Ramadhan tahun ini berbeda, semua serba berbeda tentunya ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang merasakannya yah yang fokus pada perbedaan.
Tapi sebagian orang lain justru menganggap bahwa ramadhan ini biasa saja tidak ada yang berbeda, semua sama seperti dulu.
Dipojok ruang kehidupan imaginasi saya sempat berpapasan dengan mereka, kalau kamu jeli kamu akan terbiasa dan tahu bagaimana ciri khas dan gaya mereka yang suka fokus pada perbedaan dan fokus pada persamaan.
"Yah, ada orang yang suka fokus pada persamaan atas satu perkara atau kejadian dan ada yang justru sebaliknya selalu fokus mencari perbedaan atas satu perkara atau kejadian " ini hanya analisa saya pribadi yang kalau memodel gayanya Cak Lontong " ini menurut penelitian saya " hahahaha
Kalau saya Cak Lontong, saya bilang begini " Saya pernah melakukan survei kecil kecilan yang artinya surveinya tidak besar, bahkan beberapa respondennya adalah orang - orang kecil yang kadang jangankan berani bersuara untuk tersenyum aja terasa berat, mereka kadang bingung bahkan lupa kadang rasanya bahagia karena merasa sebagai orang kecil.
Dari survei saya dapati bahwa ternyata 50 persen orang dari 100 orang yang saya survei mereka 'diam' karena mereka merasa tidak PD dan takut bersuara mengganggap dirinya orang kecil.
Sisanya 50 persen tidak diam tapi tidak bersuara.
Bagaimana hasil survei ini didapat, saya lakukan dengan lain yang tidak harus pake suara dan bicara.
Ternyata, ada beberapa orang yang lebih suka fokus pada persamaan, ia selalu mencari anggapan bahwa segala sesuatu itu ada persamaan, mereka akan berupaya keras mencari hal yang sama dari hal yang jelas berbeda.
Ia akan merasa nyaman dan bahagia saat menemukan setiap persamaan dalam satu hal atau urusan, menganggap ada ikatan yang kuat.
Dan sisanya yang lain, ternyata ada juga orang yang fokus pada perbedaan mereka akan berupaya keras mencari hal yang berbeda walaupun dari hal yang sejatinya sama.
Mereka akan lebih bersemangat, nerfariasi dan berani berbicara saat merasa sebagai hal yang berbeda saling melengkapi.
****
Orang keci dan orang besar itu sama saja, tidak ada yang kecil dan besar dimata Allah Ta:ala, itu kata dia yang suka melihat sesuatu dengan kesamaanÂ
" Yang membedakan seseorang itu hanya amal ibadahnya " jelasnya.
Tidak Juga begitu !, sanggah yang lain.
Walaupun orang yang ibadahnya terlihat sama, melakukan ibadah yang sama dan kegiatan yang sama juga belum tentu sama !!!, Amal ibadah itu tidak bisa jadi patokannya ibadahnya yang terlihat.
Waspada, banyak orang yang terlihat alim, ahli ibadah dan amal ibadahnya banyak sekali tapi belum jaminan kalau ia itu orang yang besar atau mulya dimata Allah, demikian sebaliknya sanggah si beda.
Sudah hampir dua jam saya bersama mereka dan tetap aja mereka berdebat dan berbeda pandangan, ini sama halnya saya bicara dengan dia orang yang memperdebatkan angka 6 yang terlihat sebagai angka 9 dari sisi atau sudut pandang yang berbeda.
Yah, pembahasan bab khilafiyah memang akan sangat menguras energy dan akan berlanjut sampai kita lupa berapa cepatnya ramafhan berlalu.
Kadang manusia suka lupa dengan esensi hidup yang sebenarnya, ia berada di hari ini dan sejatinya Allah Ta'ala telah anugrahkan banyak kenikmatan yang berlimpah tapi kita terlena dan memilih sibuk memikirkan masa lalu atau bahkan masa depan yang sebenarnya sudah berlalu dan misteri di masa depan sehingga kadang ia lupa menikmati dan mensyukuri hidupnya hari ini.
Yah bicara persamaan dan perbedaan tak ubahnya kita sedang memilih fokus pada sebuah kondisi untuk berhenti dan sibuk bicara hal yang membuat kita lupa bahwa detak jarum jam terus berjalan, kenikmatan yang dianugerahkan termasuk kesempatan bertemu Ramdahan ini.
****
Wanita itu menangis, ia cerita betapa sedihnya masa lalunya ia bilang semua hal yang menurutnya penderitaan, ia memiliki orang tua yang berbeda dengan orang tua yang ada didalam cerita teman - teman masa kecilnya, ia menganggap orang tuanya tidak seperti orang tua di film tv dan sinetron, bahkan ia bilang kalau boleh memilih ingin ganti orang tuanya.
Pamannya dan bibinya bilang kalau semua orang tua dimanapun sama, tidak ada satu orang tua pun yang mau anaknya sengsara dan menderita apalagi ingin menyakiti anaknya.
Coba kamu lihat bagaimana orang tua berjuang semaksimal mungkin untuk bekerja pastinya untuk kebahagiaan keluarganya khususnya anak.
Beberapa orang tua bahkan sangat serius berfikir untuk mengarahkan mau seperti apa anak anaknya kelak dengan membuat jalur kesuksesan dari anak.
Sayangnya hal ini yang kadang justru jadi bumerang bahwa akan ada dimana dua orang yang sama -:sama saling sayang merasa saling menentang dan menyerang.
****
Lebaran mungkin tinggal berapa Minggu bagi mereka yang suka menghitung dengan Minggu. " Bagi yang lain lebaran tinggal menghitung hari "
Apapun pilihan anda hal utamanya satu bahwa kita berjalan ke depan, mau sadar atau tidak menyadari.
Nafas akan terus berjalan sampai nanti waktunya terhenti tanpa menuntut anda sadar atau tidak menyadari mensyukurinya.
Jantung akan terus berdetak saat anda terjaga dan tertidur tanpa anda menyadari atau tidak.
Rasa syukur atau mensyukuri nikmat hari ini itu pilihan, anda boleh memandang semua sama atau berbeda itu juga pilihan.
Tapi hal yang pasti sejatinya seorang perlu menyadari atas apa pilihan hidup dan dalam kehidupannya. Sama dan berbeda itu hanya soal sudut pandang bisa jadi berkemungkinan hal yang kita anggap sama adalah hal yang berbeda akan tetapi kita belum menemukan perbedaannya.
Dan bisa jadi yang kita anggap berbeda itu juga adalah hal yang sama hanya kita juga belum menemukan persamaannya.
Sarung aneka rupa motif dan merek diatas meja, dua sisi ini mulai sibuk dengan cara mereka memberikan pandangan mencari persamaan dan mencari perbedaan.
" mau yang mana ? "
Mereka terlalu asyik ribet dengan urusan pikiran dan keyakinannya, lagi lagi ini soal dunia yang fana ini.
Ada EGO yang kuat dari setiap ego yang ada, mereka menganggap menyamakan semua baik kadang justru kesusahan mencari barang yang beda, " bosan, saya udah punya sarung yang kayaknya sama, motifnya mirip, sejenis dll " jelasnya.
Mau tidak ini ambil sarung buat Idul Fitri ?
Tidak saya, saya hanya pingin sarung yang beda.
Sementara yang lain bilang, ko semua sarung beda yah, nggak ada yang sama dengan selera saya, saya linginya sarung yang sama dengan kesukaan saya, saya pingin sarung yang sejenis danpdtlnya sama seperti yang saya punya, menjiwai " jelasnyaÂ
" Mau tidak ini sarung buat kamu untuk idul Fitri ? "
Nggak usah, saya nggak suka kalau pake sarung yang tidak sesuai modelnya dengan hati saya, ya minimal merek ini dan model ini " tegasnyaÂ
****
Kenapa ko nggak pake sarung ?
Anda bisa tebak bagaimana mereka menjawab dan menjelaskan apa yang ia yakini, berusah menghipnotis dunia biar semua seisinya percaya pada argumentasi dan pendapatnya.
Sarung yang tertinggal !!!
Yah, karena pikirannya yang berlebihan ia lupa mensyukuri atas hakikat nikmat, sarung yang tertinggal, tertinggal karena bingung mencari yang sama dan bingung mencari yang berbeda.
Aziz Amin | Wong EmbuhÂ
{{{ positif, sehat dan bahagia }}}
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI