Saya menjelaskan padanya tentang apa yang ia katakan dari awal datang dan bercerita banyak hal tentang apa yang diyakini menjadi miliknya, saya sebut ia tertalu kuat menggenggam penyakitnya.
Ya Bapak itu "MEMILIKI PENYAKITNYA " padahal ia sangat tahu bahwa itu menyakitkan dan membuatnya tidak menikmati hidup, tapi ia melekat kuat menggengam penyakit vertigo seolah olah ia miliki.
" Bapak punya vertigo ? " YA mas...
" Bisa tunjukan Vertigo bapak pada saya ? "
Bapak itu bingun dan bengong, hahahahaha, ya sama seperti ketika anda memiliki sepeda motor maka andakan selalu dapat melihat dan merasakan kehadiran sepeda motor tersebut.
Saat ia meyakini bahwa ia memiliki vertigo maka setiap pagi saat ia bangun tidur, ia kadang justru mentgakses rasa memilki vertigo, yang muncul awal adalah " jangan - jangan vertigoku kumat ? ", kepala saya pusing nggak yah ? ", "Vertigo sama terasa nggak ya ? "
" hahahahahaha... " bapak itu ketawa menertawakan dirinya sendiri,
" Bukankan Allah Ta'ala sesuai prasangka hambanya pak ? ", jadiii.... apa yang saya tulis ini (kertas tertulis poin yang selalu ia katakan) itu prasangka dia pada Tuhannya, dan terkabulkan sehingga berobat kemanapun maka tidak akan pernah sembuh.
*Kesembuhan satu penyakit tidak berada diluar sana, di dokter, obat, orang pinter ataupun therapist, melainkan dalam dirinya seberapa siap ia untuk menerima kondisi sakitnya dan sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H