.) 

Praktik Kehadiran dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk lebih hadir di saat ini, beberapa langkah sederhana dapat dilakukan : 

  • Latihan Kesadaran Napas : Tarik napas dalam-dalam dan fokus pada setiap hembusan. Ini membantu pikiran terhubung dengan tubuh. 
  • Syukur Harian : Renungkan tiga hal yang Anda syukuri setiap hari. Ini membawa perhatian pada hal-hal positif yang sering terlewatkan.  
  • Kurangi Multitasking : Lakukan satu hal pada satu waktu. Nikmati setiap proses, seperti merasakan aroma kopi atau suara burung di pagi hari.  
  • Doa dan Zikir : Melibatkan Allah dalam setiap momen membantu kita merasa tenang dan hadir.  

Kesimpulan

Hidup adalah tentang kehadiran.

Masa lalu adalah guru, masa depan adalah misteri, dan saat ini adalah hadiah.

Melalui filosofi sederhana seperti embuh, kita diajak untuk belajar menerima hidup dengan penuh keikhlasan dan menikmati setiap momen yang Allah berikan. 

Seperti pepatah bijak : 

"Yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift. That's why it's called the present."  

Artinya : "Kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri, tetapi hari ini adalah anugerah. Itulah mengapa disebut hadiah (present)."

Dari kutipan ini yang sering dikaitkan dengan pandangan yang filosofis tentang waktu, bisa dipahami ;

  • Kemarin sebagai sejarah : Apa yang telah terjadi tidak dapat diubah. Hal-hal dari masa lalu adalah pelajaran yang bisa dipelajari, bukan tempat untuk tinggal.
  • Besok sebagai misteri : Masa depan tidak dapat diprediksi sepenuhnya, membawa elemen kejutan yang sering di luar kendali kita.
  • Hari ini sebagai hadiah : Saat ini adalah satu-satunya waktu yang benar-benar kita miliki untuk bertindak dan membuat perubahan. Dengan menyadarinya, kita diajak untuk menghargai momen ini.

Ungkapan ini mengajarkan untuk hidup di masa kini, mengambil manfaat dari setiap kesempatan, dan tidak terlalu khawatir tentang apa yang sudah berlalu atau yang belum datang.

Filosofi ini sejalan dengan konsep mindfulness yang menekankan pentingnya "hadir sepenuhnya di sini dan sekarang."

Jadi, hadirlah sekarang. Sebab hanya di sini, di detik ini, kita benar-benar hidup.

Semoga bermanfaat,

{{{ Positif, Sehat dan Bahagia }}}
Aziz Amin | Wong Embuh

****

Tentang Penulis :
Aziz Aminudin, atau Aziz Amin, adalah penulis buku Aku Wong Embuh dan seorang hipnoterapis profesional. Lahir di Jakarta pada 1980, Aziz beralih dari tenaga medis dan IT ke dunia olah pikir (hipnoterapi), mengembangkan filosofi Embuh yang mencakup Empowerment, Mindfulness, Behavior, Unconscious, dan Healing. Selain menulis, ia juga aktif sebagai trainer dan pengelola Griya Hipnoterapi MPC di Brebes, membantu individu mengatasi gangguan mental dan emosional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun