Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Trainer, Personal Coach, Terapist, Hipnoterapist, Pembicara, Online Marketer, Web Design

Praktisi Kehidupan, Kompasianer Brebes www.azizamin.net Founder MPC INDONESIA www.mpcindonesia.com WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

OJOL Itu Menjemput Apa Mengejar Rezeki

30 April 2018   07:55 Diperbarui: 30 April 2018   10:01 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eranya online, eranya semua keperluan manusia dimudahkan dan diinstanskan, salah satu yang hits dan memiliki eran besar diantar sekian banyak fasilitas online adalah OJOL ( Ojek Online ), "tahukah apa ojek online ? " atau jangan -- jangan " anda adalah ojek online juga ? "

Saya sempat mendaftar sebagai ojek online untuk mengeksplorasi pengalaman menjadi bagian dari perkebangan peradaban dunia hahahaha, ya tapi apa daya memang belum di takdirkan walaupun pihak managemen memanggil tapi istri dan orang tua melarang dengan alasan takut suaminya digondol pelakor.

Abaikan alenia ke dua, sederhananya adalah bahwa ojek online itu tentu diera sekarang sangat bermanfaat da sebagai alternatif pilihan ditengah kemacetan dan minimnya lahan parkir, dengan menggunakan fasilitas ojol ini kita akan muda mobilitas dari tempat satu ke tempat lain tanpa pusing kena macet atau bingung memarkir kendaraan.

LAIN PADANG LAIN ILALANG

Pepatah dulu mengatakan " lain padang lain ilalang " demikia juga lain kandang lain binatang, artinya pastilah kalau pelayanan ditangani oleh orang yang beda dengan cara yang beda maka rasa dan kepuasan akan berbeda pulas.

Aplikasi boleh sama, jaket driver juga boleh sama, dan system juga bisa sama, tapi apa bisa menjamin anda mendapatkan fasilitas pelayanan yang prima dari draiver ojek online ?  

Tentu jawabannya tidak, ya karena lain orag lain isi kepala dan pola pikirnya menghadapi konsumen, dan pastinya bahwa kondisi kendaraan dan psikologi draiver berbeda -- beda.

Disini sebagai konsumen anda akan sangat mengerti dan memahami bagaimana kualitas draiver yang memberikan pelaayanan pada anda dan tentunya biasanya anda akan menhargainya denga memberi bintang.

BINTANG SATU ATAU BINTANG TUJUH ?

Ini menarik bagi konsumen yang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dari para driver ojol yang tidak memperhatikan kepuasan pelanggan, tidak memperhatikan bagaimana pelayanan prima.

Pola pikir driver ojol yang seperti ini yang kadang konsumen sudag merasa kelebihan bintang dalam pikirannya sehingga puyeng ( mumet ), aplikasi ojol hanya menyediakan bintang maksimal lima bintang untuk menunjukan kepuasan pelanggan, dan kalau ebih dua ( bintang tujuh ) artinya konsumen dibuat dongkol !!!!, mumet kepala. Apalagi saat begitu sampai driver bilang " bapak / ibu jangan lupa kasih bintang lima ya ".

Hahahaha...., yang beginian kadang mendadak konsumen enek, mual kaya habis ruqyah, driver seperti in kadang nggak merasa bahwa ia telah melakukan hal yang kurang nyaman pada konsumen, selain mengabaikan keelamatan megendarai dengan cepat, ia seringkali tidak sesuai harapan si konsumen, baik datangnya terlambat dan kadang mendadak membatalkan pesanan.

Pastinya konsumen bisa komplain pada pengelola Ojol dan akan mendapatkan respon baik dari pengelola untuk membina driver -- driver dengan karakter seperti itu.

TIPE DRIVER PENJEMPUT DAN PENGEJAR

Sebailiknya mungkin anda punya pengalaman naik ojek online dengan sangat memuskan, bahkan mungkin kalau ada bintang sepuluh di aplikasi anda kasihkan, wait !!!,sayangnya di aplikasi hanya ada lima bintang.

Driver yang sangat ramah, sopan dan mengendarai kendaraan dengan sangat nyaman, sesuai kebutuhan dan situasi jalan, bahkan ia aktif berkomunikasi, " maaf, bapak / ibu dalam kondisi terburu -- buru atau tidak ? ", " apa bapak / ibu mau saya lewatkan jalan alternatif yang lebih cepat ? " dan pertanyaan lain yang sangat nyaman.

" tahukah apa yang mebedakan ? "

Ya anda benar, yang membedakan adalah karakter orang yang menjadi driver ojek online itu dan tentu tidak elok kalau saya menyalahkan salah satu diantara keduanya, mereka sama -- sama river online, sama sama bekerja pada pengelola yang sama bahkan aplikasi yang sama, dan tentunya dengan aturan maen yang sama.

Tapi kehidupan keduanya berbeda, pola pikir mereka juga tidak sama, ada banyak hal yang melatar belakangi kenapa driver pertama melakukan pelayanan yang tidak memuaskan tapi ia tidak menyadari dan dengan enteng meminta bintang lima.

Sementara si driver ke dua bahkania tidak mengemis minta dikasih bintang, baginya pelayanan prima yang menjadi target, ya... Menjemput rezeki.

Pemilihan diksi kalimat sederhana tapi tak sederhana yang terpikir sederhana, banyak diantara kita terjebak pada pemilihan kata, antara menjemput rezeki dan mengejar rezeki tentu beda, bagaimana driver pertama begitu tergesa -- gesa ia harus mengejar rezeki, ada banyak alasan kenapa ia memilih mengejar, dan pastinya ia sangat melelahkan dan seringkal lupa akan satu hal

Apa ?, " menikmati kehidupan "

Sementara si driver ke dua, ia lebih pada kepasrahan atas rezeki yang Allah tentukan bahwa apapun prilaku dan pelayanan yang terbaik yang ia lakukan tidak akan pernah mengkhianati hasil yang dicapai, pelayanan prima maka hasil insha Allah juga akan mengimbanginya.

------------------------------------------------- Sadari semuanya termasuk penulis, bijak dalam memilih kata dalam menyikapi kehidupan, bahwa pikiran bawah sadar tidak tahu menahu, ia netral dan ia hanya akan menampilkan indikator dan respon dari pilihan kata yang kita gunakan.

Kalau bisa menjemput dengan bahagia, kenapa harus mengejar dengan tergopoh gopoh

Salam #berbagimanfaat dan semoga bermanfaat,

 

 

Aziz Amin | Kompasianer Brebes
Trainer & Hypotherapist MPC School of Hypnotism
WA : 085742201850

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun