Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang berlandaskan pada makna bahasa dalam komunikasi tersurat maupun tersirat yang sesuai dengan konteks penutur dan lawan tutur dalam peristiwa tutur. Pragmatik memaknai mengenai apa yang disampaikan penutur kepada lawan tutur sesuai dengan siapa yang diajak berkomunikasi dan melihat wacana, waktu, tujuan tuturan, konteks, sarana tuturan, serta mematuhi prinsip kerjasama.
Kemudian tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur seseorang saat melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Sederhananya tindak tutur perlokusi adalah saat seseorang mengatakan sesuatu, kemudian seseorang tersebut meyakinkan pendengar atau penyimak tentang sesuatu yang ia katakan. Â Hal ini terlihat dari dialog dibawah ini.
1. Â Pada percakapan teman sebaya
Hana: "Kalau dibuka jendelanya, kayanya seger deh."
Iqbal: "Ok. Saya buka jendelanya."
Pada percakapan tersebut Hana bermaksud untuk Iqbal membuka jendelanya. Kemudian tanpa memberikan perintah langsung Iqbal memahami maksud tuturan sebenarnya dari Hana.
2. Â Pada tuturan pemangku kebijakan
Anggota DPR RI: "Sebagai anggota DPR RI, pastinya saya pantas mendapatkan fasilitas yang memadai dari Negara ini."
Dari tuturan anggota DPR RI, makna yang didapatkan adalah seseorang yang memperbesar keuntungan untuk dirinya sendiri, berhak dan bebas memakai fasilitas-fasilitas yang mewah dari Negara secara manasuka.
3. Pada percakapan dengan orang yang dianggap lebih unggulÂ
Yana: "Mbak, nanti ikut sumbang lagu, ya?"
Yola: "Oke, tapi suaraku jelek, loh."
Pada tuturan tersebut Yola berusaha mengurangi pujian yang diberikan dari Yana mengenai suara merdu yang dimiliki Yola dalam bernyanyi dengan tuturan "Tapi suaraku jelek, loh."
Hubungan Pragmatik dengan Ilmu Bahasa Lain
A. Pragmatik dengan Semantik
Semantik merupakan kajian mengenai makna. Persamaan dengan pragmatik adalah sama-sama mempelajari mengenai makna. Namun, terdapat perbedaan antara pragmatik dengan semantik, yaitu semantik lebih mempelajari gramatikal, sedangkan pragmatik mempelajari retoris.
B. Pragmatik dengan Sintaksis
Hubungan pragmatik dengan sintaksis, yaitu kesamaan objek kajian. Pada sintaksis melihat bentuk kalimat yang bermakna dari penutur sehingga kajiannya bersifat struktural dan formal. Sedangkan, pragmatik menganalisis fungsi kalimat dalam komunikasi. DIlihat dari segi fungsi dan maksud ujaran dalam suatu konteks tertentu.
C. Pragmatik dengan Sosiopragmatik
Pragmatik memiliki hubungan dengan sosiopragmatik, yaitu mempelajari mengenai makna tuturan sesuai dengan kondisi atau peristiwa tutur,. Pada sosiopragmatik merupakan telaah mengenai kondisi-kondisi atau kondisi-kondisi ‘lokal’ yang lebih khusus ini jelas terlihat bahwa prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan berlangsung secara berubah-ubah dalam kebudayaan yang berbeda-beda atau aneka masyarakat bahasa, dalam situasi sosial yang berbeda-beda dan sebagainya. Kemudian pragmatik memiliki hubungan dengan sosiolinguistik, yaitu sama-sama mengkaji bahasa yang berasal dari tuturan (penutur-lawan tutur, dan peristiwa tutur).Â
Sosiolinguistik mengkaji bahasa yang dikaitkan dengan faktor-faktor atau gejala-gejala sosial dari penggunaan bahasa. Jadi, pragmatik bertujuan untuk: (1) memahami maksud tersirat dibalik ujaran penutur dan lawan tutur yang terikat konteks, (2) menjaga muka penutur dalam segala konteks tuturan, baik formal maupun nonformal, (3) memanusiakan manusia dalam segala konteks tuturan, (4) memahami prinsip kerja sama dalam tuturan penutur dengan lawan tutur secara komprehensif, (5) membuka ruang komunikasi aktif dan interaktif yang kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.
D. Pragmatik dengan Sosiolingistik
Pragmatik memiliki hubungan erat dengan sosiolinguistik karena memiliki penutur, lawan tutur dan partisipan. Namun, terdapat perbedaan dalam konteks, yaitu dalam sosiolinguistik lebih dilihat siapa penutur, lawan tutur, dan partisipan sehingga akan menentukan ragam bahasa sesuai budaya bahasa yang digunakan saat berkomunikasi, pragmatik lebih memperhatikan mengenai wacana, tujuan tuturan, konteks, situasi, waktu, dan kondisi, serta prinsip kerjasama dalam berkomunikasi.
Penulis:
Azizah Nur Imani
Mahasiswa PBSI UNSÂ (azizah.ima45@student.uns.ac.id)
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum.Â
Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat LIterasi Arfuzh Ratulisa (rohmadi_dbe@yahoo.com)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI