Mohon tunggu...
Noor Azizah
Noor Azizah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sensitivitas Sosial

4 April 2016   09:10 Diperbarui: 6 April 2016   20:39 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagaimana rasa peka dan peduli, semangat memberi juga sangat dianjurkan dan syariatkan oleh Rosulullah, dengan semangat memberi kita akan menekan rasa egoisme kita. Lebih dari itu, orang yang dermawan (suka memberi) mendapat berbagai kemuliaan sebagai mana hadits Nabi SAW “Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah, tangan yang diatas adalah yang memberi dan tangan di bawah adalah yang menerima” selain itu tak jarang orang yang dermawan akan mampu mendatangkan keajaiban dalam kehidupannya yang tidak pernah disangka-sangka. Hal ini karena sikap atau karakter dermawan yang telah melekat pada diri seseorang akan melekat sehingga kepedulian terhadap sesama makhluk akan tumbuh dengan sendirinya dan menjadikannya mulia di sisi Tuhan. Dengan memberi tidak hanya dapat menyenangkan hati orang lain tetapi juga membuat pemberi merasa tenang serta turut bahagia. Semangat memberi harus sudah terlatih sejak usia dini agar enjadikan generasi kita generasi yang kuat iman dan akhlaknya seperti tuntunan Rosulullah SAW.

5.      Dzikir diri dan Dzikir Sosial.

Iman yang benar adalah keyakinan diri yang kuat dan kokoh di dalam hati pribadi seseorang (dzikir diri) yang dapat mengarahkan pada sebuah tindakan tertentu yang terbaik (dzikir sosial). Sehingga seseorang yang menyatakan beriman tentu ia akan berupaya kuat untuk mewujudkan keimanan atau keyakinannya untuk melakukan berbagai tindakan positif yang bermanfaat bagi orang lain karena mereka sadar bahwa itulah letak nilai kebaikan manusia.

Dzikir diri adalah wujud pengenalan diri yang sangat dalam dan wujud kesadaran diri yang berkaitan dengan hubungannya dengan Allah, diri dan sesama manusia. Seseorang yang telah matang dalam memahami keberadaan baik itu sebagai makhluk Allah maupun sebagai makhluk sosial haruslah mampu memaknai setiap tindakan yang dilakukan dalam hidupnya sebagai amanah yang kelah akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Sikap ini akan memunculkan rasa peduli, perhatian dan tanggungjawab yang tinggi atas pola hububungan dengan Pencipta-Sesama manusia- dan Pribadi. Bentuk sikap tertingginya dzikir diri dan dzikir sosial itu kemudian berwujud kepada kepedulian nya lebih mementingkan oranglain dibandingkan hanya untuk dirinya sendiri. Tidaklah sempurna keimanan seseorang (dzikir diri) tanpa dibarengi dengan tindakan nyata yang bermanfaat bagi sosial (dzikir sosial).

Demikian adalah beberapa pengetahuan yang penulis dapat dari sebuah buku yang menarik untuk difahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah kebaikan dari diri kita, lakukan sekarang juga dan jangan segan berbagi kebaikan dengan orang lain. Semoga bermanfaat.

Sumber : Ahmad Muwafiq saleh. Pendidikan karakter dalam perspektif spiritual. (Jogjakarta: Aditya Media Publishing) 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun