Mohon tunggu...
Azizah Putri
Azizah Putri Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - nurazizah

Nur Azizah Eka Putri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serba Salah

29 September 2019   09:00 Diperbarui: 29 September 2019   09:29 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perjalanan sekitar 6 jam menuju Nia berada, mereka tidak sabar bertemu Nia. Saking bersemangatnya, saat sampai di sana mereka tertidur

"Mbak, Mbak Karin ini sudah sampai, Mbak, jadinya mau kemana?" kata Pak Joko
"Eh udah sampai ya, " Karin yang baru bangun,"ke Alun-Alun Jogja Pak Joko"
"Semoga di sana kita bisa ketemu Nia," Sinta beraharap

Diperjalanan suasana Yogya sangat terasa, Jawanya sangat kental, masih banyak kendaraan tradisional, suasana yang nyaman dan damai. Saat sampai di alun-alun, Karin dan Sinta turun, sedangkan Pak  Joko tinggal di mobil. 

Saat sedang berjalan-jalan, mereka melihat seorang gadis bertubuh kurus dengan tinggi sekitar 160 cm dan rambutnya dikuncir ekor kuda sedang menjajakan kue yang ia bawa di sebuah keranjang yang terlihat masih penuh. 

Karin dan Sinta seperti mengenali gadis itu, mereka mulai berjalan ke arah ia berjualan dan mengamatinya lebih dekat. Saat gadis itu akan pergi ke pengunjung lain dan berbalik ke belakang, ia terkejut, begitu pula Karin dan Sinta, ternyata dugaan mereka benar. Gadis itu Nia, orang yang mereka cari. 

Namun, reaksi yang ditunjukkan Nia berbeda, ia justru berlari dengan cepatnya menuju ke luar alun-alun. Tak mau kehilangan lagi, Karin dan Sinta juga mengejar Nia. Mereka terlibat aksi saling kejar mengejar hingga masuk ke gang-gang kecil. 

Mereka terlihat kuwalahan dan ngos-ngosan, bulir-bulir keringat mulai membasahi dahi mereka. Tak lama kemudian, saat Nia mencoba memastikan keadaan belakang aman, di depan ia tak melihat jalan, ia menabrak sepeda motor milik preman-preman dan Nia jatuh ke tanah. Kue-kuenya terlepas dari kandang, kakinya memar terkena knalpot yang masih panas, dan ia merasakan kakinya terbakar.

"Mmaaf mas, saya nggak sengaja," gugup Nia.

"Maaf, maaf, dan maaf semua yang orang bilang sama aja maaf, maaf doang tu gampang tinggal ngomong dong, buktinya gue sampe 5 kali ngomong maaf, ini yang ke-6. Gue gak mau tau lo harus ganti rugi, liat dong motor gue lecet nih. Makanya kalo jalan pake mata dong!" bentak mas preman sambil mengangkat tangannya dan akan memukul Nia.

Saat mas-mas preman hampir melayangkan pukulan ke arah Nia, Karin dan Sinta datang. Sinta berteriak kepada preman itu untuk tidak memukul Nia dan jangan berbuat kasar kepada perempuan. Ini bukan sepenuhnya salah Nia, para preman itu seharusnya tidak memarkirkan motornya di jalan.

"Woi, berhenti! Bisa gak sih kalo sama cewek itu gak kasar!" teriak Karin,"tolongin kek kasian itu kakinya malah diomelin"
"Wah berani juga ni cewek," balas mas preman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun