Menuju ke kos Rian, Sonia tak sengaja melihat Tio yang ada di teras musola. Selain Tio, di sana juga ada sepeda Rian yang terpakir di depan musola. Melihat itu, Sonia tak berpikir lama untuk berhenti di depan musola.
"Tio, Rian ada di sini ya? Aku mau ambil charger di kosnya dia. Aku mau telepon ibuku ada hal penting yang mau aku omongin."
"Iya nih dia ada di sini, tapi dia lagi solat. Kamu tunggu dulu ya."
"Solat? Rian lagi solat?."
"Iya, dia lagi jadi makmumnya Pak Ucup lo. Bentar lagi juga selesai kok, atau kamu mau ikut solat juga?"
"Aku pulang dulu ya. Nanti tolong omongin ke Rian kalau diskusi malam ini dibatalin aja," ujar Sonia dengan mata berair.
Mendengar pernyataan itu, hati Sonia langsung bergetar. Tak hanya hati, seluruh tubuhnya pun ikut bergetar. Keringat dingin mulai bercucuran hingga Sonia tak sanggup mengendarai motor dan berhenti di pinggir jalan. Ia masih tak percaya kalau Rian sedang beribadah solat.
Ia juga masih tidak percaya kalau satu tahun bersama dengannya, ternyata Rian menyimpan kebohongan yang mampu menyayat hatinya. Ia pun masih tak menyangka kalau setiap minggu Rian tak pernah melaksanakan misa di gereja bersama Angga, sahabat karibnya. Sonia masih ingat betul pernyataan Rian tempo hari, "Angga itu anaknya Kristen banget, jadi aku ingin lebih dalam aja belajar agam bareng dia. Tapi anehnya, kalau diskusi sama cewek dia canggung banget."
Kini di dalam pikirannya, mampukah ia masih mengendalikan kapal agar dapat berlayar bersama Rian? Apakah Tuhan sengaja menciptakan berbagai corak agar terjadinya konflik? Walaupun kenyataannya saat ini masih ada banyak orang yang menjalin hubungan dengan indahnya keberagaman namun di sisi lain juga masih ada banyak perdebatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H