Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Test Kesehatan Caleg, Serius Nggak Sih?

21 April 2019   15:26 Diperbarui: 21 April 2019   15:40 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Diolah dari berbagai sumber (https://www.freemalaysiatoday.com dan kpu.go.id)

Siang kompasianer,

Menuliskan judul ini sebenarnya penulis ragu, hal ini terngiag-ngiang dalam pikiran penulis, melihat pemberitaan terkait beberapa fasilitas kesehatan menyiapkan sarana untuk caleg yang gagal, dan catatan menunjukkan memang ada beberapa caleg yang gagal bahkan meninggal saat mendapati suaranya jeblog.

Tentu ini menjadi memprihatinkan, pesta demokrasi yang sejatinya memilih calon pemimpin yang kuat menjadi sarana pertarungan politik semata, maka sebelumnya penulis menuliskan judul "Perlukan kedepan caleg discreening kesehatan fisik, psikologis dan jiwa ? " penulis ubah, karena ternyata ada proses test kesehatan bagi caleg sebelum dinyatakan lolos.

Tahun 2019 bisa jadi menjadi salah satu rekor atau menjadi catatan sejarah baru, dimana sejak Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum secara langsung, baru di tahun 2019 ini Pemilihan Umum dilaksanakan bersama-sama, baik pemilihan calon presiden dan wakil presiden maupun memilih para calon legislatif.

Sebanyak 20 partai politik ikut serta dalam pesta demokrasi ini, dimana tercatat pada tahun ini setidaknya ada 7.968 orang yang tercantum dalam daftar caleg. 4.774 caleg laki-laki sisanya sebanyak 3.194 caleg perempuan.

Proporsi ini tentunya sudah memenuhi kuota 30 persen caleg perempuan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Pemilu. Selain itu, mereka juga terdiri dari 20 partai politik yang mengikuti Pileg 2019 dan tersebar di 80 daera pemilihan sebagaimana telah ditetapkan KPU.

MIMPI BURUK CALEG

Suda menjadi rahasia publik terkait ongkos atau biaya politik yang sangat mahal, bahkan untuk sekedar menjadi seorang calon legeslatif, artinya bisa jadi semua tidak akan menjadi masalah bagi mereka yang berangkat dari kondisi kesiapan finansial yang memadahi bahkan berlebih.

Akan tetapi beberapa caleg yang jumlahnya ribuan ada yang berangkat dengan modal yang boleha dibilang seadanya, bermodalkan dengan ketokohan, publik figur maupun keterlibatannya dengan kepengurusan partai mereka alih -- alih meniatkan untuk beribadah ikut berperan serta memajukan negeri ini, akan tetapi modal yang digunakan dapat pinjam sana dan pinjam sini, atau bisa saja didukung oleh partai.

Hal ini menjadi wajar, ketika caleg merasa memiliki hubungan emosional yang sangat tinggi dan merasa harus mempertanggung jawabkan apa yang telah diamanahkan / ditugaskan kepadanya untuk memenangkan kontestasi ini.

Hal ini penulis anggap menjadi salah satu alasan banyak yang pada akhirnya mereka melakukan uji pasar dengan memberikan apapaun, melakukan apapun untuk menggaet perhatian masyarakat agar memilihnya pada saat pemilu.

Sehingga selain secara fisik para celeg akan sangat terkuras energinya untuk kampanye, menyambangi konstituen dan mensuport semua upaya relawan yang mendadak dicipta dalam posko -- posko pemenangan.

Hal ini yang selalu membuat seorang caleg secara otomatis akan memiliki tingkat kerawanan gangguan kesehatan, baik fisik ( kelelahan ) terkait dengan penyakit degeneratif, psikologis seperti gangguan tidur, pola pikir maupun gangguan jiwa.

Hal ini yang seringkali menjadi "mimpi buruk" bagi para caleg menjelang detik detik pelaksanaan pemilu.

MENANGIS PUN TERSENYUM

Satu waktu dulu saya berkunjung ke salah satu calon bupati dan wakil bupati saat masa kampanye, beberapa kali muncull ditelevisi, beberapa kali nampak dimedia cetak maupun elektronik bahkan beberapa kali bertemu langsung dilapangan beliau sangat bersahaja, sangat semangat tersenyum lebar, bagaimana menyampaikan visi dan misi serta gagasa dan program yang diusulkan kalau jadi nanti.

Berbeda saat saya bertemu langsung sore itu dikediamannya ( karena saya ada kepentingan ) pastinya bukan soal politik, dan beliau nampak sangat lusuh, wajahnya sangat lelah, rambutnya aweutan, dan begitu datang bersalaman ia tersenyum dengan sisa senyumnya, lalu tiduran di depan saya sambil kedua tangannya di kening mengusap rambutnya yang awutan.

"Capeknya mas...., yah dari pagi kita ke sekian desa, menemui banyak konstituen dan pendukung didaerah mas, pereka sangat antusias dan lain sebagainya " ceritanya.

Tapi saya menangkap wajah yang sangat lelah, bahkan disela ia sempat bilang bahkan kita nggak bisa bilang lelah toh... kita harus tetap tersenyum untuk mereka yang rela berpanas panasan dengan kita.

Hal ini bisa jadi sama seperti caleg, yang mereka harus benar -- benar mampu menggaet / menarik perhatian dengan value yang sesuai apa yang diharapkan masyarakat, sayangnya saat ini masyarakat kita masih ada yang masih berorientasi dengan biaya politik baik itu bentu promosi program yang menyertakan bantuan langsung sembako, uang saku dll yang menjadikan ongkos politik melambung sangat tinggi.

Sekali lagi bagi mereka yang secara kesiapan finansial tercukupi atau lebih sama sekali nggak akan ada masalah, akan tetapi saat caleg dengan kondisi sebaliknya saat memaksakan akan mengalami kelelahan secara keseluruhan baik fisik, psikologis dan jiwa.

Pada saat ini mereka sudah tidak ada pilihan lain kecuali tersenyum sambil mengatakan "SEMANGAT !!!, kita akan menangkan suara kita". Secara umum masyarakat mungkin tak akan mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam hati caleg dan rasa yang dia aksesa, tapi beberapa orang yang terbiasa dengan ekspresi wajah akan sangat mengerti hal ini, yang seringkali menimbulkan keprihatinan dengan kodisi ini.

PROMO LAYANAN CALEG GAGAL

Seperti diawal penulis menuliskan bahwa sudah menjadi rahasia publik, karena onkos politik yang sangat fantastis dan tidak semua caleg memiliki kesiapan untuk modal pencalonannya dengan finansial yang sehat, acapkali menjadi "mimpi buruk" dan menjadi horor membayangkan "gagal" dalam pencalonan ini.

Beberapa upaya yang dilakukan seringkali bukan memangkas ongkos modal, melainkan menjadikan pembengkakan modal yang apabila ini didapat dari pinjaman atau dari penjualan asetnya, mereka akan berfikir keras bagaimana akan mengembalikan kondisi finansialnya seperti semula.

TIDAK MUDAH !!!, ya memang sangat tidak mudah dalam kondisi seperti ini, dimana sekian lama telah mempersiapkan pertarungan dalam pesta demokrasi ini menguras energy yang bersar yang seringkali beberapa caleg yang belum bertuntung mendapati suaranya di pos -- pos atau kantong kantong yang dipetakan ternyata " Zonk".

Dikutip dari beritajatim.com, Direktur RSUD Sidoarjo dr. Atok Irawan mengatakan, untuk mengantisipasi kemungkinan hal-hal tersebut, pihaknya sudah menyiapkan sebanyak 20 kamar di IGD. "Kami sudah menyiapkan 20 ruangan di IGD untuk caleg yang barang kali mengalami gangguan kejiwaan," katanya Selasa (16/4/2019).

Selain itu, tambah Atok, pihaknya juga menyiapkan 20 kamar rawat inap di gedung paviliun RSUD Sidoarjo. "Kalau dilakukan rawat inap, siap 20 kamar di Graha Delta Husada," tukasnya.

Sementara health.detik.com, Direktur Utama RSJ Grogol, Laurentius Panggabean mengatakan Rumah sakit selalu siap lah, mana bisa kita bilang tidak. Dokternya standby on call kalau nggak bisa (bertemu-red), IGD 24 jam, tiap hari dokter bisa ketemu pasiennya," katanya kepada detikHealth belum lama ini.

Bahkan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya siap menampung dengan menyiagakan 360 ranjang buat merawat caleg yang gagal. (jatim.sindonews.com).

CATATAN TRAGIS CALEG GAGAL

Penulis menjadi penasaran menelusuri beberapa kasus caleg yang gagal pada pileg tahun 2014 yang lalu, beberapa kasus tercatat menjadi catatan tragis yang menimpa mereka caleg yang gagal ditahun itu dari niat jual ginjal untuk membayar hutang, sampai yang gila dan bunuh diri.

CS (26), warga Pekalongan, Jawa Tengah, sudah 10 hari berada di Jakarta. Dikejar utang dana kampanye, caleg gagal ingin jual ginjal miliknya. Ia mencalonkan diri sebagai Caleg Dapil 4 Kabupaten Pekalongan, tetapi gagal mendapatkan suara yang bisa mengantarnya ke kursi DPRD sehingga kabur dari kampungnya di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, karena dikejar-kejar penagih utang sekitar Rp 420 juta.

Kisah lebih tragis dialami seorang ibu muda yang merupakan caleg dari Dapil I kota Banjar, caleg dengan nomor urut 8 tersebut memilih untuk mengakhiri hidupnya setelah gagal menjadi anggota dewan. Wanita berinisial S tersebut depresi setelah dirinya dinyatakan gagal memperoleh suara yang sudah ditentukan.

Tak lama berselang setelah hasil perhitungan suara usai, wanita tersebut bunuh diri dan mayatnya ditemukan di sebuah saung bambu di Dusun Limusnunggal, Desa Bangunjaya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis. (kaltim.tribunnews.com).

Bagaimana tahun 2019 ini ?

Dilansir dari tribunnews.com, caleg PDIP Kota Tasikmalaya meninggal usai kalah di pemilu legislatif, dan caleg Nasdem masuk RS. Ini menambah catatan bahwa tidak semua caleg yang mengikuti kontestasi ini benar -- benar siap menang maupun kalah.

Beberapa karena memaang sebelumnya kondisi kesehatannya yang diduga kurang sehat, dan kelelahan menjadikan shock menghadapi hasil perolehan suara yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Tentu ini menjadi catatan tersendiri dan perlu perhatian pemerintah untuk kedepannya, dalam pemahaman penulis sebanarnya yang perlu disiapkan bukan layanan untuk penanganan caleg yang pasca pileg yang gagal, melainkan dengan menyiapkan calon -- calon kontestan calon legeslatif benar benar siap menang dan siap kalah, tentunya bisa jadi perlu kajian bersama apakah peda pemilihan legislatif kedepan perlu atau tidak screening terhadap calon legeslatif benar -- benar dinyatakan siap dan sehat secara holistik, baik fisik, psikologis ( pikiran ) dan jiwa, jangan sampai pertarungan untuk mencari pempinpin yang terbaik harus mengorbankan beberapa orang yang sejatinya bisa difilter sejak awal.

Brebes, 21 April 2019

Aziz Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun