Mohon tunggu...
Azizah
Azizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penyuka twitter

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Insya Allah

16 September 2020   07:53 Diperbarui: 16 September 2020   07:56 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tidak perlu basa-basi, langsung saja kamu putar lapangan dua puluh kali sebagai sanksi keterlambatanmu," papar Pak Beno yang sedang menuliskan analisa para muridnya.

Setelah pemanasan, kaki Alma langsung memutari lapangan dengan ditemani sang mentari yang sedang memancarkan cahayanya yang begitu terang. Tak hanya mentari yang menemani Alma memproduksi tetesan air asinnya yang mengucur di seluruh tubuhnya, lagu yang ia putar melalui gawai dengan sambungan airpod-nya pun setia saat Alma mencoba bertahan dari siksaan sang pelatih.

Setelah melahap hukuman dari pelatih, Alma langsung bergegas merapat ke teman-temannya untuk melanjutkan siksaan dari pelatih. Kali ini, Alma dan kawan-kawannya langsung berlari ke timur dan barat layaknya setrika panas yang sedang menghaluskan baju. Barangkali itulah penyebab beberapa dari mereka cedera karena tetesan kerja keras mereka sering membasahi lapangan kemudian terpeleset.

120 menit telah berlalu. Kini jarum jam kembali membentuk sudut 90o dengan diiringi suara azan dari surau yang letaknya tak jauh dari gedung olahraga tersebut. Tubuh Alma dan kawan-kawannya mulai tak berdaya akibat siksaan dari pelatih. Lutut Alma yang sejak kemarin mulai tak beres pun kini semakin terasa sakitnya.

"Sialan, kenapa siksaannya semakin berat?" gumam Alma sambil menyemprotkan pereda nyeri di bagian lutut kanannya.

***

Walaupun mentari telah berpamitan dan memamerkan pesonanya ke belahan dunia lain, namun nyeri yang ada di lutut Alma enggan beranjak. Rasa nyeri itulah yang membaut Alma kembali bercumbu dengan ranjangnya sambil bermain media sosial yang kemudian membuatnya kembali terlelap hingga mentari menyapa.

Tak seperti biasanya, Alma sudah membuka matanya saat mentari masih malu-malu menunjukkan sinarnya. Pada saat itu juga, Alma langsung membuka gawainya, mengaktifkan sambungan internetnya, lalu masuklah pesan singkat dari Sari.

"Alma, bagaimana videonya? Apakah sudah selesai?" tanya Sari yang semalam ia kirimkan pesannya baru saja masuk beberapa detik yang lalu.

"Ya Allah, aku lupa," ujar Alma yang jantungnya berdetak sedikit lebih cepat sebab pesan dari Sari.

"Ada apa Alma? Kok bangun tidur langsung kaget?" tanya Sinta yang berada di samping tempat tidur Alma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun