Alun - alun Kabupaten Pekalongan, setelah sekian lama akhirnya bisa mampir dan menikmati sarapan "Nasi Megono".
Entah sudah agak lupa sensasi real nasi megono asli pekalongan. Mungkin sudah lebih dari 15 tahun benar - benar menikmati nasi megono asli pekalongan dan di pekalongan.
Sembari mendampingi Kang Bahrul Ulum, SE, Â M.Si pentolan Kompasianer Brebes, Â mampir di komplek perkantoran di Kabupaten Pekalongan menikmati sajian sederhana yang menggugah rasa.Â
Ya, Â nasi megono dengan endog ( telor) dan sambel menggugah rasa dan membuat seperti diajak nostalgia ke masa sekolah di Pekalongan.Â
Menilik sejarah nasi megono, nasi megono ini dikenal sebagai makanan khas Pekalongan.
Dari beberapa catatan sejarah, Â saya jadi tahu bahwan nasi megono pekalongan berawal dari budaya Keraton Yogyakarta pada masa Kerajaan Mataram Kuno.Â
Adat disana kerap mengadakan sesaji untuk upacara bekakak, sebagaimana ditulis cintapekalongan.com.
Jaman dulu, sesaji ini dibawa ke daerah bawahan Mataram Kuno, termasuk Pekalongan.
Masuknya Islam pada jaman Mataram mengubah tampilan megana karena biasanya megono diadakan untuk acara tahlil, tahmid di masjid-masjid.
Sebagian dari anda bisa kadi berfikir sama dengan ku, Â bahwa ada apa dengan nasi megono dan endog.
Pastinya ada banyak memori diantara nasi megono dan itu penuh kenangan.
Kenangan mais atau pahit tidak penting, Â yang terpenting fokus buat berkarya dan menjadikam hidup lebih manis.Â
Masa lalu biar berlalu,  masa depan biarkan terjadi hiduplah hari ini,  kalau makan nasi megono dan lawuh endog (telor)  fokus menikmati hari ini  dengan megono ini,  telor ini,  dan fokus nahagoa dengan keluarga tercinta dan orang tersayang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H