" takut digigit, lidahnya meled meled ( menjulur keluar ) ".
Oh.... Anjing... ?
" Bukan yah GugGug ! "
Hahahaha, Itu Anjing nok...
" Kata ibu nggak boleh itu saru ( nggak boleh dikatakan ), itu GugGug " jelasnya.
Diskusi yang alot antara saya dan putri saya soal "Asu " itu " Anjing ".
Saya tidak tahu sejak kapan kata "Asu" dan "Anjing" menjadi kata saru dan nggak layak dikatakan.
Ini soal diksi dan intonasi, metafora yang digunakan pada binatang yang bernama anjing ( indonesia ) dan asu ( jawa ) ini menjadi melekat dalam pikiran bawah sadar bahwa menyebut asu atau anjing jadi tabu dan seperti haram, padahal yang memang begitu adanya namanya anjing ya anjing, asu ya asu masa mau diganti suaranya.
Ini penting dikenalkan pada anak hingga dikemudian hari ia jadi nggak bingung soal penyebutan asu, anjing dan guguk, anda bayangkan saat ada gambar gambar binatang di materi pelajaran dan diminta menjawab, bisa jadi ia akan menulis si Asu itu, si Anjing itu jadi "GugGug".
Cara komunikasikan yang baik pada anak nama - nama binatang yang sering digunakan orang dewasa untuk metafor pada prilaku negatif seperti anjing, asu, kera, monyet, babi dll beritahukan dengan bijaksana dengan bahasa anak, bahwa itu nama - nama binatang ciptaan Allah Ta'ala, hanya saja beritahukan bahwa kadang nama ini digunakan untul menyebut orang yang tidak baik atau prilakunya tidak baik dengan sebutan itu sama orang dewasa, maka nggak boleh panggil nama orang atau sebut orang dengan nama binatang.
Cerdas mendidik anak, bijak mendidik anak dan saatnya belajar parenting, belajar psikologi anak, belajar tumbuh kembang anak, belajar seni komunikasi pada anak atau bahkan gabubgkan semuanya belajar HIPNOPARENTING.