Selamat santap sahur sahabat Kompasianer,Â
Alhamdulillah, Allah Ta'ala masih berikan kenikmatan, kesempatan dan menggerakkan diri untuk selalu istiqomah menulis "Catatan Ramadhan" sampai hari ini.
Hari ini adalah hari ke 15 Ramadhan, tapi catatan ramadhan saya sengaja buat untuk merefleksikan ramadhan yang telah berjalan.
Kita semua sama punya harapan dan impian besar agar apapun yang kita lakukan bernilai ibadah di bulan suci ramadhan ini, semoga diterima Allah Ta'ala dan mendapatkan hikmah Ramadhan, diampuni segala dosa dan kembali ke fitrah Nya serta ditingkatkan ketaqwaan, aamiinÂ
****
Tidak ada seorangpun yang berencana ingin hidup tidak bahagia, berada dalam kesedihan berkepanjangan, penderitaan dan keterpurukan.
Setiap orang dalam hidupnya punya beragam warna dan setiap warna akan menghadirkan makna dan gambaran rasa yang mewakili.
Setiap orang akan punya sudut pandang atau cara pandang yang berbeda - beda dalam memaknai setiap warna.
Apakah hal itu benar atau salah ?
Pertanyaan yang kurang tepat sebenarnya ditanyakan.
Pertanyaan yang begini yang kadang menjebak seseorang akan berada di kerangka pikir bahwa sesuatu yang dilakukan pada posisi benar atau salah.
Artinya kalau dalam pikiran nilai sesuatu perkara dianggap benar, maka yang tidak sesuai akan dianggap salah, bahkan dianggap musuh dan demikian sebaliknya.
Dampak yang nampak bila pertanyaan begini dilanjut diproses, apa ?
Akan muncul ego untuk menyalahkan orang lain dan menganggap diri yang paling benar dan paling baik.
Maka, akan lebih bijak mungkin bila pandangan yang berbeda setiap orang memaknai warna itu baik atau tidak ?
Bagi saya itu baik, kenapa ,?
Dengan makin banyak orang yang memiliki pemahaman dan cara pandang yang berbeda dalam melihat atau merespon satu masalah ( dengan simbol warna ), maka akan bisa saling melengkapi satu dan yang lain sehingga tercipta pertukaran atau harmonisasi atas pola pandang atau sudut pandang atas realita hidup.
Bagaimana dengan Hitam dan Putih ?
Yah, sebelum ada warna yang bervariasi baik warna primer, sampai dengan warna turunan yang mewakili banyak pemaknaan warna atas dasar rasa yang muncul, warna hitam putih sebagai warna dasar yang telah banyak mempengaruhi pikiran bawah sadar.
- HITAM identik dengan hal keburukan, atau hal yang tidak memiliki semangat dan gairah positif, dianggap sesuatu yang kotor, dan jahatÂ
- Sementara warna putih, dimaknai sebagai sesuatu yang suci, bersih dan menebarkan energy kebaikan.
Apakah persepsi itu benar ?
Sudah menjadi kebiasaan dan kecakapan bawah sadar kita kadang spontan selalu bertanya hukum " benar atau salah ".
Hitam dan putih itu hanya pilihan tentang citra atau karakteler diri, apakah itu benar dan tidak sejatinya manusia tidak punya kapasitas menentukan apakah itu benar atau timmsalah.
****Â
Belajar dari secangkir kopi ini, bahwa asumsi atau persepsi terkait pilihan, respon atau kenyamanan pada penggunaan atribut warna jangan sampai jadi masalahÂ
- Tidak semua yang hitam itu kotor, bagaimana menikmati secangkir kopi yang hitam bagi penikmatnya sangat luar biasa.
- Maka wajar bahwa saat ini penggunaan atribut simbolik atas warna hitam putih bisa menjadi media mempengaruhi orang, membangkitkan orang, menyemangati bahkan menjatuhkanÂ
Bagaimana Caranya ?
Lihat di tahun politik ini menjelang 2024 kita akan menghadapi Pemilihan Umum, maka perang warna bisa jadi akan jadi hal yang lumrah, bagaimana warna akan mempengaruhi bawah sadar para memilih bahkan membangkitkan dan menjatuhkan dengan warnaÂ
Warga akan sangat halus masuk pikiran bawah sadar, dan kadang menghipnotisÂ
Contoh ;
- Ada anggapan yang selalu pake pakean PUTIH adalah orang yang alim, bersih atau suci, terbuka dan berfikiran positifÂ
- Yang berpakaian HITAM itu dianggap orang sisi gelap, orang jahat dan punya kecenderungan negatif,
Apa benar ?!
Tidak !, Berarti salah ya ,?!
Tidak juga, terus ?!
Itu pilihan, artinya "Ngono yo ngono tapi Yo ora koyo ngono" yang artinya, begitu ya begitu tapi tidak seperti itu.
Jangan terjebak pada atribusi simbolik yang akan menghasilkan respon yang spontan dan biasanya seringkali terkecoh atau salah.
Banyak orang yang terlihat baik, rapih dan berwibawa, terlihat suci dan alim justru ia memiliki niat tidak baik dan sebaginyaÂ
Ada yang menganggap orang yang pakaian asal dan terlihat kotor, urakan dan tidak berpenampilan baik dianggap sebagai orang orang jahat dan orang yang kotor atau berpikiran negatif.
Hal ini yang wajar akhirnya muncul kode atau simbol warna lain yang mencoba menengahi kedua persepsi ini yang bisa jadi benar dan bisa jadi salah, siapa ,?
PESULAP yang memilih simbol warna MERAH ( PESULAP MERAH )
****
HITAM PUTIH hanya pilihan warna yang kadang menjadi simbol ya saya sepakati, tapi apakah simbol itu akan mewakili dia yang memiliki kecenderungan atau suka dengan warna tersebut, tentu tidak mesti benarÂ
Kesimpulannya adalah jangan pernah terjebak pada kulit atau warna yang membungkus satu persoalan tapi pahami isi dan latar belakang piliha. Warna yang disajikan.
Yang hitam tidak selalu kotor dan yang putih tidak selalu suci.
Saya Aziz Amin | Wong Embuh Kompasianer BrebesÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H