Implementasi
Dalam pembelajaran koperatif peserta didik bukan hanya belajar mendapatkan ilmu pengetahuan secara kognitif dan keterampilan psikomotorik, namun yang lebih penting adalah tumbuh dan berkembangnya sikap afektif yang positif pada setiap diri peserta didik dalam menyadari dan memahami sepenuhnya tentang heteregonitas antar personal pembelajar di dalam sebuah komunitas belajar. Â Â Ada beberapa sikap afektif yang dapat dipupuk dan dibiasakan dalam sebuah proses pembelajaran diantaranya adalah;
Saling menghargai
Proses pembelajaran adalah ruang terbuka bagi segala daya dan upaya peserta didik dalam memperoleh semua pengetahuan baik secara verbal, visual, audio, attitude, dan nilai (value). Proses pembelajaran yang baik akan mengakomudir seluas-luasnya pada diri peserta didik untuk mempelajari, memahami, dan mempraktikkan urgensi saling menghargai antar pembelajar. Dengan internalisasi nilai-nilai toleransi akan mencegah terjadinya bulliying, dan sikap antipati, phobia perbedaan suku, ras, agama , dan bahkan dapat mencegah timbulnya stigma radikalisasi (radikalisme) pada diri peserta didik.
Saling menolong
Tolong menolong adalah konsep kebhinekaan yang murni berasal dari kekayaan bangsa indonesia yang majemuk dengan berbagai suku dan bangsa. Menurut kodratnya manusia tidak dapat berdiri sendiri tapi membutuhkan orang lain. Kecerdasan dan kepandaian peserta didik secara tidak langsung ada andil orang lain yang menjadikannya pintar. Oleh karena itulah pembelajaran koperatif menyediakan nuansa kebersamaan dalam meraih tujuan bersama dalam satu kegiatan pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman nilai-nilai tolong menolong atau gotong royong dalam proses pembelajaran akan memberikan bekal yang positif dan ampuh bagi masa depan peserta didik sebagai bagian dari generasi bangsa dalam menjaga kesatuan dan persatuan NKRI.
Saling menilai
Peserta didik adalah manusia kecil yang belum dewasa yang kerap kali membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang dewasa. Kekeliruan dan kesalahan yang dilakukannya adalah yang biasa, akan tetapi kebiasaan berbuat kesalahan dalam menjalani kehidupannya dapat diminimalisir dengan saling koreksi dan menilai antar person pembelajar sehingga kesalahan itu tidak dapat terulang lagi. Pembelajaran koperatif menciptakan sebuah penilaian yang lebih realistik dan otentik pada setiap diri peserta didik dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Minimnya pretensi dan tendensi personal pada diri peserta didik menjamin kerealistisan dan keotentikan itu. Nilai-nilai keotentikan dalam menilai orang lain inilah yang akan menjadikan peserta didik mampu bersikap realistis dan fleksibel dalam bergaul di masyarakat. wallahu a’lam bishowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H